I`TIKAF (اعتكاف)
A.
Arti I`tikaf
Hukum i`tikaf
adalah mustahab, terkecuali jika dinadzarkan menjadi wajib. Arti i`tikaf secara
etimologi adalah mendiami sesuatu baik yang bersifat baik atau buruk. Sedangkan
secara syar`i artinya mendiami sesuatu dengan syarat khusus[1].
Dasar pelaksanaan i`tikaf ada di dalam surat al-Baqoroh ayat 125 yang
artinya "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud".
Sedangkan di dalam hadis adalah sebagai berikut
:
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ
الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Abdillah bin Umar Ra. “ rosulullah biasa
beri`tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan ”[2]
B. Rukun I`tikaf
Rukun i`tikaf ada dua macam, yaitu niat lalu berdiam menetap di masjid. Meski demikian diperbolehkan di luar bulan
Ramadhan[3].
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ
رَمَضَانٍ وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِي اعْتَكَفَ
فِيهِ قَالَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ أَنْ تَعْتَكِفَ فَأَذِنَ لَهَا
فَضَرَبَتْ فِيهِ قُبَّةً فَسَمِعَتْ بِهَا حَفْصَةُ فَضَرَبَتْ
قُبَّةً وَسَمِعَتْ زَيْنَبُ بِهَا فَضَرَبَتْ قُبَّةً أُخْرَى
فَلَمَّا انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
الْغَدَاةِ أَبْصَرَ أَرْبَعَ قِبَابٍ فَقَالَ مَا هَذَا فَأُخْبِرَ خَبَرَهُنَّ
فَقَالَ مَا حَمَلَهُنَّ عَلَى هَذَا آلْبِرُّ انْزِعُوهَا فَلَا أَرَاهَا
فَنُزِعَتْ فَلَمْ يَعْتَكِفْ فِي رَمَضَانَ حَتَّى اعْتَكَفَ فِي آخِرِ الْعَشْرِ
مِنْ شَوَّالٍ
Artinya
:
Dari Aisyah R.a. berkata “ rosul senantiasa
beri`tikaf pada bulan ramadhan, ketika beliau telah selesai sholat shubuh, lalu
beliau masuk ke dalam tempatnya (tenda kecil), lalu aku meminta ijin untuk
beri`tikaf dan beliau memperkenankannya. Lalu aku membuat tenda, kemudian
Hafsahpun mendengar dan membuatnya, begitupun juga dengan Zainab. Ketika
rosulullah keluar di waktu pagi
dilihatnya ada 4 tenda di dalam masjid, dan beliau bertanya “ adapa ini ? “ dan
aku menceritakannya, beliau berkata tidak ada yang membuat mereka begini kecuali
kebaikan, lepaskanlah (tendanya) dan beliau tidak beri`itikaf lagi (setelahnya)
sampai datangnya 10 akhir terakhir di bulan syawwal.[4]
C.
I`tikaf pada bulan ramadhan
I`tikaf pada bulan ramadhan sangat dianjurkan karena
bertepatan dengan adanya peristiwa “Lailatul Qadar “ yang
mempunyai kedudukan yang luar biasa di sisi Allah Swt. firman Allah dalam surat
al-Qodar : ليلة القدر خير من ألف شهر
Artinya
: malam lailatul qadar lebih utama dari 1000 bulan. Senilai dengan 83/84
tahun.
Keistimewaan
ini hanya dimiliki diberikan kepada umat nabi Muhammad Saw. dan akan tetap ada
hingga hari kiamat[5],
sedangkan seseorang yang melaksanakan sholat isya dan sholat shubuh bertepatan
dengan malam tersebut diangga telah mendapat bagian daripadanya.
Para
ulama mengatakan terjadinya malam tersebut biasa terjadi pada malam-malam
ganjil di akhir 10 ramadhan (21, 22, 23, 24, 25, 27, 29). Namun Syekh Abu Hasan
mengatakan bahwa jika awal ramadhan hari ahad atau rabu maka insya Allah
lailatul qadar akan tiba pada malam yang ke 29, jika awalnya hari selasa akan
tiba pada malam 21, jika selasa atau jumat akan tiba pada malam 27, dan jika
awalnya kamis maka jatuh pada malam 25, dan jika awalnya hari sabtu maka akan
jatuh pada malam 23.
SHOLAT IED
A.
Hukum sholat ied
Sholat ied adalah
salah satu sholat yang diajarkan rosulullah Muhammad Saw. kepada kita. Hukum
sholat ied menurut sebagian para imam adalah wajib ainiyah[6],
sedangkan pendapat lain merupakan sunnah muakkadah[7],
bahkan ada juga yang mengatakan fardhu kifayah[8].
Sholat ied
dilaksanakan oleh penduduk mukim[9]
baik lelaki ataupun perempuan, meski demikian tidak wajib dilakukan dengan
berjamaah.[10]
B.
Hitungan takbir sholat ied
Takbir pertama
sholat ied adalah wajib, sedangkan takbir selanjutnya adalah sunnah. Pada
rokaat pertama dan kedua jumlah takbir sunnah ada yang sebanyak 3 & 3,[11]ada
juga 6 & 5[12],
ada juga yang 7 & 5[13].
Di antara takbir
dianjurkan membaca tasbih[14],
sedangkan pelaksanaan takbir sunnah sendiri
ada yang di awal (sebelum membaca fatihah), ada juga yang di tengah (antara
fatihah & surat).
C.
Makmum yang tertinggal
Bagi makmum yang
tertinggal tidak wajib mengqodlo, akan tetapi diperbolehkan mengqodlonya secara
munfarid (sendiri).
D.
Tempat melaksanakan sholat
Dianjurkan
melaksanakan sholat ied di tempat yang lapang agar menampung seluruh jamaah yang
ada, selain itu bagi perempuan yang sedang berhalangan dianjurkan untuk
mendengarkan khutbah imam (meski tidak ikut sholat). Namun jika masjid masih
mencukupi sebaiknya dilaksanakan di masjid[15].
Menurut imam Syafi`i diperbolehkan melaksanakan sunnah sebelum & sesudahnya[16],
tapi menurut imam lain tidak diperbolehkan.
Daftar Pustaka :
1)
“Rohmatul Ummah fi ihtilafil
A`immah” Syeikh Muhammad bin Abdurrahman Damsyik. Al-Hidayah. Surabaya
2)
“Fiqih ala Madzahibul arbaah”
Abdurrahman al-Juzairi. Dar-elfikr. Beiurut.
3)
“Kifayatul Akhyar”.
Abu Bakar bin Muhammad al-Hasani. Dar-ilmi. Surabaya.
4)
“Khosiyatani”.
Syihabudin ibnu Salamah & Syihabudin Ahmad barlisi. Ihya Kitab Arobiyah. Indonesia.
5)
“Shohih Bukhori”
imam Bukhori. Islamic_Software.
6)
“Bughyatul Mustarsyidin”.
Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husain. Dar-el-Fikri.
7)
Digital Al-Qur`an.
Islamic_Software.
[1]Abu Bakar bin Muhammad al-Hasani “Kifayatul akhyar” hal.
174.
[2] H.R. Bukhori. Shohih.
[3] Suatu saat Rosulullah
[4] H.R. Bukhori. Shohih
[5] Syihabudin ibnu Salamah & Syihabudin Ahmad barlisi. “Khostiyatani”,
Ihya Kitab Arobiyah. Indonesia.
[6] Wajib perorangan. Qoul Abu Hanifah.
[7] Imam Maliki & Syafi`i.
[8] Imam Hambali.
[9] Tidak wajib bagi musafir
[10] Maliki & Syafi`i.
[11] Hanafi
[12] Maliki & Ahmad.
[13] Syafi`i.
[15] Syafi`i.
[16] Kecuali imam.
No comments:
Post a Comment