Friday, April 12, 2013

akhlak dasar islam



بسم الله الرحمن الرحيم                           


 
                                                        
الحمد لله الكريم الخلّاق , والصّلاة والسّلام علي سيّدنا محمّد المبعوث لتتميم مكا رم الأخلاق. وعلي أله وأصحابه ماجري قلم التخليص والبيان علي صفحات الأوراق.
 Kajian ini adalah  ringkasan dalam  kajian ahlak
praktis yang sangat mendasar, sebuah petunjuk yang sangat diperlukan oleh seorang muslim terlebih generasi muda yang seharusnya semenjak dini haruslah diajarkan dengan nilai-nilai aqidah dan  ahlak Islam,  perkembangan dunia pendidikan modern yang seakan tidak memberi ruang akan adanya kajian akhlak selama ini menjadikannya beku dalam kejumudan.
Kerontang akhlak nampaknya telah menghantui alam dunia kita tercinta, manusia tidak mengenal nilai-nilai kemanusiaan yang telah dibangun Islam melalui konsep dari  Nabi dan tauladan  kita Muhammad Saw. beberapa pakar dunia pendidikan boleh  melupakannya, bahkan ada yang merasa alergi dengan kajian ahlak Islam yang seharusnya dijadikan dasar dari semua karakter setiap pribadi muslim.
            Namun pada akhirnya setelah semua kepercayaran tidak lagi didapatkan, kejujuran berubah menjadi tantangan yang banyak dikorbankan barulah manusia sadar, bahwa pendidikan akhlak dalam karakter amat sangat dibutuhkan, disanalah muslim disadarkan sumber-sumber kasih keilmuwan Islam  yang seharuasnya dijadikan pedoman dasar, dengan niat dan i`tikad karena Allah semoga buku kajian akhlak ini bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mengkaji ahklak, dengan merujuk sebuah kajian dari al-Hafidz Hasan al-Mas`udi “Taisirul Kholaq” seorang ulama dari al-Azhar.
Tulisan ini penulis persembahkan untuk generasi muda muslim, semoga dengannya mampu mengamalkan dan merubah karakter menjadi berbudi luhur dan santun sebagai generasi penerus Islam serta dapat meniru akhlak Nabi Muhammad sebagi suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Semoga bermanfaat.. Amin.

DAFTAR ISI
BAB I . TAQWA…………………………………………………………………………………4
BAB II ETIKA GURU…………………………………………………………………………..5
BAB III ETIKA MURID………………………………………………………………………...6
BAB IV HAK ORANG TUA……………………………………………………………………7
BAB V HAK KERABAT / SAUDARA…………………………………………………………8
BAB VI HAK TETANGGA……………………………………………………………………..9
BAB VII ETIKA BERGAUL……………………………………………………………………9
BAB VIII RAMAH TAMAH…………………………………………………………………..10
BAB XI PERSAUDARAAN …………………………………………………………………..10
BAB X ETIKA DI DALAM MAJLIS ILMU…………………………………………………11
BAB XI ETIKA MAKAN ……………………………………………………………………..12
BAB XII ETIKA MINUM……………………………………………………………………..12
BAB XIII ETIKA TIBUR……………………………………………………………………...13
BAB XIV ETIKA DI DALAM MASJID……………………………………………………...13
BAB XV KEBERSIHAN ………………………………………………………………………14
BAB XVI JUJUR DAN DUSTA……………………………………………………………….14
BAB XVII AMANAH…………………………………………………………………………15.
BAB XVIII RENDAH HATI…………………………………………………………………..15
BAB XIX DERMAWAN……………………………………………………………………….16
BAB XX RENDAH HATI……………………………………………………………………...16
BAB XXI HARGA DIRI……………………………………………………………………….17
BAB XXII DENDAM…………………………………………………………………………..17
BAB XXIII HASUD…………………………………………………………………………….18
BAB XXIV MENGGUNJING…………………………………………………………………18
BAB XXV ADU DOMBA………………………………………………………………………19
BAB XXVI SOMBONG………………………………………………………………………..19
BAB XXVII KEBOHONGAN…………………………………………………………………19
BAB XXVIII DZOLIM………………………………………………………………………...20
BAB XXIX ADIL……………………………………………………………………………….20












1.     TAQWA  (التَّقْوَي)
     Taqwa: berarti menjalankan segala perintah Allah SWT.  serta menjauhi segala larangan Allah SWT. Taqwa tidak akan pernah sempurna sebelum seseorang meninggalkan segala perbuatan yang rendah (hina/ buruk).  Selain itu, hanya orang yang berusaha keras untuk mengerjakan segala bentuk kebaikan yang akan mendapatkan nilai ketakwaan yang sempurna meski sekecil apapun kebaikan tersebut, karena dimata Allah tidak akan ada sebutir pasirpun  dari amal kebaikan yang tidak dibalasdan barang siapa berbuat kebaikan sebiji dzirroh saja maka dia akan mendapatinya (pahala)” QS. Al-zalzalah 7. Semua tertulis didalam sebuah kitab catatan amal masing – masing  (لَوْحٌ الْمَحْفُوْظْ). 
         Dengan jalan amal sholih, seseorang dikatakan sedang menempuh perjalanan mendekati Allah (taqarrub), dan siapa yang berpegang pada jalan kebenaran dia akan selamat di dunia dan di akhirat.
Diantara sebab untuk memperoleh nilai ketaqwaan yang tinggi dimata Allah antara lain : manusia hendaknya sadar bahwa sesungguhnya dirinya adalah mahluk yang rendah, dan tidak boleh merendahkan orang yang lain, manusia diciptakan dari tanah pada awalnya, selanjutnya diciptakan dari setetes air yang hina. Manusia mudah sekali untuk mengeluh jika mendapat cobaan, putus asa, dan banyak yang menyalahkan orang lain serta menyalahkan Tuhan, sedangkan disaat dia mendapatkan kenikmatan dia lupa bersyukur, hingga ujungnya banyak yang merasa enggan membantu orang yang membutuhkan,  padahal di sekitar kita masih banyak di jumpai anak – anak kecil yang seharusnya sekolah, dengan bermodal gelas plastik bekas, mereka berjuang mendapatkan sepeser rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kita harus sadar bahwa mereka adalah mahluk Allah, di dalam berbuat baik kita tidak boleh membeda– bedakan mereka. Allah Maha Kuasa atas segalanya, dengan kehendaknya langit telah tercipta, bumi telah berputar, matahari telah bersinar, bintang telah bercahaya dan angkasa luas tercipta. Sebagai manusia yang sangat lemah tentunya kita tidaklah patut durhaka kepada Allah Tuhan alam semesta, karena pada setiap kepala, Allah menyuruh seorang malaikat untuk mengikuti kemanapun kita pergi, dan Allah Maha Mengetahui apapun yang kita sembunyikan di dalam hati dan pikiran  kita.
Allah telah memberikan kita nikmat yang tiada tara, semenjak kita membuka mata kita, mulai dari bangun tidur, berapa banyak oksigen yang kita hisap ?, berapa kali jantung memompa darah keseluruh tubuh ?, dan berapa ribu kata mulut kita berbicara ?, namun Allah tidak pernah meminta manusia untuk membayar pajak atau royalti dari fasilitas yang kita dapatkan.  Oleh karena itu marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Seoran g Muslim yang baik tentunya kita harus tahu dan sadar bahwa setiap awal pasti ada akhir, setiap hidup pasti ada mati, karena setiap yang hidup telah ditetapkan ajalnya oleh Allah Swt. Lantas bagaimana kita mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatan kita di hadapan Allah yang disaksikan seluruh mahluk dari jaman Nabi Adam sampai akhir kiamat nanti, tentunya kita akan merasa sangat malu jika keburukan kita diketahui oleh orang lain.
Setiap orang akan dihadapkan pada 2 jalan  ke surga dan neraka, kita harus sadar bahwa manusialah yang memilih diantara 2 jalan tersebut, janganlah kita menjadi munafik dengan menyalahkan iblis atau setan yang dikambing hitamkan,  kita sadar betul semua itu adalah tergantung kita sendiri, karena jika tidak kita ikuti jalan keburukannya, tentunya iblis tidak mampu berbuat apapun, dan jika kita ikuti rayuannya maka sesungguhnya kitalah yang telah membuat pilihan.
Sebagai hamba yang beriman tentunya mempunyai motifasi tinggi yang juga diharapkan dapat menjadi motifator bagi orang lain di dalam dan di luar lapangan.  Bersama dengan itu dia akan selalu berusaha berbakti kepada orang tua, serta berusaha lebih baik terhadap semua orang,  jika hal itu dilakukan maka bukan tidak mungkin akan menjadi pribadi yang disayangi dan dihormati orang lain, sedang di akhirat akan mendapatkan buah dari amal sholihnya berupa kenikmatan surga beserta seluruh fasilitasnya serta dipuji oleh penghuni langit.     
2.     ADAB (ETIKA) GURU / PENGAJAR   (الْمُعَلِّمُ)
Guru, ustadz, pengajar atau tutor merupakan cermin dari pada seorang murid, bagaimana keilmuawannya, pengetahuannya, serta budi pekertinya akan ditiru, oleh karena itu jika seorang guru bertanggung jawab, disiplin tinggi, professional, tentu akan memberikan nilai tersendiri bagi para murid atau santri.
Di sisi lain tidak semua orang bisa menjadi seorang guru, apalagi guru yang  mengajarkan ilmu tentang budi pekerti (guru agama), seorang guru haruslah mempunyai karakter dan  sifat – sifat yang terpuji, banyak di antaranya orang yang mempunyai kepandaian yang luar biasa, namun dianggap kurang berhasil dalam mendidik seorang murid dalam hal budi pekerti, penyebabnya adalah  jiwa keguruan yang memang belum dimiliki olehnya.  Banyak di antaranya para sarjana di negara kita yang mempunyai kemajuan intelektual yang luar biasa, tetapi sekali lagi dianggap gagal dalam menjawab tantangan mengajar etika.
Karena pada hakikatnya jiwa seorang murid terpaut sangat dekat dengan seorang gurum, terlebih guru favorit bagi sang murid, seakan menjelma menjadi seorang motifator dan percontohan bagi pribadi sang murid, jika seorang guru tidak merasa jiwanya terpaut dengan murid – muridnya maka sudah dapat ditentukan bahwa tidaklah disebut sebagai seorang profresional.
Seorang guru diharuskan menjunjung nilai ketaqwaan, kerendahan hati, lemah lembut kepada murid, tegas, dan berwibawa.  Seorang murid bagaikan kertas putih yang siap menerima warna apapun yang akan dicatat ke dalam  hati dan pikirannya.  Sementara kita juga tahu bahwa setiap anak yang lahir ke dunia membawa karakter yang sungguh kian komplek, dalam pembentukan akhlak tidak bisa hanya di bebankan kepada guru yang sangat terbatas bersama para murid. Peran orang tua juga sangat dibutuhkan di dalam mengawasi gerak keseharian setiap anak.
Bukannya tidak  mungkin seorang anak yang dibiasakan berkata tidak jujur akan berbohong, selain itu guru juga berusaha menciptakan iklim yang kondusif antara murid dan orang tua, pembelajan yang inofatif dan kompetitif. Bagaimanapun juga tidak ada akan murid jika tidak ada guru, dan tidak tidak ada anak berbakti jika masih ada orang tua yang tidak mengajarkan kejujuran, kesopanan, serta rasa tanggung jawab sedini mungkin.  
3.     ADAB SANTRI/ MURID  (الْمُتَعَلِّمُ)
Seorang santri atau murid sewajarnya harus mempunyai adab dan tatakrama, baik bersama teman, diri sendiri maupun bersama ustadznya. Karena adab itulah seseorang akan dihormati, akan tetapi jika seseorang tidak beretika niscaya tidak lagi ada yang akan menghormatinya lagi. 
Etika murid terhadap diri sendiri diantaranya;                                                      
·         Meninggalkan segala bentuk sifat ujub atau pamer ( melebih – lebihkan kenikmatan dengan melupakan Allah Dzat yang telah memberikannya serta merasa dirinya sendiri yang mampu sukses tanpa pertolongan Allah).  
·         Tawadhu` (rendah hati) dan jujur yang pada ujungnya akan mendapat rasa kasih sayang dan kepercayaan dari orang lain.
·         Wiqor (berwibawa) dalam setiap langkahnya.
·         Menjaga pandangan dari segala hal yang tidak patut untuk dilihat.
·         Berusaha menjadi orang yang bisa dipercaya, apalagi dengan ilmu yang telah didapatkannya.
·         Tidak asal menjawab pertanyaan yang memang tidak bisa dijawab.
Etika murid terhadap guru :
·         Yakin bahwa guru kita mempunyai kedudukan seperti orang tua kita, bahkan bisa lebih tinggi, karena orang tua kita memelihara jasad kita, tapi guru berusaha memelihara jiwa kita dari segala keburukan batin.
·         Duduk dengan hikmah, sopan, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.  
·         Tidak membicarakan kelebihan guru lain dihadapannya, tidak juga merendahkan kedudukan guru.
·         Tidak menanyakan hal yang diluar kemampuan guru (dengan maksud melecehkan).
Etika murid terhadap teman - teman :
·         Menghormati teman.
·         Tidak merendahkan teman yang lain.
·         Tidak membanggakan diri dihadapan teman – teman yang lain   (secara berlebihan).
·         Tidak merendahkan teman saat mereka tidak mampu menjawab.
·         Tidak menunjukkan sikap sinis saat teman mendapat teguran dari guru, karena hal itu dapat menyebabkan permusuhan dan dendam antar teman.    

4.     HAK – HAK ORANG TUA  (الْوَالِدَيْنِ)
Jasa orang tua sangat besar kepada kita, jika bukan karena mereka berdua tentunya kita tidak akan terlahir ke dunia.  Dengan bersusah payah mereka korbankan waktu, harta benda, dan jiwa raganya demi anaknya.
Jika kita melihat sang ibu, bagaimana selama 9 bulan telah mengandung dengan susah payah, bahkan ketika melahirkan, seorang ibu harus bergulat dengan kematian, seakan kaki kanan di akhirat dan kaki kiri di dunia, semua itu dilakukan demi sang anak tercinta yang kelak diharapkan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Sedangkan sang ayah berusaha sekuat tenaga mencari nafkah meski panas, hujan, dan      duri – duri tajam siap menghadang.  Semua dilakukannya agar seorang anak tetap bisa makan sebagaimana mestinya, mendapat fasilitas sebagaimana layaknya, bahkan terkadang sang ayah lupa akan usia yang telah menggerogoti usianya, badan yang dulu tegak sekarang telah bungkuk, kulit yang diwaktu muda kencang berubah hitam terbakar matahari, itulah arti pengorbanan bagi orang tua.  
Sudah sepantasnya sebagai seorang anak kita harus menyayangi mereka, menghormati mereka, jangan ada lagi kata – kata kasar yang keluar dari mulut kita, karena semua itu akan menjadikan malapetaka bagi kita (kualat;Jawa).
Cintailah mereka sebagaimana mereka mencintai kita, terlebih jika usia mereka telah semakin senja, terkadang mereka akan kembali seperti anak kecil, dan semua itu Allah ciptakan untuk menguji kita, seberapa besar rasa pengabdian dan balas budi kita kepada mereka.
Banyak di antara kita yang kadang berani durhaka kepada orang tua, ingatlah tidak akan bahagia di dunia dan di akhirat bagi anak yang berani  kepada orang tua.  Sesukses apapun kita, Allah tidak akan memberikan rahmatNya kepada orang yang durhaka kepada orang tua.
Allah SWT. berfirman;
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)
Artinya; Dan Tuhanmu memerintahkanmu untuk tidak menyembah kecuali kepadaNya,      dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu  bapakmu dengan sebaik – baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali – kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlahkepada mereka ucapan yang mulia.   Q.S al-Isro 23.
 Nabi Muhammad SAW bersabda : ” Surga dibawah telapak kaki ibu Dalam hadis yang lain dikatakan : Ridho Allah ada dalam ridho orang tua, dan murka Allah ada dalam murka orang tua”.
5.     HAK KERABAT/ SAUDARA  (الْأُخْوَاةْ )
Kerabat merupakan keluarga kita yang paling dekat, mereka juga harus kita sayangi, oleh karena itu mereka disebut Dzawu rohim (orang yang mempunyai ikatan kasih sayang yang kuat).
Allah S.W.T. memerintahkan kepada manusia untuk selalu menjaga tali silaturrahmi (tali persaudaraan), dan Allah sangat murka terhadap orang yang memutuskan tali persaudaraan.
Allah berfirman di dalam hadis qudsi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW “ Aku yang Maha Pengasih, dan orang ini adalah seorang pengasih, maka Aku berikan salah satu namaKu (kebanggaanKu) kepadanya,  siapa yang menyambungnya (silaturrahmi) maka Aku akan selalu menyambungnya (beruhubungan dekat), dan siapa yang memutuskannya maka Aku akan memutuskannya ”.
Dari dalil di atas kita dapatkan pelajaran, sudah sepantasnya seseorang harus menjaga hak dalam persaudaraan, serta menjaga nilai – nilai persaudaraan apalagi persaudaraan antara sesama muslim, karena sesungguhnya semua muslim bersaudara.  Kita tidak boleh menyakiti saudara yang lain dengan ucapan atau perbuatan yang dapat menyakiti mereka, bahkan seharusnya kita harus tawadhu` (merendah diri, tidak melebih - lebihkan kemampuan diri kita).
Sebagai orang yang bertetangga, Islam menyuruh kita untuk membantu beban hidup saudara dan kerabat, kita tidak boleh  bosan - bosannya  melakukan hal itu.  Disaat kita tidak melihatnya beberapa pekan, maka hendaknya kita tanyakan keberadaan mereka, bukan hanya cuek saja, kita dianjurkan untuk membantu untuk mewujudkan cita – cita mereka selama kita mampu, serta mencegah segala keburukan yang bisa mengancam keselamatan mereka meskipun sebenarnya mereka terlihat tidak membutuhkan bantuan kita, selanjutnya Islam mengajarkan kita menziarahi (silaturrahmmi) agar senantiasa terjaga hubungan persaudaraan kita.
6.     HAK BERTETANGGA   ) (الْجَارّ
Sebagai agama yang syamil (menyeluruh) Islam juga memberikan penjelasan tentang   hak - hak dalam bertetangga, di dalam konsep Islam dikatakan tetangga jika orang tersebut tinggal disekitar berjarak 40 rumah dari  rumah kita.
Sebagai muslim kita dituntut memenuhi hak-hak bertetangga seperti mengucapkan salam disaat kita berjumpa dengan mereka,  berbuat baik kepada mereka, membalas kebaikan yang mereka berikan pada kita (semampu kita).  Jika kita mempunyai urusan hutang – piutang maka maka segeralah menyelesaikannya dengan cara yang baik.  Jika mereka sakit kita jenguk mereka, kita ikut senang saat mereka merasa bahagia, dan jika mereka mendapat suatu cobaan/musibah maka sewajarnya kita harus menghibur mereka.
     Kita tidak boleh terlalu memandang perempuan mereka (istri dan orang yang dicintai).  Kita dianjurkan untuk menutupi kekurangan mereka, kita tidak boleh membuka aib mereka karena Nabi bersabda : “ Siapa yang membuka aib orang lain maka Allah akan membuka aibnya, dan barang siapa yang menutup aib orang lain maka Alah akan menutup aib mereka “.
Selanjutnya kita dianjurkan semampu kita untuk menghalangi segala sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman.  Jika kita bertemu mereka maka menghadaplah dengan senyum dan tidak menunjukkan muka masam. Rosul mengatakan ; Siapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia memuliakan tetangganya “.     Dalam suatu riwayat yang lain oleh Ai`syah R.A. Nabi bersabda : “ Tiada henti-hentinya Jibril selalu berwasiat (berbuat baik) kepada tetangga, sehingga hampir saja aku menganggap dia (tetangga) juga berhak mendapat warisan (tetangga tidak berhak).
7.     ETIKA DALAM PERGAULAN  (الْمُعَا شَرَةْ)
Di dalam hal bergaul kita dianjurkan berwajah ceria (murah senyum), setiakawan, menghargai pendapat orang lain, rendah hati dan tidak sombong, lebih baik berdiam jika orang lain bergurau (ramai), meminta maaf jika ada kesalahan dan mengganti sesuatu jika merusakkan kepunyaan teman. 
Berikutnya menghindari sikap terlalu berbangga diri dengan segala kekayaan dan kedudukan kita, karena hal itu dapat membuat orang lain tidak nyaman serta menjadikan kedudukan kita jatuh di hadapan mereka.  Kita tidak boleh menampakkan kesalahan orang lain, karena orang yang senang membuka aib orang lain sungguh tiada memiliki kehormatan. 
Seorang penyair Arab berkata ;
اِذاَماَالْمَرْءُ لَمْ يَحْفَظْ ثَلَاثًا          فَبِعْهُ وَلَوْبِكَفٍ مِنْ رَمَدِ
وَفَاءِ لِلصَّدِيْقِ وَبَذْلِ مَالٍ         وَكِتْمَانِ السَّرَائِرِفِي الْفؤَادِ
Ingatlah ! tidak akan dikatakan sebagai manusia jika tidak mempunyai 3 hal……….jika demikian maka jual-lah  dia, meskipun hanya seharga abu gosok.
3 hal itu adalah bisa dipercaya (amanat), mendermakan harta (dermawan), serta menyembunyikan keburukan-keburukan didalam hati (tidak membuka aib orang lain dengan maksud buruk).
8.     RAMAH TAMAH (اُلْفَةْ)
Kata ulfah disini berarti ramah terhadap semua orang bukan hanya kepada keluarga dan saudara kita saja. Di antara dasar yang di jadikan pedoman kenapa seorang muslim harus ramah adalah karena faktor agama, seorang muslim imannya tidak dianggap sempurna sebelum menjadikan dirinya sebagai pribadi yang bersimpati terhadap semua orang.
Berikutnya adalah faktor nasab/keturunan.  Seseorang tentu mempunyai porsi kasih sayang yang lebih terhadap orang yang disayanginya terlebih terhadap keluarga dan kerabatnya, jika seseorang telah menyayangi orang lain biasanya dia juga akan cenderung menyayangi keluarganya.  Holid Ibn Yazid Ibn Muawiyah (salah seorang putra mahkota/ pangeran dari dinasti Muawiyah) berkata; “ Tidak seorangpun yang aku benci melebihi keluarga Zubair, lalu aku menikahi seorang perempuan dari mereka dan setelahnya aku merasa tidak ada seorangpun yang lebih aku sayangi melebihi keluarganya “.
Berikutnya adalah memperkuat tali persaudaraan (mempersaudarakan).  Hal ini juga telah dilakukan oleh Rusulullah SAW yang telah mempersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajirin agar rasa persauadaraan di antara mereka menjadi bertambah.
Sedangkan manfaat dari kasih sayang dalam persaudaraan adalah timbulnya rasa simpati, tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa yang pada akhirnya segala permasalahan menjadi mudah dan bebannya berkurang karena di kerjakan bersama dan saling bantu membantu.     
9.     PERSAUDARAAN (أَلأخَاءْ)
Secara sederhana dapat diartikan menjadi ikatan kuat diantara 2 orang yang kemudian menjadi rasa persaudaraan (saling mengasihi) antara keduanya. Kedua orang yang saling bersaudara dianjurkan saling bermuwasamah (memuliakan saudaranya dengan memberi hadiah), berikutnya saling tolong-menolong satu dengan yang lain, saling memaafkan kesalahan satu sama lain, saling mencegah kemunkaran antara keduanya, saling mengajak kepada kebaikan, dan yang tidak kalah penting adalah mempertahankan (istiqomah/kontinyu) ikatan tali persaudaraannya. 
Terlepas dari semua itu, manfaat ikatan persaudaran sangatlah luas, manusia diciptakan dengan karakter sosial/ humanisme tinggi sehingga ikatan persaudaraan menjadi sangat penting untuk menopang hubungan tersebut, manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, Allah Swt. juga melunakkan hati manusia dengan rahmatnya serta kasih sayang sehingga diharapkan secara praktis tercermin dalam ahlak yang mulia.
Allah berfirman dalam kitab al-Qur`an : Maka takutlah kamu kepada Allah SWT, dan peliharalah tali persaudaraan diantara kalian.  Kesimpulannya sebagai seorang muslim wajib menjaga tali persaudaraan antara kerabat, keluarga dan saudara serta sesama muslim pada umumnya.
10.                         ADAB DALAM MAJELIS ILMU/ MADRASAH/SEKOLAH (مَجْلِسْ)
Etika yang ditanamkan Islam disetiap kita memasuki majlis ilmu (kumpulan orang) (mengaji/sekolah) hendaknya kita mengucapkan salam.  Selanjutnya duduklah ditempat yang kosong berdampingan dengan peserta terakhir (jangan melangkahi orang lain), kita sebaiknya tidak mendengarkan perkataan teman-teman yang tidak bermanfaat, apalagi ikut-ikutan (sangat tidak bermanfaat).  Jika kita melihat suatu kemunkaran (hal yang tidak baik) maka hendaknya di cegah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan ucapan kita, jika masih tidak mampu maka gunakan hati kita yaitu dengan berdoa supaya hal tersebut dihentikan oleh Allah SWT.
Berikutnya segeralah meninggalkan majelis/sekolah jika sekiranya sudah tidak ada suatu kepentingan lagi, kita tidak boleh merendahkan apalagi menghina salah seorang di majelis tersebut karena barang kali dimata Allah orang yang kita rendahkan lebih baik dari diri kita. 
Pada saat kita di dalam majelis janganlah kita melebih-lebihkan seorangpun dengan hartanya, karena hal itu dapat melemahkan agama seseorang dimata Allah.  Disaat kita telah meninggalkan majelis dan berada di jalan maka jagalah pandangan kita dari sesuatu yang seharusnya tidak pantas dilihat, jika kita melihat orang yang butuh bantuan maka bantulah semampunya. 
Selanjutnya, jika ada yang yang bertanya maka jawablah jika mampu menjawab.  Jika ada yang mengucapkan salam maka jawablah dengan sopan, dan sebaiknya kitalah yang dianjurkan mengucapkan salam disaat bertemu orang lain.  Jika ada orang yang membutuhkan dan meminta-minta (pengemis) maka berikanlah sebagian dari yang kamu punya meskipun sedikit, selanjutnya berusahalah untuk selalu duduk sopan saat berada didalam majelis, karena seseorang akan menghormati orang jika dia berwibawa.
11.                         ETIKA MAKAN  (الَأكْلُ)
Sebagai agama yang sempurna Islam tidak hanya mengajarkan umatnya beribadah secara ritual saja, akan tetapi mempunyai cara tersendiri untuk mengatur secara jelas dalam tatacara makan, hal ini akan sangat bermanfaat jika memang betul-betul di kerjakan.
Etika makan dalam Islam yang pertama adalah mencuci tangan hingga bersih sampai tidak ada bekas kotoran yang tersisa lagi, lalu membaca basmalah, selanjutnya adalah meletakkan piring di meja makan (tidak diangkat/ditenteng/disangga dengan tangan).  Pada saat makan usahakanlah duduk serta berniat makan supaya kuat untuk beribadah sehingga mendapatkan nilai pahala disisi Allah Swt.  Jangan makan jika masih merasa kenyang, selanjutnya adalah menerima menu apa saja yang telah dihidangkan serta tidak merendahkan makanan yang telah disiapkan. Terakhir sebaiknya mencari teman untuk diajak makan bersama.
Adapun hal lain harus dilakukan adalah membaca basmalah agak keras supaya orang yang ikut makan ikut membacanya, selanjutnya makan dengan tangan kanan, lalu mengurangi porsi suapan (jika memakai sendok hendaknya sedikit-sedikit saja, jangan terlalu).  Selanjutnya adalah mengunyah sampai lembut, termasuk etika makan adalah jangan mengambil makanan lain jika porsi kita belum habis.
Makanlah makanan yang ada di dekat kita (kecuali buah/hidangan pencuci mulut), sebaiknya jangan meniup makanan yang masih panas (tunggu agak sedikit dingin). 
Berikutnya jangan membelah makanan yang telah dihidangkan dengan pisau (makanan yang sudah dipiring memakai sendok), jangan menyentuh (memegang-megang) makanan yang dihidangkan dengan tangan (seharusnya pakai sendok), jangan membuang kulit/biji buah yang dimakan dalam satu tempat bersama buahnya.  Adapun yang dilakukan setelah makan adalah berdiri setelah merasa cukup kenyang, lalu mencuci 2 tangan dengan bersih, membersihkan sisa-sisa makanan dan berdoa memuji kepada Allah.
12.                         ETIKA MINUM (الّشُرْبِ)
Adab atau etika minum memang berbeda-beda  sesuai dengan budaya masing - masing, namun sebagai umat Islam tentunya kita mempunyai etika yang berbeda yang telah diajarkan orang – orang sholih. Di antaranya adalah mengambil gelas dengan tangan kanan, lalu memperhatikan wadah yang dipakai (apakah bersih/tidak), selanjutnya adalah membaca basmalah dan minum sambil sambil duduk, berikutnya adalah minum dengan diteguk sedikit demi sedikit (tidak sekali teguk), karena jika sekali teguk akan membahayakan organ hati sebagaimana dilakukan Nabi, demikian perintah Nabi Muhammad Saw.
Berikutnya meminum dengan 3 nafas/ 3 tegukan dengan membaca basmalah setiap kalinya dan yang paling akhir membaca hamdalah.
Hendaknya tidak bernafas di dalam wadah saat minum, dan tidak bersuara di dalamnya, berikutnya disaat berada dalam jamaah dan ingin memberikan minum orang lain yang ada di kanan kirinya maka dahulukan yang ada di kanan dulu, meskipun sebelah kiri lebih utama karena Nabi juga demikian.
13.                         ETIKA TIDUR (اَلنَّوْمُ)
Etika tidur di antaranya bersuci sebelum tidur, selanjutnya tidur dengan miring bersandar lambung kanan dan menghadap kiblat, selanjutnya hendaknya berniat tidur supaya kuat beribadah, lalu berdzikir (berdoa) menjelang dan bangun tidur. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Muhammad SAW, ketika hendak tidur beliau meletakkan tangannya dibawah pipinya, selanjutnya beliau berdo`a “bismika Allahumma ahya wa amut’. Serta pada saat bangun tidur beliau berdo`a “Alhamdulillahi ahyana ba`da ma amatana wailaihin nusyur”
14.                         ETIKA BERADA DIDALAM MASJID (الْمَسْجِدْ)
Masjid adalah rumah Allah, siapa yang hatinya cinta dan rajin ke masjid Allah Swt. berjanji akan memberikan naungan kepadanya kelak dihari kiamat.  Oleh sebab itulah seseorang yang berada di dalam masjid sudah sepantasnya berlaku sopan, tenang, tidak ramai/gaduh, saat masuk kedalam masjid haruslah melepas alas kaki lalu mendahulukan kaki kanan kita, selanjutnya berdo`a : Allahumma iftahli abwaba rohmatika     اللّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ, setelah itu kita dianjurkan sholat 2 rokaat (sholat tahiyyatul masjid), usahakan membaca salam setiap kali masuk ke dalam masjid meskipun tidak ada siapapun (karena barang kali ada malaikat atau jin didalamnya).       
Setelah itu usahakan duduk dengan tenang serta berniat taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah dengan dzikir dsb), selanjutnya hendaknya menahan diri dari segala nafsu dan keinginan buruk.
Berikutnya janganlah sampai berdebat dengan hal yang tidak pantas dibicarakan, dan janganlah berpindah-pindah tempat (dari tempat duduk jika tidak ada kepentingan). 
Selanjutnya janganlah bersyair atau bernyanyi  dengan lagu yang tidak pantas dilagukan. Kita juga tidak boleh bersuara keras-keras jika ada yang sedang sholat, juga tidak boleh berjalan melewati orang yang sedang sholat.  Kita juga tidak boleh bermain-main di masjid, selanjutnya hindarilah memperbincangkan masalah dunia karena biasanya akan berlanjut lama dan melupakan kita akan keutamaan masjid, Nabi Saw. bersabda “ akan muncul di akhir zaman sekelompok orang yang duduk-duduk di masjid, namun yang mereka bicarakan bukanlah bab ilmu dan agama tetapi hanya dunia semata, maka janganlah kalian duduk bersama mereka, karena sesungguhnya Allah tidak menginginkan mereka “.
Setelah kita selesai dari keperluan kita di masjid dan hendak pulang maka saat keluar dari masjid pakailah alas kaki mulai dari kaki kanan dengan berdoa “ Allahumma inni as`aluka min fadhlika”.  Allah Swt. berfirman di dalam hadis Qudsi ;” Sesungguhnya rumah-Ku di dunia adalah masjid, sedang tamu-Ku adalah orang yang rajin ke masjid, beruntunglah orang yang bersuci di rumahnya kemudian menziarahi-Ku, barang siapa yang menziarahi-Ku, maka sepantasnya yang punya rumah akan menghormatinya”
Diriwayatkan dari sahabat Anas RA. Nabi bersabda : “ Siapa yang memberi penerangan di dalam masjid, maka malaikat dan penduduk Arsy akan selalu memintakan ampun untuknya selama penerangan tersebut masih menyala”.      
15.                         KEBERSIHAN (النَّظَافَةُ)
Ingatlah bahwasanya kebersihan dalam Islam sangat diperhatikan, baik kebersihan tempat, baju, dan badan harus betul-betul diperhatikan.  Dari hal diatas sudah sewajarnya seorang muslim terbiasa hidup bersih dan berperilaku sehat, merapikan rambut, kulit, kuku, dan berpakaian rapi.   
Jika kita melihat Rosul, beliau adalah orang yang selalu menjaga kebersihan, beliau menyisir rambutnya, memakai minyak rambut. Selain itu kebersihan adalah pangkal kesehatan, Nabi bersabda “ Kebersihan sebagian dari iman”  artinya jika seseorang yang mengatakan telah beriman namun senantiasa tidak mau menjaga kebersihan, maka tentunya dikatakan keimanannya masih diragukan.  Orang yang berperilaku bersih tentunya lebih enak dan nyaman untuk dipandang, jika sekarang ini kita melihat masih banyak orang Islam berperilaku jorok, maka kemungkinan dia belumlah mengenal Islam dan kewajiban kita sebagai sesama muslim haruslah saling mengingatkan.
16.                         KEJUJURAN & DUSTA   (الصِّدْقُ وَاْلِكذْبُ)
Kejujuran adalah suatu hal yang sangat mahal & sulit namun sebenarnya semua itu akan terasa mudah jika dibiasakan dan ditanamkan semenjak dini,  jujur berarti mengatakan sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya, sedangkan dusta berarti menyampaikan sesuatu tidak seperti yang terjadi sebenarnya.  Sebab-sebab utama seseorang berlaku jujur karena mampu berpikir sehat serta kesungguhan dalam beragama dan keberanian untuk mengatakan kebenaran.  Akal berfungsi sebagi pusat kesadaran dan sentral dari seluruh perbuatan manusia, Karena itulah akal yang sehat akan berfikir sehat, dan memacu untuk berbuat jujur dalam kehidupan.
Di samping itu tentunya orang normal akan berpikir berkali- kali mengapa dirinya harus berbohong, padahal kebohongan bisa menjadi  sumber dari segala kesalahan dan dosa.
Peran agama menjadi hal yang terpenting, seseorang yang beragama Islam tentunya mengetahui akibat yang disebabkan suatu kebohongan adalah siksa dan amarah dari Allah di akhirat.         
Jika ada seseorang yang masih sering berbohong tentunya dia hanya berkipir jangka pendek, dia berpikir dengan kebohongannya dia dapat membohongi semua orang dan merasa aman darinya, sadarlah Allah Maha Tahu dan tidak tertidur, sehingga sedetikpun kita tidak terlepas dari pengawasan dari-Nya.  
Akibat dari suatu kebohongan justru akan kembali kepada pelakunya, selamanya dia akan direndahkan bukan hanya oleh sesama manusia tetapi di akhirat juga dia akan disiksa akibat perbuatannya. Nabi Muhammad Saw. bersabda “ Ketika seseorang telah berbohong, maka malaikat akan menjauhi dirinya sejauh 1 mil karena baunya yang busuk “  selain iu Allah Swt. telah berfirman di dalam al-Qur`an “ Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang -orang yang jujur”. Dari hal ini haruslah membuat kita sadar, meskipun terlihat suatu kesalahan tetapi kejujuran pasti akan menang.
17.                         AMANAH (أَمَانَةْْ)
Amanah secara bahasa artinya bisa dipercaya, sedangkan secara istilah artinya memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak mahkluk lain, serta dengan amanahlah keimanan seseorang dapat dikatakan sempurna.   
Seseorang dapat memiliki sifat amanah dikarenakan beberapa hal penting di antaranya kuatnya keinginan baik dalam hidup (motifasi hidup), seorang muslim yang mempunyai motifasi tinggi pastinya mengerti betul  makna amanat, dia akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepadanya serta tidak mensia-siakannya, dia akan menjalani kehidupan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kehati-hatian. 
Salah satu hal terpenting yang harus dijaga oleh seorang yang mempunyai sifat amanah adalah menjaga dirinya dari hal yang dapat mengancam sifat amanahnya, dia akan tumbuh sebagai pribadi pemaaf, serta menjauhi segala hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya.
Oleh sebab semua itulah sesungguhnya dapat kita melihat bagaimana dia menerima kehidupan dan karunia dari Allah Swt. di sisi lain juga selalu berusaha maksimal, apa yang dilakukannya semata-mata karena Allah Swt. bukan karena ingin dipuji oleh sesama manusia saja. Nabi berpesan bahwa tidaklah dianggap beriman orang yang tidak mempunyai sifat amanah.
18.                         MURAH HATI (الْحِلْمُ)
Murah hati adalah sifat yang harus dimiliki muslim, yaitu bersedia untuk tidak membalas seseorang yang membecinya dengan kebencian meskipun mampu melakukannya. Secara sederhana berarti serupa dengan pemaaf dan tidak pendendam.
Beberapa hal yang harus kita sadari jika ingin memiliki sifat pemurah antara lain; Kita harus sadar bahwa tidak semua orang mempunyai tingkat pengetahuan yang sama, sehingga tentunya tidak berbuat buruk kepada kita apalagi membenci kita  kecuali hanya dilakukan oleh orang-orang yang kurang ilmunya (bodoh). 
Oleh sebab itulah sewajarnya tentu kita merasa sedikit kesal jika tanpa salah tiba-tiba kita  disalahkan apalagi dibenci seseorang, namun kembali lagi janganlah kemudian terlalu berlebihan karena yakinlah bahwasanya mereka tidak tahu. 
Dibalik semua itu marilah kita tanamkan sifat malu didalam diri kita, karena hanya dengan malu kita akan dapat mengimbangi amarah di dalam diri kita.  Allah sangat memuliakan orang yang bermurah hati, hal ini senada dengan hadis yang disampaikan Nabi Muhammad Saw.         ” Sesungguhnya Allah sangat menyayangi orang-orang yang bermurah hati, dan sangat membenci orang yang berkata keji”.
19.                         DERMAWAN (السَّخَاءْ)
Dermawan berarti mendermakan harta dalam kebaikan tanpa adanya sifat sayang, serta tidak berlebihan dalam membelanjakannya (tidak boros).  Sifat dermawan merupakan suatu keutamaan dan kebiasaan yang baik, dermawan mempunyai ikatan kuat dengan hati seseorang, dengannya akan mendidik seseorang menjadikan dirinya ramah serta peduli dengan sekitarnya.     
Nabi Muhammad Saw. adalah seorang yang sangat dermawan, hingga beliaupun tidak pernah sekalipun menolak orang yang meminta-minta di hadapannya.  Diriwayatkan suatu ketika malaikat Jibril turun dan berkata kepada Nabi Muhammad SawSesungguhnya Allah berfirman ;” Ini adalah agama (Islam) yang Aku (Allah) telah meridhoinya, tidak ada yang memperbaikinya (berbuat baik dalam islam) kecuali orang yang dermawan dan berahlak mulia, maka muliakanlah mereka semampu kalian “.
20.                         RENDAH HATI (اَلَتَّوَاضُعْ)
Tawadhu` juga berarti merendahkan diri, rendah hati, di sini bukan berarti menghinakan diri sendiri, akan tetapi orang yang tawadhu sesungguhnya lebih mulia di mata Allah, karena Allah tidak menyukai orang yang sombong.
Bahkan sangat mulia baik di mata manusia terlebih di mata Allah Swt.   Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan; Siapa yang merendah diri dihadapan Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya, sedangkan siapa yang sombong maka Allah akan menurunkannya sampai kederajat yang paling rendah. 
Tawadhu juga berarti menetapkan sesuatu sesuai dengan haknya, maksudnya tidak merendahkan hal yang seharusnya mulia, serta tidak meninggikan hal yang seharusnya rendah.  Pada jaman sekarang, sangat susah untuk menemukan orang-orang yang rendah hati, banyak orang yang karena jabatannya bersikap tidak sepantasnya kepada orang yang lebih tua, padahal Nabi Muhammad saja sangat menghormati para sahabatnya meskipun usianya masih sangat muda jika dibandingkan dengannya.
Selain itu ada juga orang kaya yang tidak menghargai orang miskin, padahal Nabi Sulaiman saja yang jauh lebih kaya sangat menghormati umatnya yang tidak mampu, ada yang merasa tampan (artis dsb) merasa bangga hingga membuatnya melecehkan orang yang dianggap jelek, jika dibandingkan dengan Nabi Yusuf sudah tentu belum ada apa-apanya.
21.                         HARGA DIRI (عِزَّةُ الّنَفْسِ)
Harga diri adalah sifat yang menjadikan seseorang menjadi terhormat dan dihormati.  Dalam hal lain dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk menempatkan dirinya terhormat dan dihormati orang lain.
Agar dapat mencapainya kita harus berusaha untuk mengenal diri sendiri, menjadikan diri kita layak dihormati serta sadar dengan kedudukan kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  Buah dari usaha tersebut akan menjadikan kita menjadi tahan uji, siap tanding, dan tahan banting.
Kita akan menjadi seorang yang merasa cukup dengan apa yang kita miliki (tidak serakah dan tidak bergantung kepada orang lain). Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad Saw. “Sesungguhnya Allah Swt. sangat menyayangi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing (tidak dipaksa-paksa)”.
22.                         DENDAM (الْحِقْدُ)
Dendam adalah menyimpan rapat atau memendam keburukan (amarah) dalam hati, serta menunggu-nunggu waktu yang tepat untuk membalas sakit hatinya. 
Sifat pendendam biasa dimiliki oleh seorang pemarah yang selalu menuntut balas, dan tidak mudah memaafkan orang lain serta keras kepala, mereka senantiasa tidak mau mengalah. Selalu menghitung kejelakan orang lain, orang semacam inipun jika berbuat kesalahan maka orang lainpun tidak akan mau memafkannya.
Faktor yang menjadikan seorang menjadi pendendam adalah karena didalam hatinya selalu dihiasi rasa iri dan dengki, serta senang jika orang lain mendapat suatu musibah. Dia merasa tidak nyaman jika ada orang lain yang saling mengasihi dan menyayangi, tabiatnya selalu ingin merendahkan orang lain, berbicara buruk, serta mengumbar keburukan orang lain, gemar mengolok – olok orang lain, bahkan sampai menyakiti fisik orang lain.  Sifat pendendam dilarang oleh agama Islam sebagaimana sabda Nabi : " الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُدُوْدٍ   Bukan seorang Muslim jika masih punya sifat pendendam ”.

23.                         HASUD /IRI HATI (الْحَسُدْ)
Hasud adalah mengharap hilangnya suatu kenikmatan yang dimiliki orang lain, jika mengharap mendapat kenikmatan seperti yang didapat orang lain danterpacu untuk bekerja keras untuk memperolehnya disebut ghibthoh (motifasi), dari segi hukum diperbolehkan ghibthoh karena hal ini akan membangkitkan motifasi. Bahkan ini sangat dianjurkan untuk memacu kemajuan seseorang dalam mencapai kesuksesan, oleh karena itulah Nabi memberi batasan, perbedaan antara mukmin dan kafir dalam sabdanya “ الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُقْودٍوَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ  Seorang mukmin mempunyai motifasi, sedangkan seorang munafik selalu hasud “.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berlaku hasud diantaranya adalah :
1)      Tidak suka atau selalu kurang menerima dengan nikmat (hasil) yang telah diperoleh serta tidak bersukur.
2)      Orang yang hasud sebenarnya lemah, sehingga dirinya merasa tidak mampu mencapai tujuan sebagaimana yang dicapai orang lain.
3)      Sifat bahil yang selalu menghantuinya, sehingga selalu menginginkan kesuksesan yang telah dimiliki orang lain.      
Sifat hasud hanya dapat dilawan dengan berpegang teguh pada ajaran agama Islam, serta selalu waspada akan kemunculannya.  Terakhir adalah ridho (lapang dada) dengan semua hal yang kita punya, sehingga tidak akan merasa iri dan hasud dengan kelebihan yang ada pada orang lain lagi.
24.                         MENGGUNJING (غِيْبَةْ)
Menggunjing artinya membicarakan keburukan orang lain meskipun didepannya (dengan maksud melecehkan).  Seperti jika ada orang yang mengatakan sipincang atau sifasik, simiskin, atau sibaju buruk dengan maksud merendahkan mereka. 
Ghibah biasanya disebabkan beberapa hal : 1) Hasud 2) Tamak (rakus) dengan segala kedudukan didunia 3) Menjalani hidup hanya dengan gurauan (main-main) 4) Gemar mengolok-olok orang lain.
Ghibah tidak akan memberi jalan keluar dari suatu masalah atupun memberi petunjuk terbaik dalam kehidupan, namun justru akan menyesatkan seseorang hingga jauh dari kebenaran. Allah SWT sangat mencela perbuatan ghibah, didalam al-Qur`an dikatakan                                                                                                                                                              وَلَايَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْ كُلَ لَحْمَ أَخِيٍهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ Dan janganlah kalian saling menggunjing satu sama lain, apakah salah seorang dari kalian menyukai memakan bangkai saudaranya , (tentulah) kalian membencinya.

25.                         ADU DOMBA/FITNAH (نَمِيْمَةْ)
Namimah adalah menceritakan pembicaraan, perbuatan, atau tingkah laku seseorang kepada orang lain  agar timbul permusuhan di antara keduanya. Terkadang seseorang menceritakan suatu keburukan kepada orang lain  karena alasan tertentu, diantaranya karena sengaja mengharapkan supaya timbul permusuhan antara keduanya,  ada juga karena rasa sayang  terhadap orang yang diberitahu, sehingga dia berharap tahu akan keadaan yang sebenarnya, sedang yang terakhir adalah bukan karena keduanya, tetapi hanya memang suka membual dan terlalu berlebihan saja.
Hal yang dapat mencegah namimah adalah ilmunya yang dimilikinya sendiri, karena seseorang yang berilmu akan tahu betul akan bahaya namimah yang dapat menjadi permusuhan dan dendam. Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَي اللهِ الَّذِيْنَ يَأْلَفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ ,وَإِنَّ اَبْغَضَكُمْ إِلَي اللهِ الْمَشّاَءُوْنَ بِالنَمِيِْمَةِ الْمُفَرِّقُوْنَ بَيْنَ الْإِخْوَيْنِ                                artinya: “ Sesungguhnya hamba yang paling di cintai Allah adalah hamba yang ramah, dan terbiasa bersikap ramah, dan hamba yang paling dibenci Allah adalah hamba yang gemar mengadu domba dengan fitnah yang mencerai beraikan antara 2 orang saudara ”.
Sedang di dalam hadis yang lain diriwayatkan “  لَايَدْخُلُ الْجَنَّةَ النَّمَامُ“ artinya” tidak akan masuk surga orang yang gemar mengadu domba “ .
26.                         SOMBONG (اْلكِبْرُ)
Sombong artinya mengagungkan diri sendiri dengan menganggap orang lain tidak ada yang melebihinya.  Banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kesombongan.  Hal negatif pertama pastinya adalah menyakiti orang lain, memutus tali kasih sayang, membuat orang menjadi membenci, menjadikan seseorang menjadi pemarah, dan yang paling berbahaya adalah membawanya jauh dari jalan kebenaran.
Islam sangat mencela kesombongan, Nabi Muhammad bersabda : “ Tidak akan masuk kedalam surga seseorang yang mempunyai kesombongan meski sebiji sawi “ .
Manusia harus sadar bahwa kita diciptakan dari setetes air hina, setelah meninggal akan menjadi bangkai yang tidak berharga, sehingga tentulah sangat tidak bermanfaat jika kita masih saja menyombongkan diri kita.
27.                        KEBOHONGAN (الْغُرُورْ)
Ghurur adalah berdiam diri mengikuti hawa nafsu ( senantiasa mengikuti keburukan).  Ghurur terbagi menjadi dua macam, yaitu ghururnya seorang kafir dan ghururnya seorang muslim.
Ghurur seorang kafir adalah merasa benar dengan keyakinannya, padahal hanya islam agama yang hak disisi Allah, mereka menukar kebahagiaan akhirat dengan bersenang-senang didunia semata, ada juga yang menganggap dunia adalah segalanya dan bisa menjamin keselamatannya kelak di akhirat.
Ghurur kedua adalah ghururnya seorang mukmin, jika ada seorang mukmin berlaku lalim dan berpikir pasti diampuni Allah itu juga salah, atau juga seseorang yang berlomba- lomba mencari ilmu tetapi tidak diamalkan, sesungguhnya keduanya telah melakukan kebohongan karena sesungguhnya apa yang dipikirkan mereka salah. Selain 2 hal diatas masih banyak lagi orang yang berbuat ghurur karena pada hakikatnya kehidupan dunia banyak dihiasi ghurur/ kebohongan.
28.                         DZOLIM (الُظّْلمُ)
Dzolim mempunyai arti keluar dari batas, karena itulah segala macam keburukan sesungguhnya telah berbuat dzolim. Dzolim terbagi menjadi 2 yaitu dzolim terhadap diri sendiri dan dzolim terhadap orang lain.
Jika kita melakukan pekerjaan yang sebenarnya bukan kemampuan kita tetapi kita paksa maka yang demikian itu disebut ghurur.  Dan jika kita melanggar hak-hak orang lain sesungguhnya kita telah mendzolimi orang lain.
Nabi Muhammad SAW bersabda :” kedzaliman (di dunia) adalah suatu kegelapan diakhirat”. Dalam sebuah hadis qudsi dikatakan:” Sesungguhnya Aku (Allah) mengharamkan kedzaliman untuk diri-Ku, dan Aku mengharamkan kedzaliman diantara kalian, maka janganlah kamu saling berlaku dzolim”.
29.                         ADIL (الْعَدْ لُ)
Adil artinya berlaku seimbang, atau menjalankan sesuatu sesuai dengan aturan agama Islam.  Adil terbagi ke dalam 2 hal pertama adil untuk diri sendiri, kedua adil kepada orang lain. 
Adil pada diri sendiri artinya menempatkan diri kita sejalan dengan peraturan yang berlaku. Jika seseorang bekerja hingga diluar waktu maka bisa dikatakan tidak adil, karena tubuh butuh istirahat, atau jika seseorang terlalu memperhatikan aspek lahiriyah semata dengan tidak memperdulikan aspek batiniyahnya maka juga dikatkan tidak adil.
Adil kepada orang lain bisa diartikan dalam segala bentuk perbuatan kita dalam keseharian, misalnya jika seorang pemimpin tidak menjalankan pemerintahan sesuai dengan aturan dan hanya mementingkan diri sendiri maka dia juga tidak adil. Allah memerintahkan kite berlaku adil karena selain Allah Maha Adil Dia juga menggariskan keadilan didalam semua bentuk ciptaannya, oleh sebab itulah dapat kita saksikan dengan mata kepala kita segala ciptaan yang Maha Kuasa sungguh tidak akan dapat ditiru oleh manusia, serta jika kita hayati maka akan kita dapatkan betapa sempurna ciptaan Allah Tuhan semesta alam.




والله نستعين بالدرين أمين والحمد لله رب العالمين, نفعنا واياكم أجمعين
امين
م
23/Desember/2011

2 comments:

  1. afwan dalam hal ini penulis menggunakan Indo supaya lebih mudah dipahami khalayak umum

    ReplyDelete