MAKALAH ULUMUL QUR`AN
TEMA KAJIAN
“AMTSAL,AQSAM & JADAL”
OLEH
Fahrudin
A. Pendahuluan
Hakikat
yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan dalam
kerangkan ucapan yang baik dan mendekatkan kepada pemahaman, melalui analogi
dengan suatu yang telah diketahui secara yakin. Masal (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna
dalam bentuk yang hidup dan dan mantap dalam pikiran, dengan cara menyerupakn
hal yang gaib dengan hal yang hadir, abstrak dengan konkrit, dengan
menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik
dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil, sebab itu tamsil lebih bisa mendorong jiwa
menerima makna yang dimaksudkan hingga membuat akal merasa puas dengannya,
selain itu tamsil juga merupakan uslub penjelasan al-Qur`an dari berbagai segi
kemukjizatannya. Al-Qothon
B.
Pengertian
Amsal bentuk jamak dari matsal, mitsl (perumpamaan), dan matsil sama dengan syabah, syibh, dan
syabih . Matsal dimaknakan
dengan keadaan, kisah, dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan, seperti
dalam firman Allah swt.
مثل الجنة التى وعد المتقون... [الرعد
:35]
“ Yakni
kisah surga dan sifatnya yang menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang
yang takwa” (QS. Ar-Ra’ad 35)
Selain itu juga setidaknya ada sejumlah amsal yang lain; “Dan perumpamaan
–perumpamaan itu dibuat-Nya untuk manusia supaya berpikir”(al-Hasr 59; 21).
“Dan sungguh perumpamaan itu
kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali
orang-orang yang berilmu” (al-Ankabut 29
; 43)
“Dan sungguh Kami telah membuat bagi manusia didala al-Qur`an ini
semacam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran” ((az-Zumar 39 ; 27)
Dalam ilmu
sastra matsal diartikan dengan:
قول محكي سا ئر يقصد منه تشبيه حال
الذى حكى فيه بحال الذى قيل لاجله
“Suatu perkataan yang dihikayatkan dan sudah
berkembang yang dimaksudkan dari, menyerupakan keadaan orang yang di hikayatkan
padanya denhgan keadaan orang yang matsal itu dibicarakan”
Ibnu Qayyim dalam masalah amstal dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Amstal adalah
menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hukum, mendekatkan yang rasional
kepada yang indrawi, atau salah satu dari dua indra dengan yang lain karena
adanya kemiripan.
Dikatakan pula , difinisi masal ialah menonjolkan
suatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan
menarik.
Ada juga yang berpendapat, Amstal adalah makna
yang paling jelas dalam menggambarkan suatu realita yang dihasilkan oleh adanya
daya tarik dan keindahan. Amstal seperti ini tidak disyaratkan harus
adanya sumber.
C. Macam-macam Amsal dalam Qur’an
Amsal dalam al-Qur’an ada tiga macam yaitu:
Amsal Musharrahah, ialah suatu yang dijelaskan dengan lafal matsal atau
sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan). Amstal seperti ini banyak
ditemukan dalam al-Qur’an dan berikut ini berapa diantaranya:
a) Firman Allah mengenai orang munafik:
“ Perumpamaan (masal) mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah
menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan meraka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah
mereka akan kembali (kejalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita , guruh dan kilat…..”
sampai dengan “Sesungguhnya allah berkuasa atas segala seesuatu” ( QS.
Al-Baqarah [2]:17-20)
b) Allah menyebutkan pula dua macam
masal, ma’i dan nari bagi yang hak dan batil
“ Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit ,
maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa
buih yang mengembang. Dan dari apa (logam)
yang mereka leburdalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan,
masal, (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih akan hilang sebagai sesuatu
yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia
tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS.
Ar-Ra’d[13]:17)
Amsal
kaminah, yaitu yang
didalamnya tidak disebutkan lafal tamsil dengan jelas. Tetapi dia menunjuk
kepada beberapa makna yang indah yang mempunyai tekanan apabila ia dipindahkan
kepada yang menyerupainya. Contohnya ialah firman Allah:
...لا فرض
ولابكر عوان بين ذلك...[البقرة: 68]
“..Sapi betina yang tidak tua tidak muda, pertengahan
antara itu… ( QS. Al- Baqarah [2] 68) mengenai sapi Bani Isro`il
“Dan janganlah kamu
jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dann jangan pula terlalu
mengulurkannya (al-Isro 17; 29) mengenai
infak
Amsal
Mursalah, ialah
kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafal tasybih secara jelas. Tetapi
kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Seperti diantaranya ialah:
...الئن حصحص
الحق... (يوسف:51)
“ Sekarang
ini Jelaslah kebenaran itu” (QS. Yusuf[12]:51)
“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku”(
Yusuf 12;41) “Tidak sama yang buruk dan yang buruk “ (al-Maidah 100)
D. Pendapat Ulama Tentang Amsal
Telah menjadi tradisi para
sastrawan, menggunakan
matsal ditempat yang kondisinya serupa atau sesuai isi masal tersebut. Jika hal
ini dibenarkan dalam ungkapan-ungkapan manusia, maka para ulama tidak menyukai
pengunaan ayat-ayat Al-Quran sebagai masal. Kata Abu ‘Ubaid , “ Demikianlah,
seseorang yang ingin bertemu sahabatnya atau ada kepentingan dengannya,
tiba-tiba sahabat itu datang tanpa diminta, maka ia berkata kepadanya sambil
bergurau,
جئت على قدر
يموسى (طه :40)
“ Kamu datang menurut waktu yang
telah ditetapkan wahai Musa” (Taha:40)
“Perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap
al-Qur’an” .
E. Hikmah Mengetahui Amsal
a) Melahirkan
sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan
oleh panca indra, lalu mudah diterima oleh akal.
b) Mengungkap
hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiran seperti mengemukakan
sesuatu yang dekat dengan pikiran.
c) Mengumpulkan
makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.
AQSAM DALAM
AL-QUR’AN
A.
Pengertian Qasam
Aqsam adalah benuk
jamak dari qasam yang berarti
al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Sighat
yang asli bagi sumpah ialah uqsimu
atau ahlifu, yang
dita’diahkan dengan ba kepada muqsam
bihi. Kemudian barulah disebut muqsam
‘alaihi, yang dinamakan jawab
qasam, Seperti firman Allah swt:
وأقسوا با لله جهد أيمانهم لا يبعث
الله من يموت... (انحل:36)
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan
sekuat-kuat sumpah bahwa Allah tidak membangkitkan orang yang mati…” (QS.
An-Nahl:38)
B.
Macam-macam Qasam dan Contohnya
Didalam berdialek terkadang ad
a beberapa macam tanggapan dari pada pendengar terkadang ia memang tidak tahu
menahu dengan hal yang dbicarkan, maka cukuplah hanya dengan cara iibtida`I
saja, lalu ada juga yang sedikit ada pengatahuan namun agak ragu-ragu
maka dibbutuhkan Thalabi ,dan terakhir adalah orang yang menentang, jika
demikian maka dibutuhkan yang namanya Qosam sebagai alat untuk melemahkan
pendapat mereka dan meyakinkan mereka.
Qasam dibagi menjadi dua yaitu:
Zhahir, ialah
sumpah yang didalamnya disebut Fi’il qasam dan muqsam bihi. Dan diantaranya ada
yang dihilangkan Fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan
dengan huruf jar berupa “ba”, “wawu” dan “ta”.
Dan ada juga yang didahului ‘la nafy” seperti:
لاأقسم بيوم
القيمة (1) ولا اقسم با لنفس اللوا مة (2) [القيا مة 1-2]
“Tidak sekali-kali, Aku bersumpah
dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-kali , Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)” (Al-Qiyamah:1-2)
Mudhmar, yaitu yang didalamnya tidak
dijelaskan Fi’il qasam dan
tidak pula muqsam bih, tetepi
ia ditunjukkan oleh lam taukid yang
masuk dalam jawab qasam, seperti firman Allah:
لتبلون فى أموا لكم وأنفسكم (ال
عمران:186)
“ Kamu sunguh-sungguh akan diuji
terhadap hartamu dan dirimu” (Ali Imran:186).
C. Redaksi
Qasam dan Unsur-unsurnya
Unsur-unsur sighat
qasam ada tiga:
a) Fi’il yang
muta’adi dengan ba.
b) Muqam bihi
c) Muqsam
‘alaihi.
Oleh karena qasam banyak
terjadi dalam pembicaraan, dia diringkaskan yaitu dengan membuang Fi’il qasam dan cukup dengan ب saja, kemudian ba diganti dengan
و pada isim-isim yang zhahir,
atau dengan ﺕ, tapi sedikit sekali yang
memakai ta dan yang banyak memakai wawu.
D. Hikmah
Mengetahui Qasam dalam Al-Qur’an
Qasam merupakan
salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat
kebenaran sesuati didalam jiwa. Dalam penurunan al-Qur`an ada yang
meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang memusuhi. Karena itu
dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan dan kesalahpahaman,
membangun argumentasi, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan
cara paling sempurna.
ILMU JADAL
AL-QUR’AN
A.
Pengertian Jadal
Jadal atau jidal
yaitu bertukar pikiran untuk mengalahkan lawan. Masing-masing orang yang
bermaksut berdebat itu bermaksut merubah pendirian lawan yang semula
dipeganginya.
Al-Qur`an berdebat dengan para
penantangnya dengan dalil yang kuat dan jelas, dikalangan awam maupun ahli, ia
membatalkan segala yang rancu vulgar dan mematahkan perlawanan dalam uslub yang
konkrit, indahnya susunan tidak memerlukan pemerasan akal dan banyak
penyelidikan.
B.
Metode Perdebatan Dalam al-Qur’an
Metode Jadal
Al-Qur`an amatlah komplek dan sangat lugas akan tetapi disini akan kami
sebutkan dua contoh kecil saja:
Dalam
al-Qur’an banyak mengungkapkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah
malakukan perenungan dan pemikiran untuk dijadikan dalil bagi penetepan
dasar-dasar akidah.
“Wahai
manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang –orang sebelum
kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, dan Dia menurunakn air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu ;
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.” (al-Baqoroh
21-22)
Membantah
pendapat para penentang dan lawan, serta mematahkan argumentasi meraka. Ada
beberapa tatacara yang digunakan al-Qur`an diataranya;
a . Membungkan lawan dengan mengajakan pertanyaan pertanyaan tentang hal
yang diakui oleh akal,agar ia mengakui
hal yang tadimya diingkari.
” Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu apapun, ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka sendiri )?. Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu ? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang
mereka katakan) . ataukah disisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu ataukah
mereka yang berkuasa? Ataukah mereka meempunyai tangga (kelangit ) untuk
mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang
mendengarkan diantara mereka mendatangkan sesuatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak
perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki ? Ataukah meminta upah kepada
mereka sehingga mereka dibebani hutang? Apakah ada disisi mereka pengetahuan
tenatang yang lalu mereka menuliskannya ? Ataukah mereka hendak melakukan tipu
daya? Maka orang-orang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. Ataukah mereka mempunyai Tuhan selain Allah ? Mahasuci
Allah dari apa yangv mereka sekutukan.” (at-Tur d35-43)
b. Mengambil dalil dengan Mabda`
(asal mula kejadian) untuk menetapkan Ma`ad( hari kebangkitan).
“Maka apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama?.Sebenarnya mereka
dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru”(Qaf ; 15)
“Maka hendaknya manusia memperhatiakan
dari apa dari apakah ia diciptakan? Ia diciptakan dari air yang terpancar.Yang
keluar diantara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Sesungguhnya
Allah benar-benar berkuasa untuk mengembalikannya (at-Tarik ; 5-8)
C. Membatalkan
pendapat lawan dengan membuktikan (kebenarannya) kebalikannya, seperti: “Katakanlah
; siapa yang menurunkan kitab(Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan
petunjuk kepada manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang
berceri-berai, kamu perlihatkan sebagiannya dan kamu sembunyikan sebagian
besarnya , padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapk-bapak kamu
tidak mengetahuinya ?
.Katakanlah ; Allah-lah (yang menurunkannya), kemudian (sesudah kamu
menyampaikan Qur`an kepada mereka ), biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatan mereka .” (al-An`am ; 9)
D. Menghimpun dan memerinci, yakni
menghimpun beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah
ilat.(al-An`am ; 143-144
E. Membungkan
lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan bahwa pendapat yang
dikemukakan itu menimbulkan suatu pendapat yang tidak diakui (al-An`am ;
100-101)
- Kegunaan Jadal Dalam al-Qur’an
Allah
menyatakan dalam al-Qur’an bahwa jadal merupakan salah satu tabiat manusia.
“Dan manusia adalah mahluk yang paling banyak
mendebat.” (QS. Al-kahfi:54)
Disamping itu, Allah memperbolehkan juga ber-munazharah dengan ahli Kitab
dengan cara yang baik. Firman-Nya,
“dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab
melainkan dengan cara yang paling baik” (An-Nahl:125)
Munazharah seperti bertujuan untuk menampakkan hak (kebenaran sejati) dan membangun hujjah.
Itulah metoda Jadal al-Qur’an dalam memberi petunjuk kepada orang kafir dan
mengalahkan para penantang al-Qur’an .
Demikianlah pembahasan Amsal, Aqsam, Jadal dalam al-Qur’an. Semoga dengan ringkasan ini
dapat membuka sebagian pengetahuan mengenai Ilmu-ilmu al-Qur’an.. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasul Muhammad saw, keluarga, para
Sahabat yang telah berjasa dalam sejarah al_qur’an mulai dari penulisan,
pangumpulan dan ahirnya dapat kita rasakan sampai sekarang. dan para
pengikutnya yang senantiasa melaksanakan ajaran dan sunahnya.
Daftar
Pustaka
- Ash Shiddieqy, M. Hasbi, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Semarang, edisi ke tiga,Pustaka Rizki Putra, 2009
- Al-Qattan, Manna’ Khalil, terj Mabahis Fi Ulumil Quran, Jakarta: Pustaka al-Kautsa,r2006
No comments:
Post a Comment