Saturday, October 26, 2013

Haji dan Umrah



HAJI
Firman Allah SWT :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Ali Imron 96~97.

1.      Pengertian

Haji artinya mengunjungi Mekah untuk thawaf, sa`i, wuquf, dan ibadah lain untuk memenuhi dan mengharap ridho Allah SWT.
Hukum haji adalah wajib sebagai rukun Islam ke 5, haji diwajibkan pada tahun ke enam Hijriyah menurut mayoritas ulama`, tapi ada yang berkata tahun ke-9 atau ke-10 (Ibnu Qoyim).
2.      Fadhilah Haji
1.      Merupakan amal yang paling utama[1]
2.      Merupakan Jihad[2]
3.      Menghapus Dosa[3]
4.      Berpahala Surga[4]
5.      Duta Allah
3.      Kewajiban Haji
Kewajiban berhaji hanya satu kali seumur hidup. Sabda  Nabi  Muhammad SAW ;
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : « يا أيها الناس كتب عليكم الحج » فقام رجل فقال : أكل عام يا رسول الله ؟ فأعرض عنه ، ثم أعادها ، فقال : « والذي نفسي بيده لو قلت : نعم ، لوجبت عليكم ، ولو وجبت ما أطعتموها ، ولو تركتموها لكفرتم » فأنزل الله تعالى : يا أيها الذين آمنوا لا تسألوا عن أشياء إن تبد لكم تسؤكم . ثم قال صلى الله عليه وسلم : « إنما هي مرة واحدة »[5]

4.      Syarat-Syarat wajib Haji[6]
1.      Islam
2.      Baligh
3.      Berakal
4.      Merdeka
5.      Sanggup
Arti dari sanggup adalah sebagai berikut :
·         Sehat jasmani dan ruhani
·         Jalan yang dilalui aman
·         Bekal dan kendaraan ada

5.      Haji Anak-Anak dan Budak
Keduanya sah berhaji meskipun belum wajib, jika hal itu terjadi maka mereka masih ada kewajiban untuk berhaji kembali.[7]
6.      Orang yang Meninggal Sebelum Berhaji
Orang yang bernadzar haji lalu meninggal maka wajib dihajikan dari peninggalannya[8].
7.      Haji yang Dilarang
a.       Haji dengan harta haram[9]
b.      Haji dengan berhutang[10]
8.      Cara Rosul Berhaji
Diriwayatkan Imam Muslim[11] :
Dari Ja`far bin Muhammad dari bapaknya, demikian cerita bapaknya, Kami menemui Jabir di Rumahnya, Ia menanyakan anggota rombongan seorang demi seorang hingga aku, jawabku “Aku adalah Muhammad bin Ali bin Husen......., Dia memintaku bertanya sesuatu, lalu aku bertanya kepadanya yang ternyata dia seorang buta, lalu datang waktu sholat, setelah selesai sholat aku bertanya, “Ceritakanlah Haji rosulullah SAW.” dengan merapatkan 9 jari ia berkata :
Ada sembilan tahun Rosulullah SAW tinggal tidak melakukan haji, yakni di Madinah, lalu tahun ke sepuluh diumumkan  pada khalayak ramai bahwa rosul akan berhaji. Maka banyak orang datang ke Madinah hendak mengikuti dan mencontoh rosulullah”.
Kamipun berangkat bersamanya hingga sampai ke Dzul Hulaifah. Kebetulan Asma` binti Umais melahirkan putranya yaitu Muhammad bin Abu Bakar, lalu disuruhlah orang bertanya pada rosulullah tentang hal itu, rosul berkata “mandilah dan ikatlah perban pada kemaluanmu, lalu ihramlah.”
            Lalu rosul sholat di masjid lalu naik Koswah, yaitu ontanya hingga setelah di padang pasir terlihat lautan manusia sejauh mata memandang. Kepadanya diturunkan Al-Qur`an yang dialah yang tahu arti tafsirnya.
Maka ia pun membaca talbiyah dengan suara keras, “labbaik  Allahumma Labbaik......dst.”orang-orang berucap demikian dan tiada yang menolaknya dengan terus membacanya.
Cerita Jabir  r.a selanjutnya .”Kami hanya meniatkan haji, karena kami belum mengenal umrah. Setelah kami sampai ke ka`bah beliau mengusap rukun (sudut) dengan telapak tangan. Ia berlari kecil 3 kali  dan berjalan  biasa 4 kali,  lalu menuju maqom Ibrahimdan membaca “wattahidzu mim maqomi Ibrohima Musholla”lalu berdiri dengan posisi maqom itu diantaranya dan Ka`bah untuk sholat 2 rokaat dengan membaca al-Ihlas dan al-kafirun, lalu ia kembali ke rukun tadi dan mengusapnya. Serta ia keluar dari pntu gerbang Shofa, dibacanya “ inna sshoffa wal marwata min sya`a`irillah, abda`u bima badaallahu bih”.
Maka dimulailah dari Shofa dan didakilah bukit itu hingga kelihatan olehnya Ka`bah. Ia menghadap kiblat lalu membaca kalimat tauhid dan takbir serta ucapan “la ilaha illallah lahul mulku walahul hamdu wahuwa `ala kulli  syai`in qodir, la ilaha illallah wahdah, anjaza wa`dah wanashoro abdah wahazamal ahzaba wahdah “, lalu Ia berdoa di sela-sela tadi, hal itu dilakukan 3 kali. Kemudian ia turun ke Marwah hingga di bawah ia pun berlari, lalu setelah sampai di tempat mendaki kembali beliau berjalan kaki hingga tiba di Marwah dan melakukan hal itu pula (seperti awal).
Saat thowafnya penghabisan di Marwa, beliau bersabda, “Seandainya aku nanti melakukan lagi apa yang telah aku ibadahkan (aku kerjakan)tadi, aku tidak akan membawa hewan qurbana, hanya aku jadikan saja ibadah tadi sebagai umrah, barang siapa antara kalian tidak apunya qurban maka hendaknya berihlal dan jadikanlah ibadahnya sebagai umrah.
Suraqah bertanya “ Apakah untuk tahun ini atau selamanya ?” nabi menjawab ”Umrah tercakup dalam haji selama dua kali masa, tidak,  bahkan untuk selamanya.”.
Sementara Ali tiba dari Yaman dengan  ternak qurban untuk rosulullah, dan didapatinya Fatimah telah berihlal dengan orang-orang dengan memakai pakaian becelup dan bercelak, Ali menyalahkannya, tapi Fatimah menjawab “ Ayahlah yang menyuruhku “.
Ulasa Jabir, di Irak Ali bercerita “ Aku menemui Rosulullah SAW untuk memarahi Fatimah sambil meminta fatwanya, dan menceritakan yang terjadi.’ Rosul menjawab ‘benar yang dikatakannya’, dan bertanya (kepada Ali)’Apa yang kau ucapka n ketika hendak memulai haji ?’Ujarku ‘ Ya, Allah aku bertalbiyah sebagaimana diucapkan oleh Rosul-Mu’. Sabda nabi ‘Aku punya hewan qurban, maka tak usah kau ihlal dulu
Cerita Jabir, ‘ Jumlah qurbannya sebanyak 100 ekor, maka orangpun berihlal dan bercukur  kecuali Nabi dan yang punya qurban.
Saat tiba hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) mereka menuju Mina, dan bertalbiyah untuk berhaji. Maka Rosulullah menunggangi kendaraan dan di sana melakukan sholat dzhuhur, ashar, maghrib, isya, dan shubuh. Lalu menunggu matahari terbit dan menempuh waktu sambil menyuruh orang mendirikan kemah dari kayu Namirah, lalu beliau berjalan sedang orang Quraisy menyakini beliau akan wuquf di Masy`aril Haram seperti perbuatan orang Quraisy saat Jahiliyah.
Tapi rosul langsung ke Arofah sedang kemah dibuat di Namirah, Ia berhenti saat matahari tergelincir dan menuju bawah lembah lalu berkhutbah, sabdanyibaa,’Sesungguhnya darah dan harta bendamu suci bagimu seperti sucinya hari ini, bulan ini, dan negeri ini. Ketahuilah segala urusan Jahiliyah telah terhapus dan diletakkan di bawah kakiku. Tuntutan darah Jahiliyah dibatalkan, dan  yang awal adalah Robi`ah bin harits, ia disusukan di Bani Sa`ad dan dibunuh suku Hudzail, riba jahiliyah dibatlkan, dan riba pertama yang akau batalkan adalah  riba Abbas bin Abdul Muthalib, semuanyaa terhapus.
Takutlah engkau urusan wanita, karen aengkau ambil dengan jaminan dari  Allah, engkau halalkan kehormatan mereka asal tidak melewati batas. Dan hak engkau atas mereka atas orang yang tidak engkau senangi tidak boleh menginjak pekaranganmu. Jika mereka lakukan engkau boleh memukulnya asal tidak melewati batas. Sebab telah sebaliknya, menjadi kewajibanmu memberi mereka nafkah dan pakaian secara patut. Sungguh, aku tinggalkan sesuatu jika engkay pegang teguh tidak akan engkau sesat setelah itu, yaitu Kitabullah. Kelak engkau akan ditanya mengenai aku lalu apa katamu ? Ujar mereka “ Kami mengakui bahwa engkau memberikan nasihat.”
Sabda beliau dengan mengacungkan telunjuk ke langit lalu menuding kepala menusia berkali-kali.”Ya, Allah saksikanlah..saksikanlah,” sebanyak tiga kali.
Setelah itu ia pun azan, lalu qomat dan melakukan shalat dzuhur, lalu qomat lagi dan melakukan shalat ashar, tanpa selingi shalat lain.
Lalu rosul menaiki kendaraannya lagi hingga sampai di Mauqif. Kendaraannya berhenti hingga perut kuswah berada di atas tanah. Bukit tempat orang berkumpul ada didedapnnya, lalu beliau menghadap kiblat.
Rosul tetap berdiri hingga matahari tenggelam. Disuruhnya Usamah memboncengnya, dan ditariknya tali kekangnya sambil memberi isyarat dengan tangan kanan, ‘Wahai manusia tetap tenanglah’.
Hingga akhirnya sampai di Muzdalifah lalu melakukan sholat maghrib dan isya` dengan sekali adzan dan dua kali iqomat tanpa diselingi bacaan tasbih sedikit pun.  Lalu rosul berbaring hingga fajar, lalu sholat shubuh, dengan  sekali adzan dan iqomat, lalu naik  Kuswah hingga sampai di Masy`aril Haram, Ia mengahadap kiblat dengan lalu berdoa kepada Allah, bertakbir, tahlil, dan kalimat tauhid. Ia tetap berdiri hingga pagi betul-betul terang. Sebelum matahari terbit rosul membonceng  Fadhal bin Abbas.
Saat di perjalanan terlihat kendaraan yang ditumpangi wanita-wanita dari Bahrain sehingga Fadhal memperhatikannya, rosul menutupi muka Fadhal sampai ia memutar wajahnya, setelah sampai di lembah Muhasir, ia bergerak ke jalan tengah menuju ke Jumratul Kubra.
Tibalah dia di Jumrah yang terletak dekat pohon kayu. Maka dilemparkan dengan  tujuh kerikil dan setiap melempar satu kerikil yang besarnya seperti batu untuk melempar itu, aia bertakbir. Nabi melaksanakan dari dasar lembah. Setelah itu Id menuju tempat penyembelihan dan menyembelih enam puluh hewan qurban dengan tangannya sendiri, lalu dilanjutkan oleh Ali R.A.
Lalu disuruhnya mengambil sekerat daging tiap-tiap unta yang disembelih, dimasukkaan ke dalam belanga dan dimasak. Mereka memakannya dan meminum kuahnya. Setelah itu rosul berkendara dan menunaikan thowaf Ifadhoh di Ka`bah, lalu sholat dhuhu di Mekah. Lalu nabi menemui Bani Abdul Mutholib guna memintakan minum Zamzam. Sabda Nabi “ Pergilah mintalah minum dari Bani Abdul Muthalib dan timbalah, seandainya aku tidak takut kalian berdesakan menimbanya karena mengiranya wajib tentu aku akan menimba bersamamu”.
Mereka memberikan air itu kepada Nabi dan Nabi meminum sebagiannya”.
9.      Pelajaran yang Diambil[12]
1)      Mandi ketika hendak Ihram adalah sunnah, terutama bagi wanita hendaknya mengikatkan perban pada perbannya saat haid dan nifas dan ihram mereka sah.
2)      Ihram dilakukan setelah sholat fardhu atau sunnah, lalu bertalbiah dengan suara keras.
3)      Hendaknya datang lebih awal untuk melakukan thowaf qudum (thawaf selamat datang), dimulai mengusap rukun [Hajar Aswad], pada tiga putaran pertama dengan berlari-lari kecil dan selanjutnya berjalan biasa kecuali saat lewat kedua sudut Yamani.
4)      Kemudian menuju Maqom Ibrahim dengan membaca “Wattahudzu min maqomi Ibrahima musholla” , lalu sholat dua rokaat (rokaat awal setalah fatihah baca Al-Kafirun, rokaat kedua Al-Ihlas) dengan maqom Ibrahim di antaranya dan Ka`bah. Selain itu ketika hendaknkeluar masjid sunnah mengusap Ka`bah.
5)      Selesai thowaf kemudian sa`i, dimulai dari shawa sampai marwa, lalu mendaki ke atas lalu berdiri menghadap kiblat lalu berdzikir (seperti yang disebutkan) dan berdoa tiga kali.
6)      Ketika di perut lembah (antara dua tonggak) hendaknya berlari-lari kecil dan hal ini dilakukan setiap kali melewatinya baik dari shofa ataupun marwah (sambil berdzikir dan berdoa). [dengan hal ini umrah telah sempurna dan jika telah bercukur dia telah ihlal/ halal].
7)      Adapun yang merangkap haji dan umrah (qiran) dia tidak mncukur rambut, hanya tetap Ihram.
8)      Pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) orang yang ihlal  dari umrah hendaknya berihram lagi, lalu ke Mina dan melakukan sholat 5 waktu dan menginap di sana pada malam itu (9 Dzulhijjah), termasuk sunnah untuk keluar dari Mina pada hari Arafah setelah terbit matahari dan masuk lagi setelah tegelincir matahari. Setelah tiba waktu dhuhur lalu melaksanakan sholat dhuhur yang dijamak dengan ashar lalu pergi ke Namiroh (sebagaimana nabi), nabi tidak masuk tempat wuquf sebelum melakukan sholat di situ, termasuk sunnan menjamak sholat dhuhur dan ashar. Sebelum sholat imam hendaknya berkhutbah [hal ini termasuk khutbah sunnah selain tanggal 7 Dzulhijjah, hari nahar, dan Nafar Awal].   
Adapun runtutan kesunahan haji adalah berikut :[13]
1.      Hendaknya sholat dahulu sebelum ke tempa wuquf,dan lebih utama dengan berkendara.
2.      Agar wuquf di bebatuan karang atau sekitarnya dengan menghadap kiblat dan tetap tinggal sampai matahari terbenam.
3.      Saat wuquf hendaknya berdoa kepada Allah SWT. dengan mengangkat kedua tangan di atas dada dan berangkat setelah matahari terbenam, setelah sampai Muzdalifah lalu berhenti dan sholta maghrib dan isya secara jamak qoshor.
4.      Termasuk sunnah melakukan sholat shubuh di Muzdalifah baru menuju Masy`aril Haram. Di sini hendaknya wuquf dan berdoa (wuquh di sini termasuk upacara).
5.      Setelah terang benderang lalu berangkat ke Jumratul Aqobah, saat melewati lembah Muhassir hendaknya mempercepat langkahnya karena di tempat ini Allah mengadzab Tentara Gajah. Setelah sampai di Jumratul Aqobah hendaknya turun di lembah dan melemparnya sebanyak 7 kali dengan betu kerikil sebesar kacang dengan membaca takbir setiap lemparannya.
6.       Bercukur, kemudian ke Mekah untuk thowaf Ifadoh  (thpwaf ziarah). Jika telah selesai maka halal semua yang diharamkan saat ihrom bahkan berkumpul dengan istrinya.
7.      Jika setelah melempar jumrah belum bercukur maka kecuali berkumpul denga istri selainnya dihalalkan. 

10.  Miqot
Miqot ada dua Zaman[14] (waktu) dan Makan (tempat). Miqot zaman haji menurt Ijma` ulama dimulai dari Syawal dan Dzulqa`idah (bulan-bulan haji), adapun Dzulhijja karena hanya terpakai 10 hari maka ulama berbeda pendapat.
Adapun miqot zaman harus dilakukan pada bulannya[15], ada yang berpendapat boleh karena hanya dianggap sunnah saja.[16]
Sedangkan miqot makan telah ditentukan oleh Nabi[17] :
No
Negara
Ibadah
Miqot
1
Madinah
Haji & Umrah
Dzul Hulaifah
2
Syiria
Haji & Umrah
Juhfah
3
Mesir
Haji & Umrah
Juhfah
4
Nijid
Haji & Umrah
Qarnul Manazil
5
Yaman
Haji & Umrah
Yulamlam
6
Irak
Haji & Umrah
Dzatu Irak
7
Mekah
Haji
Rumah


 Umrah
Padang Pasir
8
Antara Mekah & Miqot
Haji & Umrah
Rumah
9
penduduk lain
Haji & Umrah
Miqot yang dilewati

11.  Ihrom
1). Adab Ihram
o   Bersih, dilakukan denga memotong kuku, memendekkan kumis, mencukur bulu ketiak, bulu kemaluan, berwudhu dan utamanya mandi, menyisir jenggot dan rambut.
o   Melepas semua pakaian berjahit dan mengenakan pakaian ihram berupa selendang yang menutup tubuh atas kecuali kepala dan sarung untuk tubuh bawah. Hendaknya berwarna putih.
o   Memakai minyak wangi, baik tubuh atau pakaian, hal ini dianggap makruh sebagian ulama.[18]
o   Sholat sunnah ihram dua rokaat rokaat pertama baca al-Kafirun dan kedua Al-Ihlas.
2). Macam –Macam Ihram
Macam Ihram haji ada 3, yaitu, Qiran[19] (bersama). lalu Tamattu`(mendahulukan umrah/bersenang-senang; menggunakan kesempatan menunaikan dua ibadah di musim haji dalam setahun tanpa kembali).[20]kemudian Ifrod (mendahulukan haji;) hendaknya ia Ihram haji “labbaika bihajjin” setelah selesai melaksanakan amalan haji baru ihram lagi untuk umrah.
3). Manakah yang Lebih Utama
Golongan Syafi`i berpendapat Tamattu` dan Ifrod lebih utama, sedangkan Hanafi mengatkan Qiran lebih baik. Adapun golongan Maliki Ifrad lebih baik. Menurut riwayat Muslim haji yang dianjurkan nabi adalah tamattu` :
عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ. أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللّهِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمَا، فِي نَاسٍ مَعِي. قَالَ: أَهْلَلْنَا، أَصْحَابَ مُحَمّدٍ صلى الله عليه وسلم، بِالْحَجّ خَالِصاً وَحْدَهُ. قَالَ عَطَاءٌ: قَالَ جَابِرٌ: فَقَدِمَ النّبِيّ صلى الله عليه وسلم صُبْحَ رَابِعَةٍ مَضَتْ مِنْ ذِي الْحِجّةِ. فَأَمَرَنَا أَنْ نَحِلّ. قَالَ عَطَاءٌ: قَالَ: "حِلّوا وَأَصِيبُوا النّسَاءَ". قَالَ عَطَاءٌ: وَلَمْ يَعْزِمْ عَلَيْهِمْ. وَلَكِنْ أَحَلّهُنّ لَهُمْ. فَقُلْنَا: لَمّا لَمْ يَكُنْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ عَرَفَةَ إِلاّ خَمْسٌ، أَمَرَنَا أَنْ نُفْضِيَ إِلَى نِسَائِنَا. فَنَأْتِيَ عَرَفَةَ تَقْطُرُ مَذَاكِيرُنَا الْمَنِيّ قَالَ يَقُولُ جَابِرٌ بِيَدِهِ (كَأَنّي أَنْظُرُ إِلَىَ قَوْلِهِ بِيَدِهِ يُحَرّكُهَا) قَالَ فَقَامَ النّبِيّ صلى الله عليه وسلم فِينَا. فَقَالَ: "قَدْ عَلِمْتُمْ أَنّي أَتْقَاكُمْ لِلّهِ وَأَصْدَقُكُمْ وَأَبَرّكُمْ، وَلَوْلاَ الْهَدْيَ لَحَلَلْتُ كَمَا تَحِلّونَ. وَلَوِ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ لَمْ أَسُقِ الْهَدْيَ. فَحِلّوا" فَحَلَلْنَا وَسَمِعْنَا وَأَطَعْنَا. قَالَ عَطَاءٌ: قَالَ جَابِرٌ: فَقَدِمَ عَلِيّ مِنْ سِعَايَتِهِ. فَقَالَ: "بِمَ أَهْلَلْتَ؟" قَالَ: بِمَا أَهَلّ بِهِ النّبِيّ صلى الله عليه وسلم. قَالَ لَهُ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم: "فَأَهْدِ وَامْكُثْ حَرَاماً" قَالَ: "وَأَهْدَىَ لَهُ عَلِيّ هَدْياً. فَقَالَ سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ: يَا رَسُولَ اللّهِ أَلِعَامِنَا هَذَا أَمْ لأَبَدٍ؟ قَالَ: "لأَبَدٍ[21]".

4) Boleh Ihram Secara Umum
Seorang boleh berihram secara umum dalam berhaji, dengan tujuan mengerjakan kewajiban yang dipikul atasnya tanpa menentukan pilhan qiran, tamatthu`, atau ifrad.
12.  Talbiyah
1)      Kalimat Talbiyah
وَعَن أنس ، رَضِيَ الله عَنْهُ : أَنَّ النَّبِي صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم كَانَ يُلَبِّي : لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ , لاَشَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ ، لاَ شَرِيكَ لَكَ. رواه أبو يعلى المَوْصِلِيّ.

Talbiyah sunnah dibaca dengan suara keras, waktu membaca talbiyah adalah pada saat naik dan turun kendaraan, saat mendaki dan turun, saat berpapasab dengan jamaah, sehabis sholat, dan dini hari.
Adapun waktu pembacaan dimulai dari sejak ihram sampai melempar jumrah Aqobah pada hari qurban[22].
2)      Sunnah Bersholawat dan Berdoa
Disunnahkan dalam bertalbiah membaca shalawat Nabi SAW. dan berdoa :
وأنبأني أبو عبد الله الحافظ ، إجازة ، عن أبي العباس ، عن الربيع ، عن الشافعي قال : أخبرنا إبراهيم بن محمد ، أن القاسم بن محمد ، كان يأمر « إذا فرغ من التلبية أن يصلى على النبي صلى الله عليه وسلم » ، ورواه عبد الله الأموي ، عن صالح ، عن القاسم قال : كان يؤمر ، وزاد الشافعي على هذا في المناسك ، فقال : ومعقولا أن الملبي وافد الله وإن منطقه بالتلبية منطقه بإجابة داعي الله ، وأن تمام .الدعاء ، ورجاء إجابته الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم وأن يسأل الله تعالى في إثر كمال ذلك بالصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم الجنة ، ويتعوذ من النار فإن ذلك أعظم ما يسأل ، ويسأل بعدها ما أحب[23]
13.  Hal-Hal yang Diperbolehkan Bagi Yang Berihram
·         Mandi dan mengganti pakaian.
·         Mengenakan celana dalam.[24]
·         Menutup  wajah dari debu.
·         Memakai sepatu bagi wanita.
·         Menutup kepala karena lupa.
·         Berbekam, memecah bisul, mencabut gigi, memotong urat, membalut luka.[25]
·         Menggaruk kepala dan tubuh.
·         Bercermin dan mencium bau wangi.
·         Memakai sabuk untuk menyimpan uang dan memakai cincin.
·         Bercelak.
·         Berteduh.
·         Menggunakan daun pacar.[26]
·         Membunuh kutu, lalat, dan semut.
·         Membunuh 5 hewan fasik.[27](gagak, rajawali, tikus, dan anjing galak).
14.  Hal yang Membatalkan Ihram
·         Bersetubuh.
·         Bermaksiat dan melakukan kejahatan.
·         Berseteru dengan teman.[28]
·         Mengenakan pakaian berjahit dan penutup kepala untuk lelaki, juga dilarang mengenakan sepatu (bagi lelaki), gamis, baju laur yang panjang, jubah, celana pendek, topi, memakai pakaian di wenter wangi dsb. [29][hal ini hanya berlaku bagi lelaki sedang wanita boleh kecuali cadar, pakaian yang diberi wewangian, dan kaos tangan].
·         Bagi lelaki yang tidak menemukan pakaian lain (darurat) boleh memakai pakaian yang dia miliki.[30]
·         Menikah atau menikahkan.
·         Memotong kuku (bagi yang tidak ada udzur) dan rambut.
·         Memakai minyak wangi di baju atau tubuh begi lelaki dan wanita.
·         Memakai pakaian yang diwenter yang baunya wangi.
·         Berburu.
·         Memakai hewan yang diburu.
15.  Ketentuan Bagi yang Melanggar
1.      Lelaki yang melanggar ketentuan di atas selain bersetubuh dengan pelanggaran seperti bercukur (udzur), memakai baju berjahit (udzur) dsb. Maka ia wajib membayar fidyah dengan memotong seekor kambing, atau memberi makan 6 orang miskin dengan setengah Sho`  per-orang, atau berpuasa 3 hari.
2.      Adapun haji dan umrahnya tidak batal kecuali bersetubuh (batal). Bagi yang bersetubuh haji dan umrahnya batal dan harus melanjutkan hajinya, selanjutnya wajib membayar dam memotong se-ekor onta, sapi, atau 7 ekor kambing [sesuai urutan].
3.      Bagi yang membunuh buruan maka harus menggantinya dengan ternak sepadan untuk dipotong dan disedekahkan.
4.      Jika tidak mampu mengganti maka boleh dikonversikan dalam bentuk dirham [harga] selanjutnya dalam bentuk makanan yang setiap setengah  sho`nya diganti sehari berpuasa.[31]jika perburuan dilakukan berkelompok maka cukup  diganti se-ekor saja.[32]
5.      Orang yang sedang berihram dan tidak dilarang memotong tumbuhan dan memburu binatang tanah haram, terutama tanaman liar (bukan tanaman yang ditanam, obat, dan tanaman yang telah kering). Jika melakukannya maka akan dikonversi dalam hewan ternak dan dipotong.
Adapun batas tanah haram sendiri sebagai berikut :
Wilayah
Batas
Jarak dari Mekah
Utara
Tan`im
6 Km
Selatan
Adhah
12 Km
Timur
Ji`ranah
16 Km
Timur  laut
Wadi Nakhlah
14 Km
Barat
Syamisi
15 Km

16.  Thawaf
Beberapa ketentuan mengenai thawaf :
·         Kaum Muslimin sepakat yang menjadi rukun haji adalah thawaf Ifadhah. Teknis thawaf adalah hendaknya seseorang menepi di hajara aswad, sambil mencium, menyapu, atau memberi isyarat. Hendaknya ka`bah di sebelah kirinya, dan mengucap
·         Bismillahi allahu akbar, Allahummah imanan bika watashdiqan bikitabika, wawafa`an biahdika, wattiba`an lisunnatin nabiyyi sallallahu alaihi wasallam”.
·         Pada tiga putaran pertama dengan berjalan agak cepat dan selanjutnya berjalan lambat, setiap melewati rukun Yamani hendaknya menyapu dan mencium hajar aswad. Selain itu dianjukan banyak berdoa, berdzikir. Selain itu diperbolehkan membaca Al-Qur`an.
Selain itu thawaf ada terbagi dalam 4 macam. Yaitu qudum (pertama kali), ifadhah (rukun haji), dan wada` (perpisahan), dan tathawwu` (sunnah).
Syarat thawaf :
1.      Suci dari hadas dan najis
2.      Menutup auarat.
3.      Sempurna 7 putaran.
4.      Dimulai dari hajar aswad.
5.      Ka`bah berada di sebelah kirinya.
6.      Thawaf dilakukan di luar ka`bah [bukan di hijir Ismail].
7.      Terus menerus berjalan.
      Sunnah thawaf :
1.      Menghadap ka`bah.
2.      Berdesakan mendekati ka`bah selama tidak menyakiti orang lain.
3.      Mengepit kain selubung di ketiak kanan.
4.      Berjalan cepat dan memperkecil langkah.
5.      Mengusap rukun/ susut Yamani.
6.      Sholat 2 rokaat setelah thawaf.
7.      Diperbolehkan lewati di depan orang yang sholat.
8.      Boleh thawaf bersama wanita.
9.      Boleh menaiki kendaraan.
10.  Makruh penderita kusta thawaf bersama-sama.
11.  Setelah selesai thawaf dan sholat sunnah maka disunnahkan meminum air zam-zam dengan niat untuk kesembuhan  serta mengharap kebaikan dunia dan akhirat.[33]
12.  Setelah meminum zam-zam sunnah berdoa di multazam[34].
13.  Sunnah masuk ke ka`bah dan hijir Ismail.

17.  Sa`i
Hal yang Berkaitan dengan Sa`i
a.      Hukum Sa`i
·         Hukum Sa`i ada 3 macam. Ada yang wajib menurut Ibnu Jabir, Aisyah, Malik dan Syafi`i.[35]ada yang menganggap sunnah[36], ada juga menghukumi sebagai rukun dalam haji dan umrah.[37]
b.      Syarat-Syaratnya
·      Dilakukan setelah thawaf.
·      Dengan tujuh kali putaran.
·      Mulai dari Shofa dan berakhir di marwah.
·      Dilakukan di tempatnya.
c.       Hal Lain yang Diketahui
·         Sa`i dilakukan tanpa terputus.
·         Tidak harus suci, karena yang wajib suci hanya ketika thawaf di ka`bah.
·         Boleh berjalan dan berkendara.
·         Berlari kecil di antara 2 tonggak.
·         Sunnah berdoa ketika di atas shofa dan marwah berdoa dengan menghadap kiblat.[38]

18.  Wukuf
Beberapa ketentuan mengenai wukuf.
·         Wukuf merupakan rukun haji dan umrah.
·         Waktu wukuf dimulai dari tergelincirnya matahari hari Tarwiyah sampai terbit fajar hari Nahr.
·         Orang yang dikatakan wukuf adalah yang datang, baik duduk, berdiri, tiduran, terjaga, pria, wanita, suci ataupun tidak.
·         Mandi saat menuju maukif dan di lakukan di batu besar.
·         Berdoa saat wukuf.
·         Berpuasa  Arafah, serta menjamak shalat Dzuhur dan Ashar, serta Maghrib dan Isya`.
·         Bertolak dari Arafah setelah matahari terbenam dengan tenang.
·         Menjamak sholat Maghrib dan Isya` di Muzdalifah dan menginap di sana.

19.  Amalan-Amalan di Hai Nahr
a.      Tahalul pertama dan kedua
·         Dengan melempar jumrah dan bercukur maka halallah apa yang dilarang sebelumnya (kecuali berhubungan).  Setelah thowaf Ifadhah (thawaf rukun)bari diperbolehkan.
b.      Melempar Jumrah
o  Hukum melempar Jumrah adalah wajib bukan rukun haji.
o  Kerikil yang digunakan sebanyak 7 buah.
o  Hari melempar dilakukan pada tiga atau empat hari pada hari Nahr  dan Tasyriq, mulai dari waktu dhuha hingga terbenam matahari.
o  Waktu yang utama adalah waktu Dhuha di hari Nahr, jika berhalangan boleh di waktu malam (udzur).
o  Melempar dari atas adalah yang utama.
o  Wukuf dan berdoa setelah melempar Jumrah di hari Tasyrik. 
o  Berurutan dalam melempar (Ula di Mina, Wustha, baru Aqobah).
o  Sunnah bertakbir dan  berdoa saat melempar.
o  Boleh menggantikan kepada orang lain.
o  Bermalam di Mina, dan kembali dari sana sebelum Matahari ke dua belas setelah melempar.
c.       Bermalam di Mina
Menurut Malik, Syafi`i, dan Ahmad, bermalam di Mina hukumnya wajib pada tiga atau dua malam, yaitu malam sebelas dan dua belas. Sedang menurut Hanafi, termasuk sunnah.[39]
Menurut Mujahid boleh awal malam di Mekah dan akhirnya di Mina atau sebaliknya. Ibnu Hazm berkata “ Siapa yang tidak menginap maka telah berbuat kesalahan[40]
Kembali dari Mina sebelum terbenam matahari pada hari kedua belas setelah melempar. Ini menurut pendapat Malik, Syafi`i, dan Ahmad.  Sedang Hanafi menganggap kembali ke Mekah sebelum terbit fajar pada hari ke tiga belas.
20.  Hewan Qurban
Al-Hadyu meupakan ternak yang diberikan kepad Tanah Suci dengan maksud mendekatkan diri kepad Allah. Umar r.a. berkata “ Berikan olehmu hewan kurban karena Allah menyukai hewan kurban itu !” Rasul saw. pernah menyerahkan seratus ekor  unta untuk kurban, dan pemberiannya itu merupakan perbuatan sukarela.
Adapun batas minimal adalah seekor kambing. Sedangkan pembagiannya sebagai berikut :
Hadyu sunnah untuk orang yang melakukan haji secara ifrad. Sedangkan hadyu wajib sebagai berikut[41] :
·         Jamaah haji Qiran dan tamatthu`
·         Bagi yang meninggalkan hal yang wajib.
·         Bagi yang melanggar larangan kecuali berhubungan.
·         Melanggar kehormatan tanah suci seperti menangkap buruan dan memotong pohonnya.
21.  Bercukur
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan bahwa nabi bercukur (menghilangkan rambut dengan pisau atau mencabutnya) dengan sahabat lain, sedang sebagian sahabat lain menggunting rambutnya (menggunting rambut kira-kira sepanjang jari). Adapun hukumnya adalah wajib.
Waktu bercukur dimulai setelah melempar jumrah Aqabah pada hari Nahr. Jika memiliki ternak hendaknya bercukur setelah menyembelihnya.  Adapun yang berumrah adalah seusai sa`i antar shafa dan marwa.   Sedangkan menurut Syafi`i dan Muhammad bin Hasan, serta madzhab Ahmad tidak apa mengakhirkan memotong dengan tanpa wajib membayar apapun, sedang mencukurnya dilakukan di Mekah.
Selain bercukur juga sunnah memotong kuku dan menggunting kumis. Namun bagi wanita cukup dengan meletakkan rambutnya di muka lalu mengguntingnya sepanjang jari menurut Ibnu Umar.[42]
22.  Thawaf Ifadhah
Hukumnya adalah termasuk rukun haji, sehingga jika ditinggal akan membatalkan hajinya. Adapun waktu tahwaf Ifadhah adalah mulai tengah malam hari Nahr, dan akhhirnya  tidak dia batasi[43] , hanya belum halal mendatangi istri saat belum dilaksanakan.
Menurut Abu Hanifah dan Malik dimulai dari fajar hari Nahar, sedangkan akhirnya menurut Abu Hanifah pada salah satu hari Nahar. Jika ditangguhkan menurut Maliki wajib dam jika melewati hari Tasyrik[44].
Sedangkan bagi wanita sunnah menyengerakannya pada hari Nahar agar tidak terkena haid. Atha` berkata “Jika seorang wanita takut datang bulan hendaknya thawaf dahulu sebelum melempar Jumrah dan Menyembelih kurban !”[45]
Selanjutnya dianjurkan singgah ke Muhashshab, karena hala ini dilakukan Rasulullah dan Ibnu Umar, dengan mampir shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya`, serta tidur di sana sebentar. [46]
23.  Umrah
Kata“Umrah” berarti berziarah atau berkunjung ke Baitullah, thawaf, sa`i, dan bercukur. Dan pahal Umrah terbesar ketika bulan ramadhan.[47] Umrah dikerjakan Nabi Muhammad sebanyak 4 kali[48].
Adapun hukum umrah sendiri adalah sunnah menurut Hanafi dan Maliki. Adapun menurut Syafi`i dan Ahmad adalah wajib. Waktu umrah adalah sepanjang tahun.
Sedangkan miqotnya bagi yang berada di miqot haji adalah miqot tersebut, sedang yang di luar miqot tersebut adalah di tanah halal, hal ini berdasarkan cerira A`isyah yang berihram di Tan`im dan mulai di sana berdasar perintaha nabi.
24.  Thawaf Wada`
Merupakan thawaf perpisahan, hal ini tidak diwajibkan bagi penduduk Mekah dan wanita haid.  Adapun hukumnya ada yang berpendapat wajib dan ada yang sunnah. Sedang waktu melaksanakannya setelah semua perbuatan  haji dilaksanakan.
Sedangkan orang yang terkepung wajib menyembelih ternak setidaknya se-ekor kambing atau domba, dengan demikian ia lalu bercukur dan halal apa yang dilarang.
Adapun kedudukan bagi yang terkepung yang dikutip dalam Fiqih Sunnah menurut Bukhori sebagai berikut :
“Jika hajinya termasuk rukun (pertama) maka wajib Qadha`, jika tidak tidak wajib Qadha. Imam Maliki mengatakan bahwa saat nabi terkepung dan menyembelih ternak lalu bercukur maka mereka menjadi ihlal, meski demikian nabi tidak menuruh sahabat lain mengqodhonya, serta hal itu terjadi di luar tanah Haram, karena terjadinya di Hudaibiyah.


[1]عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : سئل النبي صلى الله عليه وسلم : أي الأعمال أفضل ؟ قال : « إيمان بالله ورسوله » قيل : ثم ماذا ؟ قال : « ثم الجهاد في سبيل الله » قيل له : ثم ماذا ؟ قال : « ثم حج مبرور
[2]  عن الحسين بن علي رضي الله عنه قال : (جاء رجل إلى النبي (ص) فقال : اني جبان ، وانى ضعيف ، قال :هلم إلى جهاد لا شوكة فيه : الحج)
[3]  عَن أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ حَجِّ هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ ، وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّه
[4] عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : « الحج المبرور (1) ليس له جزاء إلا الجنة »
[5] Akhbar Makkah Lil Faqihi. Maktabah Syamilah
[6] Fiqhu Sunnah. Jilid 2, hlm 306.
[7] عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَيُّمَا صَبِيٍّ حَجَّ ثُمَّ بَلَغَ الْحِنْثَ فَعَلَيْهِ الْحَجُّ حَجَّةً أُخْرَى ، وَأَيُّمَا أَعْرَابِيٍّ حَجَّ ثُمَّ هَاجَرَ فَعَلَيْهِ أَنْ يَحُجَّ حَجَّةً أُخْرَى ، وَأَيُّمَا عَبْدٍ حَجِّ ثُمَّ أُعْتِقَ فَعَلَيْهِ حَجَّةٌ أُخْرَى صحيح .
[8] عن سعيد بن جبير عن ابن عباس : " أن امرأة جاءت إلى رسول الله (صلى الله عليه وسلم) فقالت : إن أمي نذرت أن تحج فماتت قبل أن تحج ، أفأحج عنها ؟ قال : نعم فحجي عنها ، أرأيت لو كان على أمك دين أكنت قاضيته ؟ قالت : نعم قال : أقضوا الله ، فإن الله أحق بالوفاء) . وأخرجه النسائي (2 / 4) والدارمي (2 / 24) أحمدوالبخاري ,
[9] Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Al-Hadits, Shohih
[10] عن إبن عبد الله ابن أبي أوفى قال سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الرجل لم يحج أويستقرض للحج ؟ قال لا, رواه البيهقي  
[11] Fiqih Sunnah. Jilid 2, hlm 323-330.
[12] Ibid
[13] Ibid.
[14] الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ (197) البقرة
[15]  وَلَهُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : « أَشْهُرُ الْحَجِّ : شَوَّالٌ وَذُو الْقَعْدَةِ وَعَشْرٌ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ .
[16] عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : « مِنْ السُّنَّةِ أَنْ لَا يُحْرَمَ بِالْحَجِّ إلَّا فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ » . أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ .
[17] أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرٍ أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ أَحْمَدَ الْفَامِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى ، وَيَحْيَى بْنُ يَحْيَى ، قَالاَ : أَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ ، وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى ، حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ ، وَأَبُو الرَّبِيعِ ، قَالاَ : حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ ، عَنْ طَاووسٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : وَقَّتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، لأَهْلِ الْمَدِينَةِ ، ذَا الْحُلَيْفَةِ ، وَلأَهْلِ الشَّامِ ، الْجُحْفَةَ ، وَلأَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ الْمَنَازِلِ ، وَلأَهْلِ الْيَمَنِ يَلَمْلَمَ ، فَهُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِ أَهْلِهِنَّ مِمَّنْ يُرِيدُ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ ، وَمَنْ كَانَ دُونَهُنَّ فَمُهَلُّهُ مِنْ أَهْلِهِ ، وَكَذَلِكَ حَتَّى أَهْلِ مَكَّةَ يُهِلُّونَ مِنْهَا
[18] عن عائشة قالت: كأنِّي أنظر إلى وبيص الطِّيب في مفرق رسول الله-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بعد أيام وهو محرمٌ (2) . الحديثان في " الصَّحيح
[19] [merangkap haji dan umrah dari satu miqot pada saat talbiyah mengucapkan “labbaika bihajjin wa umrah”, dalam hal ini ia tetap ihram sampai semua perbuatan haji dan umrah selesai dilaksanakan/ ihram dengan umrah lalu dimasukkan amalan haji].
[20] Cara bertamattu` adalah ihram untuk umrah saja dari miqot “labbaika biumrah”,ia harus dalam keadaan ihram hingga melakukan amalan –amalan berikut  (thawaf, sa`i, menggunting rambut, dan tahalul dengan membuka pakaian ihram). Setelah hari tarwiyah tiba lalu ihram untuk haji dari Mekah .
[21] Maktabah Syamilah.
[22] عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ : أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَرْدَفَ الْفَضْلَ مِنْ جَمْعٍ قَالَ : فَأَخْبَرَنِى ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ الْفَضْلَ أَخْبَرَهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَمْ يَزَلْ يُلَبِّى حَتَّى رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ. رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ فِى الصَّحِيحِ عَنْ أَبِى عَاصِمٍ وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ عَلِىِّ بْنِ خَشْرَمٍ.

[23] Maktabah Syamilah. Ma`rifatus Sunan lil baihaqi. [ada juga riwayat yang menyertakan berdoa dan meminta ampunan, ridho, dan memintakan ampunan orang lain.Lih juga Fiqih Sunnah ].
[24] Fiqih Sunnah. Jilid 3. hlm 56.
[25] Ibid.
[26] Sebagian ulama memandang makruh [hilaf]
[27] حدثنا أبو الوليد ، قال : حدثني جدي ، حدثنا سفيان ، قال : سمعت ابن شهاب ، يحدث عن سالم بن عبد الله ، عن أبيه ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : خمس من الدواب لا جناح على من قتلهن وهو محرم وفي الحرم : الغراب ، والحدأة ، والفأرة ، والكلب العقور (1) ، والعقرب

[28] Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.........Al-baqoroh 172.
[29] حدثنا أحمد بن المقدام العجلي ثنا حماد عن أيوب عن نافع عن عبد الله بن عمر Y أن رجلا سأل رسول الله صلى الله عليه و سلم و هو بذاك المكان فقال : يا رسول الله ما لا يلبس المحرم من الثياب ؟ قال : لا يلبس القمص و لا السراويل و لا العمامة و لا الخفين إلا أن لا يجد نعلين فليلبسهما أسفل من الكعبين و لا شيئا من الثياب مسه ورس أو زعفران و لا البرنس

[30]  عن بن عباس قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول للمحرم إذا لم يجد الإزار فليلبس السراويل وإذا لم يجد النعلين فليلبس الخفين حدثنا قتيبة حدثنا حماد بن زيد عن عمرو نحوه قال وفي الباب عن بن عمر وجابر قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح
[31] Fiqih Sunnah. Jilid 3, hlm 79.
[32] Ibid
[33]  عن مجاهد ، قال : « ماء زمزم لما شرب له ، إن شربته تريد شفاء شفاك الله ، وإن شربته لظمأ أرواك الله ، وإن شربته لجوع أشبعك الله ، وهي هزمة جبريل بعقبه (1) وسقيا الله إسماعيل عليه السلام » قال أبو الوليد : والهزمة الغمرة بالعقب في الأرض ، وقال زمزم : شقت من الهزمة

[34] Tempat antara pintu dan rukun disebut multazam (Arab;tempat menunggu).
[35] Ibid. hlm 404.
[36]  (قول عائشة : (طاف رسول الله (ص) وطاف المسلمون - تعني : بين الصفا والمروة - فكانت سنة فلعمري ما أتم الله حج من لم يطف بين الصفا والمروة)) . رواه مسلم
[37] Fiqih Sunnah, jilid 2, hlm 406.
[38] رب اغفرلي وارحم واهدني السبيل الأقوام
[39] Jika kamu melempar jumrah, maka bermalamlah di mana saja yang engkau kehendaki ! H.R. Ibnu Abu Syaibah.
[40]Ibid. hlm. 434.
[41] Ibid, hlm 440
[42] Ibid, hlm 449
[43] Menurut Syafi`i dan Ahmad.
[44] Menurut madzhab Maliki boleh ditangguhkan hingga akhir bulan Dzulhijjah.
[45] Ibid, hlm. 452.
[46] Disebut juga Abthah atau Bath-ha, sebuah lembah antara Jabal Nur dan Hajun.
[47] أنَّه - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم - قَالَ : «عمْرَة فِي رَمَضَان تعدل حجَّة» .هَذَا الحَدِيث صَحِيح أخرجه الشَّيْخَانِ فِي (صَحِيحَيْهِمَا) كَذَلِك من حَدِيث ابْن عَبَّاس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهما
[48]  عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَ عُمَرَ: عُمْرَةُ الْحُدَيْبِيَةِ، وَعُمْرَةُ الْقَضَاءِ فِي ذِي الْقِعْدَةِ مِنْ قَابِلٍ، وَالثَّالِثَةُ مِنْ الْجِعْرَانَةِ، وَالرَّابِعَةُ مَعَ حَجَّتِهِ، انْتَهَى. وَأَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي "صَحِيحِهِ

No comments:

Post a Comment