Segala puji bagi
Allah Swt. Tuhan yang telah mengangkat kenabian olehnya Islam selalu menjadi kebanggaan
di dunia dan akhirat. Dia mengutus yang terpilih sebagai kekasihnya yaitu Muhammad Saw.
serta mengangkatnya dengan derajat kenabian tertinggi sebagai pungkasan para Nabi di bulan Rabii`ul Awwal. Seterusnya Ia telah menyinarinya dengan cahaya wujud, terutus untuk sekalian alam dan seluruh mahluk dari ufuk timur hingga barat, hijrahnya adalah bukti keagungan di bumi Yatsrib sebagai kota Nabi (Madinatun Nabi) sampai ajal menjemputnya, syariatnya akan terus berkibar di muka bumi dengan bendera Tauhid-Nya.
serta mengangkatnya dengan derajat kenabian tertinggi sebagai pungkasan para Nabi di bulan Rabii`ul Awwal. Seterusnya Ia telah menyinarinya dengan cahaya wujud, terutus untuk sekalian alam dan seluruh mahluk dari ufuk timur hingga barat, hijrahnya adalah bukti keagungan di bumi Yatsrib sebagai kota Nabi (Madinatun Nabi) sampai ajal menjemputnya, syariatnya akan terus berkibar di muka bumi dengan bendera Tauhid-Nya.
Hilafiyah dalam Madzhab terkadang
menjadi polemik panjang tidak berujung, keilmuan dunia Islam yang
komplek seharusnya menjadi hasanah
unsur kekayaan akan kebudayaan Islam dengan meraih puncak tertinggi dunia
peradaban. Melatih sikap kedewasaan bagi setiap
penganut madzhab itu sendiri dengan taklid kritis namun sehat, disertai
nilai-nilai kebijakan yang tertanam dalam pribadi setiap Muslim akan menumbuh
kembangkan dunia Islam, namun demikan, realita tak
selamanya nyaman untuk dipandang, berbanding terbalik 1800, ego dan fanatisme yang
berlebihan serta kepentingan satu
golongan atas golongan yang
lain menjadikan semua itu tak lagi nyaman untuk dipandang, polemik panjang dan
sikap saling menjatuhkan sering mewarnai dalam setiap penyelesaian masalah. Secara tidak langsung umat
disuguhkan dengan ragam kecurigaan dalam bentuk dogma-dogma instan untuk
menjatuhkan lawan tanding.
Mimbar
adalah sarana yang nyaman untuk menyampaikan orasinya , sesat dan bid`ah seakan sudah menjadi lagu
wajib guna meyakinkan audiens untuk memperoleh pendukung
dari tiap-tiap golongan, umat dibuat bingung
dan curiga satu sama lainnya. Disisi
lain orientalis yang di masa lampau dibuat
terpana oleh ajaran dan ahlak Islam kini berbanding terbalik memandang Islam
adalah agama yang menakutkan dan sedikitpun tidak memberi ruang kepada umatnya
untuk berkreatifitas dalam mentranspalansi nilai-nilai agama yang seharusnya sangat modernis , dengannya Islam agama yang selalu bisa
memberikan pencerahan dan pemecahan setiap konflik internal maupun eksternal
dalam berbagai aspek.
Namun, yang jelas semua itu adalah
substansi mutlak Islam dalam menjawab semua
tuntutan umat pada zaman moderen ini, nampaknya orang sudah mulai lupa bahwa
ketika Rosulullah mengutus
sahabat Muadz Ibn Jabal untuk menjadi Qodhi
(hakim) disebuah wilayah kekuasaan Islam, Nabi berpesan “ permudahlah jangan
sampai memberatkan , (jangan membuat
mereka lari takut dengan Islam)”. Apabila saat ini masih ada beberapa di antara kita yang masih saklek serta tidak mentolerir dan tidak menghargai
pendapat saudara yang lain maka ingatlah wahai saudaraku, kita ini hanyalah seekor
ikan di dalam samudera
keilmuan Allah Swt., khilaf
dan salah adalah kebiasaan kita, kebenaran milik Allah semata, dampak terbesar yang akan terjadi dalam 10
tahun kedepan adalah kehancuran Islam
karena umatnya sendiri.
Menyadari
keadaan yang sedemikian kusut, penulis
merasa terpanggil untuk turut menguntai
benang kusut yang telah lama terikat,
sebuah buku terjemahan ” Fiqih Empat Madzhab” penulis torehkan sebagai bentuk solidaritas
kepedulian antar Muslim dalam mensikapi berbagi paham fiqih yang sering
diperdebatkan dalam kehidupan sehari -
hari, serta dalam rangka menjaga keutuhan
dan persatuan persaudaraan Muslim yang solid walau dengan harus terbata - bata dan berat
hati dengan segala kekurangan
yang penulis miliki, penulis meringkas sebuah karya masyhur dari seorang ulama
terkemuka dalam karyanya “الفقه مذاهب الأربعة” .
Dengan
merujuk sebuah karya monumental pada
tahun 1882M atau 1299 H dari seorang ulama
terkemuka beliau adalah Imam Al-Juzairi dengan karyanya Al-Fiqih Ala Al-Madzhab Al-Arba,
seorang Syaikh dari al-Az`har Mesir.
Walau penulis sadari banyak sekali keterbatasan yang penulis miliki.
Dengan
ucapan “بسم
الله الرحمن الرحيم” tetap berkaca
dari sebuah perkataan “ بلّغوا ولو أية “ sampaikan
walau satu ayat “ setidaknya ini bisa membantu saudara seiman dan
sekeyakinan dalam memahami kajian fiqih praktis
tentang kekhilafiyahan, semoga
Allah Swt. senantiasa memberikan pertolongan dalam menyelesaikan uraian ini, dengan ketulusan untuk-Nya semata sebagai permata amal yang
dapat bermanfaat di akhirat
kelak . امين يامجيب السّا ئلين .
No comments:
Post a Comment