Friday, June 21, 2013

“Amstal, Aqsam, & Jadal al-Qur`an”



MAKALAH ULUMUL QUR`AN
TEMA KAJIAN
AMTSAL,AQSAM & JADAL 

                                                                                                     

OLEH

Fahrudin
 
           AMSAL AL-QUR’AN          
                                                      
                   

A.    Pendahuluan
Hakikat yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangkan ucapan yang baik dan mendekatkan kepada pemahaman, melalui analogi dengan suatu yang telah diketahui secara yakin. Masal (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan dan mantap dalam pikiran, dengan cara menyerupakn hal yang gaib dengan hal yang hadir, abstrak dengan konkrit, dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil,  sebab itu tamsil lebih bisa mendorong jiwa menerima makna yang dimaksudkan hingga membuat akal merasa puas dengannya, selain itu tamsil juga merupakan uslub penjelasan al-Qur`an dari berbagai segi kemukjizatannya. Al-Qothon
B.     Pengertian
Amsal bentuk jamak dari matsal, mitsl (perumpamaan), dan matsil sama dengan syabah, syibh, dan syabih . Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah, dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan, seperti dalam firman Allah swt.
مثل الجنة التى وعد المتقون... [الرعد :35]
“ Yakni kisah surga dan sifatnya yang menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa” (QS. Ar-Ra’ad 35)
Selain itu juga setidaknya ada sejumlah amsal yang lain;                                                             “Dan perumpamaan –perumpamaan itu dibuat-Nya untuk manusia supaya berpikir”(al-Hasr 59; 21).                                                                                                                                                       “Dan sungguh perumpamaan itu kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang  yang berilmu” (al-Ankabut 29 ; 43)                                                                       “Dan sungguh Kami telah membuat bagi manusia didala al-Qur`an ini semacam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran” ((az-Zumar 39 ; 27)                                                      
Dalam ilmu sastra matsal diartikan dengan:
قول محكي سا ئر يقصد منه تشبيه حال الذى حكى فيه بحال الذى قيل لاجله
“Suatu perkataan yang dihikayatkan dan sudah berkembang yang dimaksudkan dari, menyerupakan keadaan orang yang di hikayatkan padanya denhgan keadaan orang yang matsal itu dibicarakan
Ibnu Qayyim dalam masalah amstal dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Amstal adalah menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hukum, mendekatkan yang rasional kepada yang indrawi, atau salah satu dari dua indra dengan yang lain karena adanya kemiripan.
Dikatakan pula , difinisi masal ialah menonjolkan suatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik.
Ada juga yang berpendapat, Amstal adalah makna yang paling jelas dalam menggambarkan suatu realita yang dihasilkan oleh adanya daya tarik dan keindahan. Amstal seperti ini tidak disyaratkan harus adanya sumber.
C. Macam-macam Amsal dalam Qur’an
Amsal dalam al-Qur’an ada tiga macam yaitu:
Amsal Musharrahah, ialah suatu yang dijelaskan dengan lafal matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan). Amstal seperti ini banyak ditemukan dalam al-Qur’an dan berikut ini berapa diantaranya:
a) Firman Allah mengenai orang munafik:
“ Perumpamaan (masal) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan meraka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (kejalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita , guruh dan kilat…..” sampai dengan “Sesungguhnya allah berkuasa atas segala seesuatu” ( QS. Al-Baqarah [2]:17-20)
b) Allah menyebutkan pula dua macam masal, ma’i dan nari bagi yang hak dan batil
“ Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit , maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka leburdalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan, masal, (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d[13]:17)
Amsal kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan lafal tamsil dengan jelas. Tetapi dia menunjuk kepada beberapa makna yang indah yang mempunyai tekanan apabila ia dipindahkan kepada yang menyerupainya. Contohnya ialah firman Allah:
...لا فرض ولابكر عوان بين ذلك...[البقرة: 68]
“..Sapi betina yang tidak tua tidak muda, pertengahan antara itu… ( QS. Al- Baqarah [2] 68) mengenai sapi Bani Isro`il                                                                                                                                            “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dann jangan pula terlalu mengulurkannya (al-Isro 17; 29) mengenai infak  
Amsal Mursalah, ialah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafal tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Seperti diantaranya ialah:
...الئن حصحص الحق... (يوسف:51)
“ Sekarang ini Jelaslah kebenaran itu” (QS. Yusuf[12]:51)                                                                “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku”( Yusuf 12;41) “Tidak sama yang buruk dan yang buruk “ (al-Maidah 100)
D. Pendapat Ulama Tentang Amsal
Telah menjadi tradisi para sastrawan, menggunakan matsal ditempat yang kondisinya serupa atau sesuai isi masal tersebut. Jika hal ini dibenarkan dalam ungkapan-ungkapan manusia, maka para ulama tidak menyukai pengunaan ayat-ayat Al-Quran sebagai masal. Kata Abu ‘Ubaid , “ Demikianlah, seseorang yang ingin bertemu sahabatnya atau ada kepentingan dengannya, tiba-tiba sahabat itu datang tanpa diminta, maka ia berkata kepadanya sambil bergurau,
جئت على قدر يموسى (طه :40)
“ Kamu datang menurut waktu yang telah ditetapkan wahai Musa” (Taha:40)
Perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap al-Qur’an .
E. Hikmah Mengetahui Amsal
a) Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan oleh panca indra, lalu mudah diterima oleh akal.
b) Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiran seperti mengemukakan sesuatu yang dekat dengan pikiran.
c) Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.
AQSAM DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Qasam
Aqsam adalah benuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Sighat yang asli bagi sumpah ialah uqsimu atau ahlifu, yang dita’diahkan dengan ba kepada muqsam bihi. Kemudian barulah disebut muqsam ‘alaihi, yang dinamakan jawab qasam, Seperti firman Allah swt:
وأقسوا با لله جهد أيمانهم لا يبعث الله من يموت... (انحل:36)
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah bahwa Allah tidak membangkitkan orang yang mati…” (QS. An-Nahl:38)


B. Macam-macam Qasam dan Contohnya
Didalam berdialek terkadang ad a beberapa macam tanggapan dari pada pendengar terkadang ia memang tidak tahu menahu dengan hal yang dbicarkan, maka cukuplah hanya dengan cara iibtida`I saja, lalu ada juga yang sedikit ada pengatahuan namun agak ragu-ragu maka dibbutuhkan Thalabi ,dan terakhir adalah orang yang menentang, jika demikian maka dibutuhkan yang namanya Qosam sebagai alat untuk melemahkan pendapat mereka dan meyakinkan mereka.
Qasam dibagi menjadi dua yaitu:
Zhahir, ialah sumpah yang didalamnya disebut Fi’il qasam dan muqsam bihi. Dan diantaranya ada yang dihilangkan Fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf  jar berupa “ba”, “wawu” dan “ta”. Dan ada juga yang didahului ‘la nafy” seperti:
لاأقسم بيوم القيمة (1) ولا اقسم با لنفس اللوا مة (2) [القيا مة 1-2]
“Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-kali , Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (Al-Qiyamah:1-2)
Mudhmar, yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan Fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetepi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk dalam  jawab qasam, seperti firman Allah:
لتبلون فى أموا لكم وأنفسكم (ال عمران:186)
“ Kamu sunguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu” (Ali Imran:186).
C. Redaksi Qasam dan Unsur-unsurnya
Unsur-unsur sighat qasam ada tiga:
a) Fi’il yang muta’adi dengan ba.
b) Muqam bihi
c) Muqsam ‘alaihi.
Oleh karena qasam banyak terjadi dalam pembicaraan, dia diringkaskan yaitu dengan membuang Fi’il qasam dan cukup dengan ب saja, kemudian ba diganti dengan و pada isim-isim yang zhahir, atau dengan , tapi sedikit sekali yang memakai ta dan yang banyak memakai wawu.


D. Hikmah Mengetahui Qasam dalam Al-Qur’an
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuati didalam jiwa. Dalam penurunan al-Qur`an ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan dan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.

ILMU JADAL AL-QUR’AN
A. Pengertian Jadal
Jadal atau jidal yaitu bertukar pikiran untuk mengalahkan lawan. Masing-masing orang yang bermaksut berdebat itu bermaksut merubah pendirian lawan yang semula dipeganginya.
Al-Qur`an berdebat dengan para penantangnya dengan dalil yang kuat dan jelas, dikalangan awam maupun ahli, ia membatalkan segala yang rancu vulgar dan mematahkan perlawanan dalam uslub yang konkrit, indahnya susunan tidak memerlukan pemerasan akal dan banyak penyelidikan.
B.     Metode Perdebatan Dalam al-Qur’an  
Metode Jadal Al-Qur`an amatlah komplek dan sangat lugas akan tetapi disini akan kami sebutkan dua contoh kecil saja:
Dalam al-Qur’an banyak mengungkapkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah malakukan perenungan dan pemikiran untuk dijadikan dalil bagi penetepan dasar-dasar akidah.                                                                                                                                               Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang –orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunakn air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu ; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (al-Baqoroh 21-22)    
Membantah pendapat para penentang dan lawan, serta mematahkan argumentasi meraka. Ada beberapa tatacara yang digunakan al-Qur`an diataranya;
a . Membungkan lawan dengan mengajakan pertanyaan pertanyaan tentang hal yang diakui    oleh akal,agar ia mengakui hal yang tadimya diingkari.                                                                           ” Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu apapun, ataukah mereka yang  menciptakan  (diri mereka sendiri )?. Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu ? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan) . ataukah disisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu ataukah mereka yang berkuasa? Ataukah mereka meempunyai tangga (kelangit ) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan diantara mereka mendatangkan sesuatu keterangan  yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki ? Ataukah meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani hutang? Apakah ada disisi mereka pengetahuan tenatang yang lalu mereka menuliskannya ? Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. Ataukah  mereka mempunyai Tuhan selain Allah ? Mahasuci Allah dari apa yangv mereka sekutukan.” (at-Tur d35-43)
b. Mengambil dalil dengan Mabda` (asal mula kejadian) untuk menetapkan Ma`ad( hari kebangkitan).                                                                                                                      “Maka apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama?.Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru”(Qaf ; 15)
     “Maka hendaknya manusia memperhatiakan dari apa dari apakah ia diciptakan? Ia diciptakan dari air yang terpancar.Yang keluar diantara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah benar-benar berkuasa untuk mengembalikannya (at-Tarik ; 5-8)
C.    Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan (kebenarannya) kebalikannya, seperti: “Katakanlah ; siapa yang menurunkan kitab(Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk kepada manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang berceri-berai, kamu perlihatkan sebagiannya dan kamu sembunyikan sebagian besarnya , padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapk-bapak kamu tidak mengetahuinya ? .Katakanlah ; Allah-lah (yang menurunkannya), kemudian (sesudah kamu menyampaikan Qur`an kepada mereka ), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatan mereka .” (al-An`am ; 9)  
D.     Menghimpun dan memerinci, yakni menghimpun beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah ilat.(al-An`am ; 143-144
E.     Membungkan lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan bahwa pendapat yang dikemukakan itu menimbulkan suatu pendapat yang tidak diakui (al-An`am ; 100-101)
  1. Kegunaan Jadal  Dalam al-Qur’an                                                                                                 
Allah menyatakan dalam al-Qur’an bahwa jadal merupakan salah satu tabiat manusia.
Dan manusia adalah mahluk yang paling banyak mendebat.” (QS. Al-kahfi:54)
Disamping itu, Allah memperbolehkan juga ber-munazharah dengan ahli Kitab dengan cara yang baik. Firman-Nya,
“dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik” (An-Nahl:125)
Munazharah seperti bertujuan untuk menampakkan hak (kebenaran sejati) dan membangun hujjah. Itulah metoda Jadal al-Qur’an dalam memberi petunjuk kepada orang kafir dan mengalahkan para penantang al-Qur’an .
Demikianlah pembahasan Amsal, Aqsam, Jadal dalam al-Qur’an. Semoga dengan ringkasan ini dapat membuka sebagian pengetahuan mengenai Ilmu-ilmu al-Qur’an.. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasul Muhammad saw, keluarga, para Sahabat yang telah berjasa dalam sejarah al_qur’an mulai dari penulisan, pangumpulan dan ahirnya dapat kita rasakan sampai sekarang. dan para pengikutnya yang senantiasa melaksanakan ajaran dan sunahnya.


Daftar Pustaka
  • Ash Shiddieqy, M. Hasbi, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Semarang, edisi ke tiga,Pustaka Rizki Putra, 2009
  • Al-Qattan, Manna’ Khalil, terj Mabahis Fi Ulumil Quran, Jakarta: Pustaka al-Kautsa,r2006


No comments:

Post a Comment