
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الكريم الخلّاق , والصّلاة
والسّلام علي سيّدنا محمّد المبعوث لتتميم مكا رم الأخلاق. وعلي أله وأصحابه ماجري
قلم التخليص والبيان علي صفحات الأوراق.
Kajian ini adalah ringkasan dalam kajian ahlak
praktis yang sangat mendasar, sebuah petunjuk yang sangat diperlukan oleh seorang muslim terlebih generasi muda yang seharusnya semenjak dini haruslah diajarkan dengan nilai-nilai aqidah dan ahlak Islam, perkembangan dunia pendidikan modern yang seakan tidak memberi ruang akan adanya kajian akhlak selama ini menjadikannya beku dalam kejumudan.
praktis yang sangat mendasar, sebuah petunjuk yang sangat diperlukan oleh seorang muslim terlebih generasi muda yang seharusnya semenjak dini haruslah diajarkan dengan nilai-nilai aqidah dan ahlak Islam, perkembangan dunia pendidikan modern yang seakan tidak memberi ruang akan adanya kajian akhlak selama ini menjadikannya beku dalam kejumudan.
Kerontang akhlak nampaknya telah
menghantui alam dunia kita tercinta, manusia tidak mengenal nilai-nilai
kemanusiaan yang telah dibangun Islam melalui konsep dari Nabi dan tauladan kita Muhammad Saw.
beberapa pakar dunia pendidikan boleh melupakannya, bahkan ada yang merasa alergi
dengan kajian ahlak Islam yang seharusnya dijadikan dasar dari semua karakter
setiap pribadi muslim.
Namun pada akhirnya setelah semua kepercayaran tidak lagi
didapatkan, kejujuran berubah menjadi tantangan yang banyak dikorbankan barulah
manusia sadar, bahwa pendidikan akhlak dalam karakter amat sangat dibutuhkan,
disanalah muslim disadarkan sumber-sumber kasih keilmuwan Islam yang seharuasnya dijadikan pedoman dasar, dengan
niat dan i`tikad karena Allah semoga buku kajian akhlak ini bermanfaat bagi
para pelajar yang sedang mengkaji ahklak, dengan merujuk sebuah kajian dari
al-Hafidz Hasan al-Mas`udi “Taisirul Kholaq” seorang ulama dari
al-Azhar.
Tulisan ini penulis persembahkan
untuk generasi muda muslim, semoga dengannya mampu mengamalkan dan merubah
karakter menjadi berbudi luhur dan santun sebagai generasi penerus Islam serta dapat
meniru akhlak Nabi Muhammad sebagi suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Semoga
bermanfaat.. Amin.
DAFTAR ISI
BAB I . TAQWA…………………………………………………………………………………4
BAB II ETIKA GURU…………………………………………………………………………..5
BAB III ETIKA MURID………………………………………………………………………...6
BAB IV HAK ORANG TUA……………………………………………………………………7
BAB V HAK KERABAT / SAUDARA…………………………………………………………8
BAB VI HAK TETANGGA……………………………………………………………………..9
BAB VII ETIKA BERGAUL……………………………………………………………………9
BAB VIII RAMAH TAMAH…………………………………………………………………..10
BAB XI PERSAUDARAAN
…………………………………………………………………..10
BAB X ETIKA DI DALAM MAJLIS ILMU…………………………………………………11
BAB XI ETIKA MAKAN
……………………………………………………………………..12
BAB XII ETIKA MINUM……………………………………………………………………..12
BAB XIII ETIKA TIBUR……………………………………………………………………...13
BAB XIV ETIKA DI DALAM MASJID……………………………………………………...13
BAB XV KEBERSIHAN
………………………………………………………………………14
BAB XVI JUJUR DAN DUSTA……………………………………………………………….14
BAB XVII AMANAH…………………………………………………………………………15.
BAB XVIII RENDAH HATI…………………………………………………………………..15
BAB XIX DERMAWAN……………………………………………………………………….16
BAB XX RENDAH HATI……………………………………………………………………...16
BAB XXI HARGA DIRI……………………………………………………………………….17
BAB XXII DENDAM…………………………………………………………………………..17
BAB XXIII HASUD…………………………………………………………………………….18
BAB XXIV MENGGUNJING…………………………………………………………………18
BAB XXV ADU DOMBA………………………………………………………………………19
BAB XXVI SOMBONG………………………………………………………………………..19
BAB XXVII KEBOHONGAN…………………………………………………………………19
BAB XXVIII DZOLIM………………………………………………………………………...20
BAB XXIX ADIL……………………………………………………………………………….20
1.
TAQWA
(التَّقْوَي)
Taqwa: berarti menjalankan segala perintah Allah SWT. serta menjauhi segala larangan Allah SWT.
Taqwa tidak akan pernah sempurna sebelum seseorang meninggalkan segala
perbuatan yang rendah (hina/ buruk). Selain
itu, hanya orang yang berusaha keras untuk mengerjakan segala bentuk kebaikan
yang akan mendapatkan nilai ketakwaan yang sempurna meski sekecil apapun kebaikan
tersebut, karena dimata Allah tidak akan ada sebutir pasirpun dari amal kebaikan yang tidak dibalas “dan barang siapa berbuat kebaikan sebiji dzirroh saja maka dia
akan mendapatinya (pahala)” QS. Al-zalzalah 7. Semua tertulis didalam
sebuah kitab catatan amal masing – masing (لَوْحٌ الْمَحْفُوْظْ).
Dengan jalan amal
sholih,
seseorang dikatakan sedang menempuh perjalanan mendekati Allah (taqarrub),
dan siapa yang berpegang pada
jalan kebenaran dia akan selamat di dunia
dan di akhirat.
Diantara sebab untuk memperoleh
nilai ketaqwaan yang tinggi dimata Allah antara lain : manusia
hendaknya sadar bahwa sesungguhnya dirinya adalah mahluk yang rendah, dan tidak
boleh merendahkan orang yang lain, manusia diciptakan dari tanah pada awalnya,
selanjutnya diciptakan dari setetes air yang hina. Manusia mudah sekali untuk
mengeluh jika mendapat cobaan, putus asa, dan banyak yang menyalahkan orang
lain serta menyalahkan Tuhan, sedangkan disaat dia mendapatkan kenikmatan dia
lupa bersyukur, hingga ujungnya banyak yang merasa enggan membantu orang yang
membutuhkan, padahal di sekitar kita
masih banyak di jumpai anak – anak kecil yang seharusnya sekolah, dengan
bermodal gelas plastik bekas, mereka
berjuang mendapatkan sepeser rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kita harus sadar bahwa mereka adalah
mahluk Allah, di dalam berbuat
baik kita tidak boleh membeda– bedakan mereka. Allah Maha Kuasa atas segalanya,
dengan kehendaknya langit telah tercipta, bumi telah berputar, matahari telah
bersinar, bintang telah bercahaya dan angkasa luas tercipta. Sebagai manusia
yang sangat lemah tentunya kita tidaklah patut durhaka kepada Allah Tuhan alam
semesta, karena pada
setiap kepala, Allah menyuruh seorang malaikat untuk mengikuti kemanapun kita
pergi, dan Allah Maha Mengetahui apapun yang kita sembunyikan di dalam hati dan
pikiran kita.
Allah telah memberikan kita nikmat yang tiada
tara, semenjak kita membuka mata kita, mulai dari bangun tidur, berapa banyak
oksigen yang kita hisap ?, berapa kali jantung memompa darah keseluruh tubuh ?,
dan berapa ribu kata mulut kita berbicara ?, namun Allah tidak pernah meminta
manusia untuk membayar pajak atau royalti dari fasilitas yang kita
dapatkan. Oleh karena itu marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Seoran g Muslim yang baik tentunya kita harus tahu dan sadar bahwa setiap
awal pasti ada akhir, setiap hidup pasti ada mati, karena setiap yang hidup
telah ditetapkan ajalnya oleh Allah Swt.
Lantas bagaimana kita mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatan kita di hadapan
Allah yang disaksikan seluruh mahluk dari jaman Nabi Adam sampai akhir kiamat
nanti, tentunya kita akan merasa sangat malu jika keburukan kita diketahui oleh
orang lain.
Setiap orang akan dihadapkan pada 2
jalan ke surga dan neraka, kita harus
sadar bahwa manusialah yang memilih diantara 2 jalan tersebut, janganlah kita
menjadi munafik dengan menyalahkan iblis atau setan yang dikambing
hitamkan, kita sadar betul semua itu
adalah tergantung kita sendiri, karena jika tidak kita ikuti jalan
keburukannya, tentunya iblis tidak mampu berbuat apapun, dan jika kita ikuti
rayuannya maka sesungguhnya kitalah yang telah membuat pilihan.
Sebagai hamba yang beriman tentunya
mempunyai motifasi tinggi yang juga diharapkan dapat menjadi motifator bagi
orang lain di dalam dan di luar
lapangan. Bersama dengan itu dia akan
selalu berusaha berbakti kepada orang tua, serta berusaha lebih baik terhadap
semua orang, jika hal itu dilakukan maka
bukan tidak mungkin akan menjadi pribadi yang disayangi dan dihormati orang
lain, sedang di akhirat akan mendapatkan buah dari amal sholihnya berupa
kenikmatan surga beserta seluruh fasilitasnya serta dipuji oleh penghuni
langit.
2.
ADAB (ETIKA) GURU / PENGAJAR (الْمُعَلِّمُ)
Guru, ustadz, pengajar atau tutor merupakan
cermin dari pada seorang murid, bagaimana keilmuawannya, pengetahuannya, serta
budi pekertinya akan ditiru, oleh karena itu jika seorang guru bertanggung
jawab, disiplin tinggi, professional, tentu akan memberikan nilai tersendiri
bagi para murid atau santri.
Di sisi lain tidak semua orang bisa menjadi
seorang guru, apalagi guru yang mengajarkan ilmu tentang budi pekerti (guru
agama), seorang guru haruslah mempunyai karakter dan sifat – sifat yang terpuji, banyak di antaranya
orang yang mempunyai kepandaian yang luar biasa, namun dianggap kurang berhasil
dalam mendidik seorang murid dalam hal budi pekerti, penyebabnya adalah jiwa keguruan yang memang belum dimiliki
olehnya. Banyak di antaranya para
sarjana di negara kita yang mempunyai kemajuan intelektual yang luar biasa,
tetapi sekali lagi dianggap gagal dalam menjawab tantangan mengajar etika.
Karena pada hakikatnya jiwa seorang murid
terpaut sangat dekat dengan seorang gurum, terlebih guru favorit bagi sang murid,
seakan menjelma menjadi seorang motifator dan percontohan bagi pribadi sang murid,
jika seorang guru tidak merasa jiwanya terpaut dengan murid – muridnya maka
sudah dapat ditentukan bahwa tidaklah disebut sebagai seorang profresional.
Seorang guru diharuskan menjunjung nilai ketaqwaan, kerendahan
hati, lemah lembut kepada murid, tegas, dan berwibawa. Seorang murid bagaikan kertas putih yang siap
menerima warna apapun yang akan dicatat ke dalam hati dan pikirannya. Sementara kita juga tahu bahwa setiap anak
yang lahir ke dunia membawa karakter yang sungguh kian komplek, dalam
pembentukan akhlak tidak bisa hanya di bebankan kepada guru yang sangat
terbatas bersama para murid. Peran orang tua juga sangat
dibutuhkan di dalam mengawasi gerak keseharian setiap anak.
Bukannya tidak mungkin seorang anak yang dibiasakan berkata
tidak jujur akan berbohong, selain itu guru juga berusaha menciptakan iklim
yang kondusif antara murid dan orang tua, pembelajan yang inofatif dan
kompetitif. Bagaimanapun juga tidak ada akan murid jika tidak ada guru, dan
tidak tidak ada anak berbakti jika masih ada orang tua yang tidak mengajarkan
kejujuran, kesopanan, serta rasa tanggung jawab sedini mungkin.
3.
ADAB SANTRI/ MURID (الْمُتَعَلِّمُ)
Seorang santri atau murid sewajarnya harus mempunyai adab dan tatakrama,
baik bersama teman, diri sendiri maupun bersama ustadznya. Karena adab itulah
seseorang akan dihormati, akan tetapi
jika seseorang tidak beretika niscaya tidak lagi ada yang akan menghormatinya
lagi.
Etika murid terhadap diri sendiri diantaranya;
·
Meninggalkan segala bentuk sifat ujub atau pamer ( melebih
– lebihkan kenikmatan dengan melupakan Allah Dzat yang telah memberikannya
serta merasa dirinya sendiri yang mampu sukses tanpa pertolongan Allah).
·
Tawadhu`
(rendah hati) dan jujur yang pada ujungnya akan mendapat
rasa kasih sayang dan kepercayaan dari orang lain.
·
Wiqor
(berwibawa) dalam setiap langkahnya.
·
Menjaga pandangan dari segala hal yang tidak patut untuk dilihat.
·
Berusaha menjadi orang yang bisa dipercaya, apalagi dengan ilmu
yang telah didapatkannya.
·
Tidak asal menjawab pertanyaan yang memang tidak bisa dijawab.
Etika murid terhadap guru :
·
Yakin bahwa guru kita mempunyai kedudukan seperti orang tua kita,
bahkan bisa lebih tinggi, karena orang tua kita memelihara jasad kita, tapi
guru berusaha memelihara jiwa kita dari segala keburukan batin.
·
Duduk dengan hikmah, sopan, dan mendengarkan apa yang disampaikan
oleh guru.
·
Tidak membicarakan kelebihan guru lain dihadapannya, tidak juga
merendahkan kedudukan guru.
·
Tidak menanyakan hal yang diluar kemampuan guru (dengan maksud
melecehkan).
Etika murid terhadap teman - teman :
·
Menghormati teman.
·
Tidak merendahkan teman yang lain.
·
Tidak membanggakan diri dihadapan teman – teman yang lain (secara berlebihan).
·
Tidak merendahkan teman saat mereka tidak mampu menjawab.
·
Tidak menunjukkan sikap sinis saat teman mendapat teguran dari
guru, karena hal itu dapat menyebabkan permusuhan dan dendam antar teman.
4.
HAK – HAK ORANG TUA
(الْوَالِدَيْنِ)
Jasa orang tua sangat besar kepada kita, jika bukan karena mereka
berdua tentunya kita tidak akan terlahir ke dunia. Dengan bersusah payah mereka korbankan waktu,
harta benda, dan jiwa raganya demi anaknya.
Jika kita melihat sang ibu, bagaimana selama 9
bulan telah mengandung dengan susah payah, bahkan ketika melahirkan, seorang
ibu harus bergulat dengan kematian, seakan kaki kanan di akhirat dan kaki kiri
di dunia, semua itu dilakukan demi sang anak tercinta yang kelak diharapkan
berbakti kepada kedua orang tuanya.
Sedangkan sang ayah berusaha sekuat tenaga mencari nafkah meski
panas, hujan, dan duri – duri tajam
siap menghadang. Semua dilakukannya agar
seorang anak tetap bisa makan sebagaimana mestinya, mendapat fasilitas
sebagaimana layaknya, bahkan terkadang sang ayah lupa akan usia yang telah
menggerogoti usianya, badan yang dulu tegak sekarang telah bungkuk, kulit yang
diwaktu muda kencang berubah hitam terbakar matahari, itulah arti pengorbanan
bagi orang tua.
Sudah sepantasnya sebagai seorang anak kita
harus menyayangi mereka, menghormati mereka, jangan ada lagi kata – kata kasar
yang keluar dari mulut kita, karena semua itu akan menjadikan malapetaka bagi kita
(kualat;Jawa).
Cintailah mereka sebagaimana mereka mencintai
kita, terlebih jika usia mereka telah semakin senja, terkadang mereka akan
kembali seperti anak kecil, dan semua itu Allah ciptakan untuk menguji kita,
seberapa besar rasa pengabdian dan balas budi kita kepada mereka.
Banyak di antara kita yang kadang berani
durhaka kepada orang tua, ingatlah tidak akan bahagia di dunia dan di akhirat
bagi anak yang berani kepada orang
tua. Sesukses apapun kita,
Allah tidak akan memberikan rahmatNya kepada orang yang durhaka kepada orang
tua.
Allah SWT. berfirman;
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)
Artinya; Dan Tuhanmu memerintahkanmu untuk tidak
menyembah kecuali kepadaNya, dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik – baiknya, jika salah seorang diantara keduanya
atau keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali –
kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlahkepada mereka ucapan yang mulia. Q.S al-Isro 23.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
” Surga dibawah telapak kaki ibu “ Dalam
hadis yang lain dikatakan : “ Ridho Allah ada dalam ridho orang tua, dan
murka Allah ada dalam murka orang tua”.
5.
HAK KERABAT/ SAUDARA
(الْأُخْوَاةْ )
Kerabat merupakan keluarga kita yang paling
dekat, mereka juga harus kita sayangi, oleh karena itu mereka disebut Dzawu
rohim (orang yang mempunyai ikatan kasih sayang yang kuat).
Allah S.W.T. memerintahkan kepada manusia untuk selalu menjaga tali
silaturrahmi (tali persaudaraan), dan Allah sangat murka terhadap orang yang
memutuskan tali persaudaraan.
Allah berfirman di dalam hadis qudsi yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW “ Aku yang Maha Pengasih, dan orang
ini adalah seorang pengasih, maka Aku berikan salah satu namaKu (kebanggaanKu)
kepadanya, siapa yang menyambungnya
(silaturrahmi) maka Aku akan selalu menyambungnya (beruhubungan dekat), dan
siapa yang memutuskannya maka Aku akan memutuskannya ”.
Dari dalil di atas kita dapatkan pelajaran, sudah
sepantasnya seseorang harus menjaga hak dalam persaudaraan, serta menjaga nilai
– nilai persaudaraan apalagi persaudaraan antara sesama muslim, karena
sesungguhnya semua muslim bersaudara. Kita
tidak boleh menyakiti saudara yang lain dengan ucapan atau perbuatan yang dapat
menyakiti mereka, bahkan seharusnya kita harus tawadhu` (merendah diri, tidak
melebih - lebihkan kemampuan diri kita).
Sebagai orang yang bertetangga, Islam menyuruh kita untuk membantu
beban hidup saudara dan kerabat, kita tidak boleh bosan - bosannya melakukan hal itu. Disaat kita tidak melihatnya beberapa pekan,
maka hendaknya kita tanyakan keberadaan mereka, bukan hanya cuek saja, kita
dianjurkan untuk membantu untuk mewujudkan cita – cita mereka selama kita
mampu, serta mencegah segala keburukan yang bisa mengancam keselamatan mereka
meskipun sebenarnya mereka terlihat tidak membutuhkan bantuan kita, selanjutnya
Islam mengajarkan kita menziarahi (silaturrahmmi) agar senantiasa terjaga
hubungan persaudaraan kita.
6.
HAK BERTETANGGA ) (الْجَارّ
Sebagai agama yang syamil (menyeluruh) Islam
juga memberikan penjelasan tentang hak -
hak dalam bertetangga, di dalam konsep Islam dikatakan tetangga jika orang tersebut
tinggal disekitar berjarak 40 rumah dari
rumah kita.
Sebagai muslim kita dituntut memenuhi hak-hak
bertetangga seperti mengucapkan salam disaat kita berjumpa dengan mereka, berbuat baik kepada mereka, membalas kebaikan
yang mereka berikan pada kita (semampu kita).
Jika kita
mempunyai urusan hutang – piutang maka maka segeralah menyelesaikannya dengan
cara yang baik. Jika mereka sakit kita
jenguk mereka, kita ikut senang saat mereka merasa bahagia, dan jika mereka
mendapat suatu cobaan/musibah maka sewajarnya kita harus menghibur mereka.
Kita tidak boleh terlalu
memandang perempuan mereka (istri dan orang yang dicintai). Kita dianjurkan untuk menutupi kekurangan
mereka, kita tidak boleh membuka aib mereka karena Nabi bersabda : “ Siapa
yang membuka aib orang lain maka Allah akan membuka aibnya, dan barang siapa
yang menutup aib orang lain maka Alah akan menutup aib mereka “.
Selanjutnya kita dianjurkan semampu kita untuk menghalangi segala
sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman.
Jika kita bertemu mereka maka menghadaplah dengan senyum dan tidak
menunjukkan muka masam. Rosul mengatakan ; ” Siapa yang mengaku beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia memuliakan tetangganya “.
Dalam suatu riwayat yang lain oleh
Ai`syah R.A. Nabi bersabda : “ Tiada henti-hentinya Jibril selalu
berwasiat (berbuat baik) kepada tetangga, sehingga hampir saja aku menganggap
dia (tetangga) juga berhak mendapat warisan (tetangga tidak berhak).
7.
ETIKA DALAM PERGAULAN (الْمُعَا شَرَةْ)
Di dalam hal bergaul kita dianjurkan berwajah
ceria (murah senyum), setiakawan, menghargai pendapat orang lain, rendah hati
dan tidak sombong, lebih baik berdiam jika orang lain bergurau (ramai), meminta
maaf jika ada kesalahan dan mengganti sesuatu jika merusakkan kepunyaan teman.
Berikutnya menghindari sikap terlalu berbangga
diri dengan segala kekayaan dan kedudukan kita, karena hal itu dapat membuat
orang lain tidak nyaman serta menjadikan kedudukan kita jatuh di hadapan
mereka. Kita tidak boleh menampakkan kesalahan orang lain, karena orang
yang senang membuka aib orang lain sungguh tiada memiliki kehormatan.
Seorang penyair Arab berkata ;
اِذاَماَالْمَرْءُ
لَمْ يَحْفَظْ ثَلَاثًا فَبِعْهُ
وَلَوْبِكَفٍ مِنْ رَمَدِ
وَفَاءِ
لِلصَّدِيْقِ وَبَذْلِ مَالٍ
وَكِتْمَانِ السَّرَائِرِفِي الْفؤَادِ
Ingatlah ! tidak akan dikatakan sebagai manusia jika tidak mempunyai 3 hal……….jika demikian maka jual-lah dia, meskipun hanya seharga abu gosok.
3 hal itu adalah bisa dipercaya (amanat), mendermakan harta
(dermawan), serta menyembunyikan keburukan-keburukan didalam hati (tidak
membuka aib orang lain dengan maksud buruk).
8.
RAMAH TAMAH (اُلْفَةْ)
Kata ulfah disini berarti ramah terhadap semua orang
bukan hanya kepada keluarga dan saudara kita saja. Di antara
dasar yang di jadikan pedoman kenapa seorang muslim harus ramah adalah karena faktor
agama, seorang muslim imannya tidak dianggap sempurna sebelum menjadikan
dirinya sebagai pribadi yang bersimpati terhadap semua orang.
Berikutnya adalah faktor nasab/keturunan. Seseorang tentu mempunyai porsi kasih sayang
yang lebih terhadap orang yang disayanginya terlebih terhadap keluarga dan
kerabatnya, jika seseorang telah menyayangi orang lain biasanya dia juga akan
cenderung menyayangi keluarganya. Holid
Ibn Yazid Ibn Muawiyah (salah seorang putra mahkota/ pangeran dari dinasti
Muawiyah) berkata; “ Tidak seorangpun yang aku benci melebihi keluarga
Zubair, lalu aku menikahi seorang perempuan dari mereka dan setelahnya aku
merasa tidak ada seorangpun yang lebih aku sayangi melebihi keluarganya “.
Berikutnya adalah memperkuat tali persaudaraan (mempersaudarakan). Hal ini juga telah dilakukan oleh Rusulullah
SAW yang telah mempersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajirin agar rasa
persauadaraan di antara mereka
menjadi bertambah.
Sedangkan manfaat dari kasih sayang dalam
persaudaraan adalah timbulnya rasa simpati, tolong menolong dalam kebaikan dan
taqwa yang pada akhirnya segala permasalahan menjadi mudah dan bebannya
berkurang karena di kerjakan bersama dan saling bantu membantu.
9.
PERSAUDARAAN (أَلأخَاءْ)
Secara sederhana dapat diartikan menjadi ikatan kuat diantara 2
orang yang kemudian menjadi rasa persaudaraan (saling mengasihi) antara
keduanya. Kedua orang yang saling bersaudara dianjurkan saling bermuwasamah
(memuliakan saudaranya dengan memberi hadiah), berikutnya saling tolong-menolong
satu dengan yang lain, saling memaafkan kesalahan satu sama lain, saling
mencegah kemunkaran antara keduanya, saling mengajak kepada kebaikan, dan yang
tidak kalah penting adalah mempertahankan (istiqomah/kontinyu) ikatan tali
persaudaraannya.
Terlepas dari semua itu,
manfaat ikatan persaudaran sangatlah luas, manusia diciptakan dengan karakter
sosial/ humanisme tinggi sehingga ikatan persaudaraan menjadi sangat penting
untuk menopang hubungan tersebut, manusia diciptakan dalam bentuk yang paling
sempurna, Allah Swt. juga melunakkan
hati manusia dengan rahmatnya serta kasih sayang sehingga diharapkan secara
praktis tercermin dalam ahlak yang mulia.
Allah berfirman dalam kitab al-Qur`an : Maka takutlah kamu
kepada Allah SWT, dan peliharalah tali persaudaraan diantara kalian. Kesimpulannya sebagai seorang muslim
wajib menjaga tali persaudaraan antara kerabat, keluarga dan saudara serta
sesama muslim pada umumnya.
10.
ADAB DALAM MAJELIS ILMU/
MADRASAH/SEKOLAH (مَجْلِسْ)
Etika yang ditanamkan Islam disetiap kita memasuki majlis ilmu (kumpulan
orang) (mengaji/sekolah) hendaknya kita mengucapkan salam.
Selanjutnya duduklah ditempat yang kosong berdampingan dengan peserta
terakhir (jangan melangkahi orang lain), kita sebaiknya tidak mendengarkan
perkataan teman-teman yang tidak bermanfaat, apalagi
ikut-ikutan (sangat tidak bermanfaat).
Jika kita melihat suatu kemunkaran (hal yang tidak baik) maka hendaknya di
cegah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan ucapan kita, jika masih tidak
mampu maka gunakan hati kita yaitu dengan berdoa supaya hal tersebut dihentikan
oleh Allah SWT.
Berikutnya segeralah meninggalkan majelis/sekolah
jika sekiranya sudah tidak ada suatu kepentingan lagi, kita tidak boleh
merendahkan apalagi menghina salah seorang di majelis tersebut karena barang
kali dimata Allah orang yang kita rendahkan lebih baik dari diri kita.
Pada saat kita di dalam
majelis janganlah kita melebih-lebihkan seorangpun dengan hartanya, karena hal
itu dapat melemahkan agama seseorang dimata Allah. Disaat kita telah meninggalkan majelis dan
berada di jalan maka
jagalah pandangan kita dari sesuatu yang seharusnya tidak pantas dilihat, jika kita melihat orang yang butuh bantuan maka
bantulah semampunya.
Selanjutnya, jika ada yang yang bertanya maka jawablah jika mampu
menjawab. Jika ada yang mengucapkan
salam maka jawablah dengan sopan, dan sebaiknya kitalah yang dianjurkan
mengucapkan salam disaat bertemu orang lain.
Jika ada orang yang membutuhkan dan meminta-minta (pengemis) maka
berikanlah sebagian dari yang kamu punya meskipun sedikit, selanjutnya
berusahalah untuk selalu duduk sopan saat berada didalam majelis, karena
seseorang akan menghormati orang jika dia berwibawa.
11.
ETIKA MAKAN (الَأكْلُ)
Sebagai agama yang sempurna Islam tidak hanya
mengajarkan umatnya beribadah secara ritual saja, akan tetapi mempunyai cara
tersendiri untuk mengatur secara jelas dalam tatacara makan, hal ini akan
sangat bermanfaat jika memang betul-betul di kerjakan.
Etika makan dalam Islam yang pertama adalah
mencuci tangan hingga bersih sampai tidak ada bekas kotoran yang tersisa lagi, lalu
membaca basmalah, selanjutnya adalah meletakkan piring di meja makan (tidak
diangkat/ditenteng/disangga dengan tangan).
Pada saat makan
usahakanlah duduk serta berniat makan supaya kuat untuk beribadah sehingga
mendapatkan nilai pahala disisi Allah Swt. Jangan makan jika masih merasa kenyang, selanjutnya
adalah menerima menu apa saja yang telah dihidangkan serta tidak merendahkan
makanan yang telah disiapkan. Terakhir sebaiknya mencari teman untuk diajak
makan bersama.
Adapun hal lain harus dilakukan adalah membaca
basmalah agak keras supaya orang yang ikut makan ikut membacanya, selanjutnya
makan dengan tangan kanan, lalu mengurangi porsi suapan (jika memakai sendok
hendaknya sedikit-sedikit saja, jangan terlalu). Selanjutnya
adalah mengunyah sampai lembut, termasuk etika makan adalah jangan mengambil
makanan lain jika porsi kita belum habis.
Makanlah makanan yang ada di dekat
kita (kecuali buah/hidangan pencuci mulut), sebaiknya jangan meniup makanan
yang masih panas (tunggu agak sedikit dingin).
Berikutnya jangan membelah makanan yang telah
dihidangkan dengan pisau (makanan yang sudah dipiring memakai sendok), jangan
menyentuh (memegang-megang) makanan yang dihidangkan dengan tangan (seharusnya
pakai sendok), jangan membuang kulit/biji buah yang dimakan dalam satu tempat
bersama buahnya. Adapun yang dilakukan setelah makan adalah berdiri setelah merasa
cukup kenyang, lalu mencuci 2 tangan dengan bersih, membersihkan sisa-sisa
makanan dan berdoa memuji kepada Allah.
12.
ETIKA MINUM (الّشُرْبِ)
Adab atau etika minum memang berbeda-beda sesuai dengan budaya masing - masing, namun
sebagai umat Islam tentunya kita mempunyai etika yang berbeda yang telah diajarkan
orang – orang sholih. Di antaranya
adalah mengambil gelas dengan tangan kanan, lalu memperhatikan wadah yang
dipakai (apakah bersih/tidak), selanjutnya adalah membaca basmalah dan minum
sambil sambil duduk, berikutnya adalah minum dengan diteguk
sedikit demi sedikit (tidak sekali teguk), karena jika sekali teguk akan
membahayakan organ hati sebagaimana dilakukan Nabi, demikian perintah Nabi
Muhammad Saw.
Berikutnya meminum dengan 3 nafas/ 3 tegukan dengan membaca
basmalah setiap kalinya dan yang paling akhir membaca hamdalah.
Hendaknya tidak bernafas di dalam wadah saat
minum, dan tidak bersuara di dalamnya, berikutnya disaat berada dalam jamaah
dan ingin memberikan minum orang lain yang ada di kanan kirinya maka dahulukan
yang ada di kanan dulu, meskipun sebelah kiri lebih utama karena Nabi juga
demikian.
13.
ETIKA TIDUR (اَلنَّوْمُ)
Etika tidur di antaranya
bersuci sebelum tidur, selanjutnya tidur dengan miring bersandar lambung kanan
dan menghadap kiblat, selanjutnya hendaknya berniat tidur supaya kuat
beribadah, lalu berdzikir (berdoa) menjelang dan bangun tidur. Hal ini sesuai
dengan yang diajarkan oleh Muhammad SAW, ketika hendak tidur beliau meletakkan tangannya
dibawah pipinya, selanjutnya beliau berdo`a “bismika Allahumma ahya wa
amut’. Serta pada saat bangun tidur beliau berdo`a “Alhamdulillahi
ahyana ba`da ma amatana wailaihin nusyur”
14.
ETIKA BERADA DIDALAM MASJID
(الْمَسْجِدْ)
Masjid adalah rumah Allah, siapa yang hatinya
cinta dan rajin ke masjid Allah Swt. berjanji akan memberikan naungan kepadanya
kelak dihari kiamat. Oleh sebab itulah
seseorang yang berada di dalam masjid sudah sepantasnya berlaku sopan, tenang,
tidak ramai/gaduh, saat masuk kedalam masjid haruslah melepas alas kaki lalu mendahulukan
kaki kanan kita, selanjutnya berdo`a : Allahumma iftahli abwaba
rohmatika اللّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ,
setelah itu kita dianjurkan sholat 2 rokaat (sholat
tahiyyatul masjid), usahakan membaca salam setiap kali masuk ke dalam masjid
meskipun tidak ada siapapun (karena barang kali ada malaikat atau jin
didalamnya).
Setelah itu usahakan duduk dengan tenang serta
berniat taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah dengan dzikir dsb), selanjutnya
hendaknya menahan diri dari segala nafsu dan keinginan buruk.
Berikutnya janganlah sampai berdebat dengan hal yang tidak pantas
dibicarakan, dan janganlah berpindah-pindah tempat (dari tempat duduk jika
tidak ada kepentingan).
Selanjutnya janganlah bersyair
atau bernyanyi
dengan lagu yang tidak
pantas dilagukan. Kita juga tidak boleh bersuara keras-keras jika ada yang
sedang sholat, juga tidak boleh berjalan
melewati orang yang sedang sholat. Kita
juga tidak boleh bermain-main di masjid, selanjutnya hindarilah
memperbincangkan masalah dunia karena biasanya akan berlanjut lama dan
melupakan kita akan keutamaan masjid, Nabi Saw. bersabda
“ akan muncul di akhir
zaman sekelompok orang yang duduk-duduk di masjid, namun yang mereka bicarakan bukanlah bab ilmu dan agama tetapi
hanya dunia semata, maka janganlah kalian duduk bersama mereka, karena
sesungguhnya Allah tidak menginginkan mereka “.
Setelah kita selesai dari keperluan kita di
masjid dan hendak pulang maka saat keluar dari masjid pakailah alas kaki mulai
dari kaki kanan dengan berdoa “ Allahumma inni as`aluka min
fadhlika”. Allah Swt. berfirman
di dalam hadis Qudsi ;” Sesungguhnya rumah-Ku di dunia adalah masjid,
sedang tamu-Ku adalah orang yang rajin ke masjid, beruntunglah orang yang
bersuci di rumahnya kemudian menziarahi-Ku, barang siapa yang menziarahi-Ku,
maka sepantasnya yang punya rumah akan menghormatinya”
Diriwayatkan dari sahabat Anas RA. Nabi bersabda : “ Siapa
yang memberi penerangan di dalam masjid, maka malaikat dan penduduk Arsy akan
selalu memintakan ampun untuknya selama penerangan tersebut masih menyala”.
15.
KEBERSIHAN (النَّظَافَةُ)
Ingatlah bahwasanya kebersihan dalam Islam sangat diperhatikan,
baik kebersihan tempat, baju, dan badan harus betul-betul diperhatikan. Dari hal diatas sudah sewajarnya seorang
muslim terbiasa hidup bersih dan berperilaku sehat, merapikan rambut, kulit, kuku,
dan berpakaian rapi.
Jika kita melihat Rosul, beliau adalah orang yang selalu menjaga
kebersihan, beliau menyisir rambutnya, memakai minyak rambut. Selain itu kebersihan adalah pangkal kesehatan, Nabi bersabda “ Kebersihan
sebagian dari iman” artinya jika
seseorang yang mengatakan telah beriman namun senantiasa tidak mau menjaga
kebersihan, maka tentunya dikatakan keimanannya
masih diragukan. Orang yang berperilaku
bersih tentunya lebih enak dan nyaman untuk dipandang, jika sekarang ini kita
melihat masih banyak orang Islam berperilaku jorok, maka kemungkinan dia
belumlah mengenal Islam dan kewajiban kita sebagai sesama muslim haruslah
saling mengingatkan.
16.
KEJUJURAN & DUSTA (الصِّدْقُ وَاْلِكذْبُ)
Kejujuran adalah suatu hal yang sangat mahal
& sulit namun sebenarnya semua itu akan terasa mudah jika dibiasakan dan
ditanamkan semenjak dini, jujur berarti
mengatakan sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya, sedangkan dusta berarti
menyampaikan sesuatu tidak seperti yang terjadi sebenarnya. Sebab-sebab
utama seseorang berlaku jujur karena mampu berpikir sehat serta kesungguhan dalam
beragama dan keberanian untuk mengatakan kebenaran. Akal berfungsi sebagi pusat kesadaran dan sentral
dari seluruh perbuatan manusia, Karena itulah akal yang sehat akan berfikir
sehat, dan memacu untuk berbuat jujur dalam kehidupan.
Di samping itu
tentunya orang normal akan berpikir berkali- kali mengapa dirinya harus
berbohong, padahal kebohongan bisa menjadi
sumber dari segala kesalahan dan dosa.
Peran agama menjadi hal yang terpenting, seseorang yang beragama
Islam tentunya mengetahui akibat yang disebabkan suatu kebohongan adalah siksa
dan amarah dari Allah di akhirat.
Jika ada seseorang yang masih sering berbohong
tentunya dia hanya berkipir jangka pendek, dia berpikir dengan kebohongannya
dia dapat membohongi semua orang dan merasa aman darinya, sadarlah Allah Maha
Tahu dan tidak tertidur, sehingga sedetikpun kita tidak terlepas dari
pengawasan dari-Nya.
Akibat dari suatu kebohongan justru akan kembali
kepada pelakunya, selamanya dia akan direndahkan bukan hanya oleh sesama
manusia tetapi di akhirat juga dia akan disiksa akibat perbuatannya. Nabi
Muhammad Saw. bersabda “ Ketika seseorang telah berbohong, maka malaikat
akan menjauhi dirinya sejauh 1 mil karena baunya yang busuk “ selain iu Allah Swt. telah berfirman
di dalam al-Qur`an “ Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu
kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang -orang yang jujur”. Dari hal ini haruslah membuat kita sadar, meskipun terlihat suatu
kesalahan tetapi kejujuran pasti akan menang.
17.
AMANAH (أَمَانَةْْ)
Amanah secara bahasa artinya bisa dipercaya, sedangkan secara
istilah artinya memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak mahkluk lain, serta dengan
amanahlah keimanan seseorang dapat dikatakan sempurna.
Seseorang dapat memiliki sifat amanah
dikarenakan beberapa hal penting di antaranya kuatnya keinginan baik dalam
hidup (motifasi hidup), seorang muslim yang mempunyai motifasi tinggi pastinya mengerti
betul makna amanat, dia akan menjaga
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya serta tidak mensia-siakannya, dia
akan menjalani kehidupan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kehati-hatian.
Salah satu hal terpenting yang harus dijaga
oleh seorang yang mempunyai sifat amanah adalah menjaga dirinya dari hal yang
dapat mengancam sifat amanahnya, dia akan tumbuh sebagai pribadi pemaaf, serta
menjauhi segala hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya.
Oleh sebab semua itulah sesungguhnya dapat
kita melihat bagaimana dia menerima kehidupan dan karunia dari Allah Swt. di sisi
lain juga selalu berusaha maksimal, apa yang dilakukannya semata-mata karena
Allah Swt. bukan karena ingin dipuji oleh sesama manusia saja. Nabi berpesan bahwa tidaklah dianggap beriman orang yang tidak
mempunyai sifat amanah.
18.
MURAH HATI (الْحِلْمُ)
Murah hati adalah sifat yang harus dimiliki muslim, yaitu bersedia
untuk tidak membalas seseorang yang membecinya dengan kebencian meskipun mampu
melakukannya. Secara sederhana berarti serupa dengan pemaaf dan tidak
pendendam.
Beberapa hal yang harus kita sadari jika ingin
memiliki sifat pemurah antara lain; Kita harus sadar bahwa tidak semua orang
mempunyai tingkat pengetahuan yang sama, sehingga tentunya tidak berbuat buruk
kepada kita apalagi membenci kita
kecuali hanya dilakukan oleh orang-orang yang kurang ilmunya
(bodoh).
Oleh sebab itulah sewajarnya tentu kita merasa
sedikit kesal jika tanpa salah tiba-tiba kita
disalahkan apalagi dibenci seseorang, namun kembali lagi janganlah
kemudian terlalu berlebihan karena yakinlah bahwasanya mereka tidak tahu.
Dibalik semua itu marilah kita tanamkan sifat malu didalam diri
kita, karena hanya dengan malu kita akan dapat mengimbangi amarah di dalam
diri kita. Allah sangat memuliakan orang
yang bermurah hati, hal ini senada dengan hadis yang disampaikan Nabi Muhammad
Saw.
” Sesungguhnya
Allah sangat menyayangi orang-orang yang bermurah hati, dan sangat membenci
orang yang berkata keji”.
19.
DERMAWAN (السَّخَاءْ)
Dermawan berarti mendermakan harta dalam kebaikan tanpa adanya
sifat sayang, serta tidak berlebihan dalam membelanjakannya (tidak boros). Sifat dermawan merupakan suatu keutamaan dan
kebiasaan yang baik, dermawan mempunyai ikatan kuat dengan hati seseorang,
dengannya akan mendidik seseorang menjadikan dirinya ramah serta peduli dengan
sekitarnya.
Nabi Muhammad Saw. adalah seorang
yang sangat dermawan, hingga beliaupun tidak pernah sekalipun menolak orang
yang meminta-minta di hadapannya. Diriwayatkan suatu ketika malaikat Jibril
turun dan berkata kepada Nabi Muhammad Saw “ Sesungguhnya
Allah berfirman ;” Ini adalah agama (Islam) yang Aku (Allah) telah meridhoinya,
tidak ada yang memperbaikinya (berbuat baik dalam islam) kecuali orang yang dermawan
dan berahlak mulia, maka muliakanlah mereka semampu kalian “.
20.
RENDAH HATI (اَلَتَّوَاضُعْ)
Tawadhu` juga berarti merendahkan diri, rendah
hati, di sini bukan berarti menghinakan diri sendiri, akan tetapi orang yang
tawadhu sesungguhnya lebih mulia di mata Allah, karena Allah tidak menyukai
orang yang sombong.
Bahkan sangat mulia baik di mata
manusia terlebih di mata Allah Swt. Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan; Siapa
yang merendah diri dihadapan Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya,
sedangkan siapa yang sombong maka Allah akan menurunkannya sampai kederajat
yang paling rendah”.
Tawadhu juga berarti menetapkan sesuatu sesuai dengan haknya,
maksudnya tidak merendahkan hal yang seharusnya mulia, serta tidak meninggikan
hal yang seharusnya rendah. Pada jaman sekarang,
sangat susah untuk menemukan orang-orang yang rendah hati, banyak orang yang
karena jabatannya bersikap tidak sepantasnya kepada orang yang lebih tua,
padahal Nabi Muhammad saja sangat menghormati para sahabatnya meskipun usianya
masih sangat muda jika dibandingkan dengannya.
Selain itu ada juga orang kaya yang tidak
menghargai orang miskin, padahal Nabi Sulaiman saja yang jauh lebih kaya sangat
menghormati umatnya yang tidak mampu, ada yang merasa tampan (artis dsb) merasa
bangga hingga membuatnya melecehkan orang yang dianggap jelek, jika
dibandingkan dengan Nabi Yusuf sudah tentu belum ada apa-apanya.
21.
HARGA DIRI (عِزَّةُ الّنَفْسِ)
Harga diri adalah sifat yang menjadikan seseorang menjadi terhormat
dan dihormati. Dalam hal lain dapat
diartikan sebagai usaha seseorang untuk menempatkan dirinya terhormat dan dihormati
orang lain.
Agar dapat mencapainya kita harus berusaha untuk mengenal diri
sendiri, menjadikan diri kita layak dihormati serta sadar dengan kedudukan kita
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Buah dari usaha tersebut akan menjadikan kita menjadi tahan uji, siap
tanding, dan tahan banting.
Kita akan menjadi seorang yang merasa cukup dengan apa yang kita
miliki (tidak serakah dan tidak bergantung kepada orang lain). Dalam sebuah
hadis Nabi Muhammad Saw. “Sesungguhnya Allah Swt. sangat menyayangi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya
masing-masing (tidak dipaksa-paksa)”.
22.
DENDAM (الْحِقْدُ)
Dendam adalah menyimpan rapat atau
memendam keburukan (amarah) dalam hati, serta menunggu-nunggu waktu yang tepat
untuk membalas sakit hatinya.
Sifat pendendam biasa dimiliki oleh
seorang pemarah yang selalu menuntut balas, dan tidak mudah memaafkan orang
lain serta keras kepala, mereka senantiasa tidak mau mengalah. Selalu
menghitung kejelakan orang lain, orang semacam inipun jika berbuat kesalahan
maka orang lainpun tidak akan mau memafkannya.
Faktor yang menjadikan seorang menjadi
pendendam adalah karena didalam hatinya selalu dihiasi rasa iri dan dengki,
serta senang jika orang lain mendapat suatu musibah. Dia merasa tidak
nyaman jika ada orang lain yang saling mengasihi dan menyayangi, tabiatnya
selalu ingin merendahkan orang lain, berbicara buruk, serta mengumbar keburukan
orang lain, gemar mengolok – olok orang lain, bahkan sampai menyakiti fisik
orang lain. Sifat pendendam dilarang
oleh agama Islam sebagaimana sabda Nabi :” " الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُدُوْدٍ Bukan seorang Muslim jika masih punya sifat pendendam ”.
23.
HASUD /IRI
HATI (الْحَسُدْ)
Hasud adalah mengharap hilangnya
suatu kenikmatan yang dimiliki orang lain, jika mengharap mendapat kenikmatan
seperti yang didapat orang lain danterpacu untuk bekerja keras untuk
memperolehnya disebut ghibthoh (motifasi), dari segi hukum
diperbolehkan ghibthoh karena hal ini akan membangkitkan
motifasi. Bahkan ini sangat dianjurkan untuk memacu kemajuan seseorang dalam
mencapai kesuksesan, oleh karena itulah Nabi memberi batasan, perbedaan antara
mukmin dan kafir dalam sabdanya “ الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُقْودٍوَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ
“ Seorang mukmin
mempunyai motifasi, sedangkan seorang munafik selalu hasud “.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang
berlaku hasud diantaranya adalah :
1) Tidak suka atau
selalu kurang menerima dengan nikmat (hasil) yang telah diperoleh serta tidak
bersukur.
2) Orang yang
hasud sebenarnya lemah, sehingga dirinya merasa tidak mampu mencapai tujuan
sebagaimana yang dicapai orang lain.
3) Sifat bahil
yang selalu menghantuinya, sehingga selalu menginginkan kesuksesan yang telah
dimiliki orang lain.
Sifat hasud hanya dapat dilawan dengan berpegang teguh pada ajaran agama
Islam, serta selalu waspada akan kemunculannya.
Terakhir adalah ridho (lapang dada) dengan semua hal yang kita punya,
sehingga tidak akan merasa iri dan hasud dengan kelebihan yang ada pada orang lain
lagi.
24.
MENGGUNJING (غِيْبَةْ)
Menggunjing artinya membicarakan
keburukan orang lain meskipun didepannya (dengan maksud melecehkan). Seperti jika ada orang yang mengatakan
sipincang atau sifasik, simiskin, atau sibaju buruk dengan maksud merendahkan
mereka.
Ghibah biasanya disebabkan beberapa
hal : 1) Hasud 2) Tamak (rakus) dengan segala kedudukan didunia 3)
Menjalani hidup hanya dengan gurauan (main-main) 4) Gemar mengolok-olok orang
lain.
Ghibah tidak akan memberi jalan
keluar dari suatu masalah atupun memberi petunjuk terbaik dalam kehidupan,
namun justru akan menyesatkan seseorang hingga jauh dari kebenaran. Allah SWT
sangat mencela perbuatan ghibah, didalam al-Qur`an dikatakan وَلَايَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
أَيُحِبُُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْ كُلَ لَحْمَ أَخِيٍهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ Dan janganlah kalian saling menggunjing satu sama lain, apakah
salah seorang dari kalian menyukai memakan bangkai saudaranya , (tentulah)
kalian membencinya.
25.
ADU DOMBA/FITNAH (نَمِيْمَةْ)
Namimah adalah menceritakan pembicaraan, perbuatan, atau tingkah laku
seseorang kepada orang lain agar timbul
permusuhan di antara keduanya. Terkadang seseorang menceritakan suatu keburukan
kepada orang lain karena alasan
tertentu, diantaranya karena sengaja mengharapkan supaya timbul permusuhan
antara keduanya, ada juga karena rasa
sayang terhadap orang yang diberitahu,
sehingga dia berharap tahu akan keadaan yang sebenarnya, sedang yang terakhir
adalah bukan karena keduanya, tetapi hanya memang suka membual dan terlalu
berlebihan saja.
Hal yang dapat mencegah namimah
adalah ilmunya yang dimilikinya sendiri, karena seseorang yang berilmu akan
tahu betul akan bahaya namimah yang dapat menjadi permusuhan dan dendam. Nabi
Muhammad SAW bersabda :
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَي اللهِ الَّذِيْنَ يَأْلَفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ
,وَإِنَّ اَبْغَضَكُمْ إِلَي اللهِ الْمَشّاَءُوْنَ بِالنَمِيِْمَةِ
الْمُفَرِّقُوْنَ بَيْنَ الْإِخْوَيْنِ artinya: “ Sesungguhnya hamba yang paling di cintai Allah
adalah hamba yang ramah, dan terbiasa bersikap ramah, dan hamba yang paling
dibenci Allah adalah hamba yang gemar mengadu domba dengan fitnah yang mencerai
beraikan antara 2 orang saudara ”.
Sedang di dalam hadis yang lain diriwayatkan “ لَايَدْخُلُ الْجَنَّةَ النَّمَامُ“ artinya” tidak akan masuk surga orang
yang gemar mengadu domba “ .
26.
SOMBONG (اْلكِبْرُ)
Sombong artinya mengagungkan diri
sendiri dengan menganggap orang lain tidak ada yang melebihinya. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh
kesombongan. Hal negatif pertama
pastinya adalah menyakiti orang lain, memutus tali kasih sayang, membuat orang
menjadi membenci, menjadikan seseorang menjadi pemarah, dan yang paling
berbahaya adalah membawanya jauh dari jalan kebenaran.
Islam sangat mencela kesombongan,
Nabi Muhammad bersabda : “ Tidak akan masuk kedalam surga seseorang yang
mempunyai kesombongan meski sebiji sawi “ .
Manusia harus sadar bahwa kita diciptakan dari setetes air hina,
setelah meninggal akan menjadi bangkai yang tidak berharga, sehingga tentulah
sangat tidak bermanfaat jika kita masih saja menyombongkan diri kita.
27.
KEBOHONGAN (الْغُرُورْ)
Ghurur adalah berdiam diri mengikuti
hawa nafsu ( senantiasa mengikuti keburukan).
Ghurur terbagi menjadi dua macam, yaitu ghururnya seorang kafir dan
ghururnya seorang muslim.
Ghurur seorang kafir adalah merasa
benar dengan keyakinannya, padahal hanya islam agama yang hak disisi Allah,
mereka menukar kebahagiaan akhirat dengan bersenang-senang didunia semata, ada
juga yang menganggap dunia adalah segalanya dan bisa menjamin keselamatannya
kelak di akhirat.
Ghurur kedua adalah ghururnya
seorang mukmin, jika ada seorang mukmin berlaku lalim dan berpikir pasti
diampuni Allah itu juga salah, atau juga seseorang yang berlomba- lomba mencari
ilmu tetapi tidak diamalkan, sesungguhnya keduanya telah melakukan kebohongan
karena sesungguhnya apa yang dipikirkan mereka salah. Selain 2 hal diatas masih
banyak lagi orang yang berbuat ghurur karena pada hakikatnya kehidupan dunia
banyak dihiasi ghurur/ kebohongan.
28.
DZOLIM (الُظّْلمُ)
Dzolim mempunyai arti keluar dari
batas, karena itulah segala macam keburukan sesungguhnya telah berbuat dzolim.
Dzolim terbagi menjadi 2 yaitu dzolim terhadap diri sendiri dan dzolim terhadap
orang lain.
Jika kita melakukan pekerjaan yang
sebenarnya bukan kemampuan kita tetapi kita paksa maka yang demikian itu
disebut ghurur. Dan jika kita melanggar
hak-hak orang lain sesungguhnya kita telah mendzolimi orang lain.
Nabi Muhammad SAW bersabda :”
kedzaliman (di dunia) adalah suatu kegelapan diakhirat”. Dalam sebuah
hadis qudsi dikatakan:” Sesungguhnya Aku (Allah) mengharamkan kedzaliman
untuk diri-Ku, dan Aku mengharamkan kedzaliman diantara kalian, maka janganlah
kamu saling berlaku dzolim”.
29.
ADIL (الْعَدْ لُ)
Adil artinya berlaku seimbang, atau
menjalankan sesuatu sesuai dengan aturan agama Islam. Adil terbagi ke dalam 2 hal pertama adil
untuk diri sendiri, kedua adil kepada orang lain.
Adil pada diri sendiri artinya
menempatkan diri kita sejalan dengan peraturan yang berlaku. Jika seseorang
bekerja hingga diluar waktu maka bisa dikatakan tidak adil, karena tubuh butuh
istirahat, atau jika seseorang terlalu memperhatikan aspek lahiriyah semata
dengan tidak memperdulikan aspek batiniyahnya maka juga dikatkan tidak adil.
Adil kepada orang lain bisa
diartikan dalam segala bentuk perbuatan kita dalam keseharian, misalnya jika
seorang pemimpin tidak menjalankan pemerintahan sesuai dengan aturan dan hanya
mementingkan diri sendiri maka dia juga tidak adil. Allah memerintahkan kite
berlaku adil karena selain Allah Maha Adil Dia juga menggariskan keadilan
didalam semua bentuk ciptaannya, oleh sebab itulah dapat kita saksikan dengan
mata kepala kita segala ciptaan yang Maha Kuasa sungguh tidak akan dapat ditiru
oleh manusia, serta jika kita hayati maka akan kita dapatkan betapa sempurna
ciptaan Allah Tuhan semesta alam.
والله نستعين بالدرين أمين والحمد لله رب العالمين, نفعنا واياكم
أجمعين
امين
م
23/Desember/2011
kok tidak ad arabnya
ReplyDeleteafwan dalam hal ini penulis menggunakan Indo supaya lebih mudah dipahami khalayak umum
ReplyDelete