Kehadirat Allah SWT yang atas kehendaknya makalah ini dapat terselesaiakan dengan baik. Sholawat teriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki, makalah ini kami tulis, mengungkapkan relaita dan makna ontologi ilmu dengan beberapa aspek terkait, seberapa penting kedudukannya pada ranah ilmu yang merupakan tulang punggung kemajuannya, dengan analisis kritis dan radikal diharapkan setiap insan sejati dapat menemukan kebenaran dan sesuatu di balik yang ada, semoga bermanfaat. Namun demikian kami menyadari berbagai kekurangan yang ada pada kami semoga para pembaca yang budiman sudi memberikan koreksi terhadap makalah ini, yang pada akhirnya selangkah lebih baik akan menjadi tujuannya, kami ucapkan terimakasih pada Dosen Pemangku Mata Kuliah, teman-teman yang mendukung dengan doa dan motifasi, kami ucapkan terimakasih, semoga bermanfaat. Amin Jakarta, 02 Desember 2013 Penyusun DAFTAR ISI I. BAB I......................................................................................................................1 A. Kata Pengantar........................................................................................................1 B. Daftar Isi.................................................................................................................2 C. Latar Belakang........................................................................................................3 D. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4 E. Manfaat Penelitian..................................................................................................4 II. BAB II....................................................................................................................5 A. Pengertian ontologi.................................................................................................5 B. Metafisik.................................................................................................................5 C. Aspek ontologi dalam ilmu pengetahuan...............................................................6 D. Asumsi ...................................................................................................................7 E. Peluang....................................................................................................................8 F. Beberapa asumsi tentang ilmu................................................................................8 G. Batas penjelajahan ilmu .........................................................................................9 H. Epistemologi...........................................................................................................9 I. Aksiologi...............................................................................................................10 III. BAB III..................... ...........................................................................................12 A. Kesimpulan.................. ..................................................................................12 B. Daftar Pustaka.................................................................................................13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, lalu pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru dengan arah yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Dengan adanya hal itu, otomatis akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang lebih kompleks mengenai hakikat apa sebenarnya yang dikaji atau dikembangkan. Berbagai macam aliran filsafat turut meramaikan percaturan pemikiran tersebut, hingga pada akhirnya timbulah spekulasi-spekulasi baru dengan segala metode dan sistematisnya. Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis terhadap suatu kebenaran baru. Refleksi sendiri merupakan upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuanmengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, selanjutnya dianalisa supaya ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal, makatidak demikian dengan filsafat, hukum-hukum yang bersifat universal tersebut dipikir secara kritis kembali untuk mendapatkan unsur-unsur yang lebih hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam. Kemudian di mana titik perbedaan antara keduanya. Pengetahuan bersifat taat pada fakta, objektif dan ilmiah, namun filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan kembali. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam. Oleh karena itulah kedudukan ontologi yang dianggap sebagai filsafat paling tua menduduki posisi sangat penting dalam rangka menemukan hakikat dari sebuah wujud. B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi tugas matakuliah Filsafat Ilmu dalam penulisan makalah 2. Mengeksplorasi lebih dalam makna ontologi, tujuan mempelajarilandasan penelaahan ilmu secara kritis dan radikal. 3. Memberikan sumbangan pemahaman terhadap mahasiswa khususnya Prodi PAI semester 1 c terkait tema. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi mahasiswa : 1.1 Sebagai bahan tambahan pengetahuan mengenai ontologi dan beberapa aspek yang terkait. 2. Bagi pemakalah : 1.1 Sebagai sarana berlatih dalam menjalankan tugas dari dosen, serta wadah untuk mengembangkan diri. 3. Bagi dosen : 1.1 Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman serta kematangan mahasiswa terkait tugas dalam tema tersebut. 1.2 Sebagai bahan penilaian yang bersifat obyektif terhadap mahasiswa. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ontologi Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud danlogos ilmu. Jadi ontology dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada .Objek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik, dunia yang dapat di jangkau panca indra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi.Dengan kata lain, ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda, bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ”Apa sebenarnya realitas benda itu ?. Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak ? ..“ Benarkah ilmu itu ada? “ ..“Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang ada yang tidak terbatas itu ? B. Metafisik Selain itu Ontologi sering dikaitkan dengan metafisika yang disebut dengan istilah Proto-filsafia atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan yang bahasannya adalah hakekat suatu ke-Esaan, persekutuan sebab akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sesuatu di bumi dengan tenaga-tenaga di langit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga . Untuk mempermudahnya kita perhatikan kutipan dari ucapan Fariduddin Attar yang saat dia bangun waktu malam dan memikirkan dunia ini Ternyata dunia ini Adalah sebuah peti Sebuah peti yang besar dan terutup atasnya Dan kita semua berputar-putar di dalamnya Dunia sebuah peti yang besar Dan tertutup atasnya Dan kita terkurung di dalamnya Dan kita berjalan-jalan di dalamnya Dan kita bermenung di dalamnya Dan kita beranak di dalamnya Dan kita membuat peti di dalamnya Dan kita membuat peti Di dalam peti ini ........... Dari teori hakikat ontologi ini kemudian munculah beberapa aliran dalam filsafat antara lain : (i) filsafat materialisme; (ii)filsafat idealisme; (iii) filsafat dualisme; (iv) filsafat skeptisisme dan ; (v) filsafat agnostisisme . Sementara Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benar-salah), (b) etika (baik-buruk), dan (c) estetika (indah-jelek). Ketiga cabang utama sifat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang adat: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik . Argumentasi ontologis ini pertamakali dilontarkan oleh plato (428-348 SM) dan teori ideanya. Menurut Plato tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup atau yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua manapun didunia ini . Menurut Plato idea manusia adalah ‘binatang berfikir’ . Konsep binatang berfikir itu bersifai universal. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan yang menjadi dasar wujud sesuatu itu benda benda yang kita lihat atau yang dapat di tangkap dengan panca indra yang senantiasa berubah. Karena itu ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi ataugambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain benda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayalan dan ilusi belaka . Adapun tokoh yang mengembangkannya adalah Democritos(460-370 S.M.) dialah orang yang mengembangkan teori atom yang dipelajarinya Leucippus. Baginya unsur alam ini adalah atom . C. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan diuraikan antara lain secara : (a) metodis; menggunakan cara ilmiah ; (b) sistematis ; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren;unsur- unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional; harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar ( logis); (e) Komprehensip; melihat obyek tidak hanya satu sisi / sudut pandang, melainkan secara multidimensional / secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal; diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya; (g) universal; muatan kebenarannya sampai tingkat umum . Hakikat kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontology dengan dua macam sudut pandang : (i) Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? (ii) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (relitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna hijau, bunga mawar yang beraroma harum . Supranatural materialisme/naturalisme Vitalistik (bersifat unik) mekanistik (akibat gejala kimia-fisika) Dualistik (zat beda dengan pikiran beda) monoistik (teori yang . berlawanan) D. Hal-hal yang terkait kebenaran (hakekat) 1.1 Asumsi Diceritakan terjadi duel antara jago tembak dengan seorang petani mabuk, secara rasional tidak ada satu petanipun yang berani melawanjagi tembak, hanya karena otaknya sedang out membuatnya berani. Bila semua berjalan beres dapat diprediksikan bahwa petani tersebut akan mendaat satu tiket ke akhirat. Di sisi lain ada percakapan seorang bandar dengan konsultan tanya bandar “ lantas apanya yang tak beres ? karena dia ingin menanam modal taruhan. Jawab konsultan “ ya bermacam-macam..(dikisahkan konsultan ini adalah dosen filsafat), umpamanya jika pistolnya punya kehendak sendiri untuk tidak mau menembak orang berdosa, kan berabe .. Jawab bandar itu mustahil, mana mungkin pistol punya pilihan sendiri. Jawab konsultan “ oke, sekarang bagaimana jika tiba-tiba pistolnya macet, karena setiap 100 tembakan salah satunya diprediksi macet, sedangkan si petani sudah siap dengan cangkulnya ..” Jadi singkatnya mari kita asumsikan bahwa hukum yang mengatur berbagai kejadian itu ada, sebab tanpa asumsi pembicaraan kita akan sia-sia. Hukum di sini diartikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti dengan hasil yang sama. kesimpulannya ada hukum yang berlaku yaitu determinisme yang bertentangan dengan fatalisme serta bertentangan dengan pilihan bebas. 1.2 Peluang Ilmu tidak pernahingin mendapat pengetahuan bersifat mutlak . Oleh karenanya dalam pretensi ilmu kalah dengan pengetahuan perdukunan. Ilmu memberi kita dasar untuk mengambil keputusan yang keputusan ini berdasar pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang sifatnya relatif . Sebagai contohnya, seorang dukun yang mengatakan “minum air ini kamu pasti sembuh !”, sedangkan secara ilmiah obat yang diminum seseorang kemungkinan memiliki 0,...% dan bersifat relatif, sehingga tidak ada jawaban pasti sembuh. Kesimpulannya teori-teori yang ada tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian, akan tetapi masih ada peluang lain terjadi padanya. 1.3 Beberapa asumsi dalam Ilmu Saat tukang tukang kayu menyerut sebilah papan yang akan dibuat meja, dia akan menggunakan segala kemampuan terbaik yang dia miliki untuk membuatnya terlihat rata,setelah betul-betul yakin barulah dia akan memasangnya dengan kaki-kaki meja yang sudah disiapkan. Akan tetapi kita juga harus tahu bahwa jika mahluk-mahluk micro organik tinggal di dalamnya untuk membuat tempat tinggal, maka dia akan mendapatinya dengan keadaan yang bergelombang tidak rata,kemudia dia akan kembali meratakannya. Kemudia “rata” yang manakah yang benar, menurut tukang kayu atau menurut micro organisme.. ?, jawabanya kebenaran itu milik Tuhan dan semua dibatasi oleh skala masing-masing . 1.4 Batas-batas penjelajahan ilmu Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu ? Di manakah ilmu akan berhenti dan menyerahkan kajian selanjutnya pada pengetahuan lain, Apa yang menjadikarakteristik obyek ontologi ilmu yang membuatnya berbeda dengan pengetahuan yang lain ? Jawaban dari semuanya adalah bahwa ilmu berangkat dan berhenti dari pengalaman manusia. Ilmu mempelajari semua tentang semua aspek kehidupan yang dapat diterima indera . Ilmu tidak mempelajari surga neraka karena di luar pengalaman manusia . Mengapa ilmu membatasi dalam pengalaman kita saja ? jawabnya karena terletak pada fungsinya sebagai alat bantu manusia untuk memecahkan masalah kehidupan . Dari pernyataan di atas ilmu hanya mengatakan benar atau salah suatu pernyataan berdasar ilmiah dan nilai baik tidaknya adalah bagian norma dan Agama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Enstein “Ilmu tanpa bimbingan moral adalah malapetaka ” E. Epistemologi Sebagaimana kita ketahui dasar populer dalam filsafat ilmu ada 3 hal yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi .Menurut Aristoteles dalam pernyataannya “Setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Ia begitu yakin akan hal itu, sehingga muncul dorongan itu kemudian diwujudkan dalam karyanya sendiri . Untuk mengetahui pengertiannya tidak mudah, menurut Azyumardi Azra bahwa epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan . Namun secara sederhana sering diartikan sebagai sebuah cara bagaimana orang mendapatkan ilmu pengetahuan (metode penelitian yang dipakai). F. Aksiologi Ada dua pendapat ekstrem tentang aksiologi. Pertama, berupa pandangan subyektif. Misalnya, dua orang tidak setuju apakah sebuah makanan dan minuman menyenangkan atau tidak, maka masing-masing gagal mengubah pandangan masing-masing, dan tak seorangpun dapat meyakinkan pendapat kawannya jika seorang berkata bahwa ia menyenangi ini. Dikalangan pendidikan ada sebuah istilah “masalah rasa tidak perlu dipikirkan ”. Yang kedua adalah bersifat Obyektif, hal ini terjadi jika salah satu dari keduanya lelu berpikir “harus ada salah satu yang berpendapat lebih baik atas dasar alat ukur sendiri yang dipakai untuk menilai”. Maka inti dari masalah di atas adalah “apakah suatu barang bernilai karena kita menginginkannya ? atau karena menginginkannya lalu barang itu menjadi bernilai ? Kesimpulannya bahwa aksiologi adalah nilai guna suatu ilmu terhadap suatu pandangan tertentu. Natural science Physical scienses Biologichal Science BIOFISIKA BIOKIMIA MIKRO BIOLOGI -Industri peragian Mekanika –mekanik teknik Virologi Hidridinamika-teknik aeronautikal Bakteriologi Teknik & desain kapal Mycologi Bunyi-teknik akustik Protozoologi Cahaya & Optik-teknik iluminasi BOTANI –ilmu tanaman Kelistrikan & Magnetisme- Fisiologi tanaman . teknik elektrinik & kelistrikanGenetika tanaman Fisika nuklir-teknik nuklir pemuliaan tanaman Kimia fisik ZOOLOGI-peternakan KIMIA Kimia Anorganik-kimia teknik Kimia organik ILMU BUMI palentiologi Metalurgi- teknik metalurgi ekologi Embriologi Anatomi obat-obatan Histologi Geofisika Fisiologi Geokimia Neuro Fisiologi Mineralogi Teknik pertambangan Endrokrinologi Geografi Genetika hewan OceanografiBagancabang Ilmu-ilmu alam BAB III A. Kesimpulan • Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos ilmu. Jadi ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud. • Secara sederhana epistemologi sering diartikan sebagai sebuah cara bagaimana orang mendapatkan ilmu pengetahuan (metode penelitian yang dipakai). • Kesimpulannya bahwa aksiologi adalah nilai guna suatu ilmu terhadap suatu pandangan tertentu. DAFTAR PUSTAKA 1. Mohammad Adib. 2011. Filsafat Ilmu.Yogyakarta. Pustaka Pelajaran 2. Ria Agustin .2005. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya. Serba Jaya 3. Ridjaluddin F.N. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. PKI FAI UHAMKA 4. Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu. Jakarta . Pustaka Sinar Harapan. 5. Jujun S Suriasumantri. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Google Book. 6. Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta. Erlangga. Google Book. 7. Kennet T. Ghallalger. Penerjemah P. Hardono Hadi. EpistemologiFilsafat Pengetahuan.Yogyakarta. KANISIUS. Google Book. 8. Paulus Wahana. 2004. Nilai Etika Aksiologis Max Scheller.Yogyakarta; Kanisius. Google Book.
Sunday, December 1, 2013
Ontologi Ilmu
KATA PENGANTAR
إِنَّ الْحَمْدَللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُه وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ،وَنَعُوْذُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَاوَسَيِّئاَتِ أَعْمَالَنا،مَنْ يَهْد الله فَلاَمُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلَاهَادِيَلَهُ،وَأَشْهَدُأَنْ لاَإِلَه إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُأَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . أَمَّابَعْدُ
Puji Syukur
Kehadirat Allah SWT yang atas kehendaknya makalah ini dapat terselesaiakan dengan baik. Sholawat teriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki, makalah ini kami tulis, mengungkapkan relaita dan makna ontologi ilmu dengan beberapa aspek terkait, seberapa penting kedudukannya pada ranah ilmu yang merupakan tulang punggung kemajuannya, dengan analisis kritis dan radikal diharapkan setiap insan sejati dapat menemukan kebenaran dan sesuatu di balik yang ada, semoga bermanfaat. Namun demikian kami menyadari berbagai kekurangan yang ada pada kami semoga para pembaca yang budiman sudi memberikan koreksi terhadap makalah ini, yang pada akhirnya selangkah lebih baik akan menjadi tujuannya, kami ucapkan terimakasih pada Dosen Pemangku Mata Kuliah, teman-teman yang mendukung dengan doa dan motifasi, kami ucapkan terimakasih, semoga bermanfaat. Amin Jakarta, 02 Desember 2013 Penyusun DAFTAR ISI I. BAB I......................................................................................................................1 A. Kata Pengantar........................................................................................................1 B. Daftar Isi.................................................................................................................2 C. Latar Belakang........................................................................................................3 D. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4 E. Manfaat Penelitian..................................................................................................4 II. BAB II....................................................................................................................5 A. Pengertian ontologi.................................................................................................5 B. Metafisik.................................................................................................................5 C. Aspek ontologi dalam ilmu pengetahuan...............................................................6 D. Asumsi ...................................................................................................................7 E. Peluang....................................................................................................................8 F. Beberapa asumsi tentang ilmu................................................................................8 G. Batas penjelajahan ilmu .........................................................................................9 H. Epistemologi...........................................................................................................9 I. Aksiologi...............................................................................................................10 III. BAB III..................... ...........................................................................................12 A. Kesimpulan.................. ..................................................................................12 B. Daftar Pustaka.................................................................................................13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, lalu pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru dengan arah yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Dengan adanya hal itu, otomatis akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang lebih kompleks mengenai hakikat apa sebenarnya yang dikaji atau dikembangkan. Berbagai macam aliran filsafat turut meramaikan percaturan pemikiran tersebut, hingga pada akhirnya timbulah spekulasi-spekulasi baru dengan segala metode dan sistematisnya. Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis terhadap suatu kebenaran baru. Refleksi sendiri merupakan upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuanmengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, selanjutnya dianalisa supaya ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal, makatidak demikian dengan filsafat, hukum-hukum yang bersifat universal tersebut dipikir secara kritis kembali untuk mendapatkan unsur-unsur yang lebih hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam. Kemudian di mana titik perbedaan antara keduanya. Pengetahuan bersifat taat pada fakta, objektif dan ilmiah, namun filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan kembali. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam. Oleh karena itulah kedudukan ontologi yang dianggap sebagai filsafat paling tua menduduki posisi sangat penting dalam rangka menemukan hakikat dari sebuah wujud. B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi tugas matakuliah Filsafat Ilmu dalam penulisan makalah 2. Mengeksplorasi lebih dalam makna ontologi, tujuan mempelajarilandasan penelaahan ilmu secara kritis dan radikal. 3. Memberikan sumbangan pemahaman terhadap mahasiswa khususnya Prodi PAI semester 1 c terkait tema. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi mahasiswa : 1.1 Sebagai bahan tambahan pengetahuan mengenai ontologi dan beberapa aspek yang terkait. 2. Bagi pemakalah : 1.1 Sebagai sarana berlatih dalam menjalankan tugas dari dosen, serta wadah untuk mengembangkan diri. 3. Bagi dosen : 1.1 Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman serta kematangan mahasiswa terkait tugas dalam tema tersebut. 1.2 Sebagai bahan penilaian yang bersifat obyektif terhadap mahasiswa. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ontologi Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud danlogos ilmu. Jadi ontology dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada .Objek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik, dunia yang dapat di jangkau panca indra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi.Dengan kata lain, ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda, bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ”Apa sebenarnya realitas benda itu ?. Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak ? ..“ Benarkah ilmu itu ada? “ ..“Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang ada yang tidak terbatas itu ? B. Metafisik Selain itu Ontologi sering dikaitkan dengan metafisika yang disebut dengan istilah Proto-filsafia atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan yang bahasannya adalah hakekat suatu ke-Esaan, persekutuan sebab akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sesuatu di bumi dengan tenaga-tenaga di langit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga . Untuk mempermudahnya kita perhatikan kutipan dari ucapan Fariduddin Attar yang saat dia bangun waktu malam dan memikirkan dunia ini Ternyata dunia ini Adalah sebuah peti Sebuah peti yang besar dan terutup atasnya Dan kita semua berputar-putar di dalamnya Dunia sebuah peti yang besar Dan tertutup atasnya Dan kita terkurung di dalamnya Dan kita berjalan-jalan di dalamnya Dan kita bermenung di dalamnya Dan kita beranak di dalamnya Dan kita membuat peti di dalamnya Dan kita membuat peti Di dalam peti ini ........... Dari teori hakikat ontologi ini kemudian munculah beberapa aliran dalam filsafat antara lain : (i) filsafat materialisme; (ii)filsafat idealisme; (iii) filsafat dualisme; (iv) filsafat skeptisisme dan ; (v) filsafat agnostisisme . Sementara Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benar-salah), (b) etika (baik-buruk), dan (c) estetika (indah-jelek). Ketiga cabang utama sifat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang adat: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik . Argumentasi ontologis ini pertamakali dilontarkan oleh plato (428-348 SM) dan teori ideanya. Menurut Plato tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup atau yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua manapun didunia ini . Menurut Plato idea manusia adalah ‘binatang berfikir’ . Konsep binatang berfikir itu bersifai universal. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan yang menjadi dasar wujud sesuatu itu benda benda yang kita lihat atau yang dapat di tangkap dengan panca indra yang senantiasa berubah. Karena itu ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi ataugambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain benda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayalan dan ilusi belaka . Adapun tokoh yang mengembangkannya adalah Democritos(460-370 S.M.) dialah orang yang mengembangkan teori atom yang dipelajarinya Leucippus. Baginya unsur alam ini adalah atom . C. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan diuraikan antara lain secara : (a) metodis; menggunakan cara ilmiah ; (b) sistematis ; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren;unsur- unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional; harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar ( logis); (e) Komprehensip; melihat obyek tidak hanya satu sisi / sudut pandang, melainkan secara multidimensional / secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal; diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya; (g) universal; muatan kebenarannya sampai tingkat umum . Hakikat kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontology dengan dua macam sudut pandang : (i) Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? (ii) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (relitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna hijau, bunga mawar yang beraroma harum . Supranatural materialisme/naturalisme Vitalistik (bersifat unik) mekanistik (akibat gejala kimia-fisika) Dualistik (zat beda dengan pikiran beda) monoistik (teori yang . berlawanan) D. Hal-hal yang terkait kebenaran (hakekat) 1.1 Asumsi Diceritakan terjadi duel antara jago tembak dengan seorang petani mabuk, secara rasional tidak ada satu petanipun yang berani melawanjagi tembak, hanya karena otaknya sedang out membuatnya berani. Bila semua berjalan beres dapat diprediksikan bahwa petani tersebut akan mendaat satu tiket ke akhirat. Di sisi lain ada percakapan seorang bandar dengan konsultan tanya bandar “ lantas apanya yang tak beres ? karena dia ingin menanam modal taruhan. Jawab konsultan “ ya bermacam-macam..(dikisahkan konsultan ini adalah dosen filsafat), umpamanya jika pistolnya punya kehendak sendiri untuk tidak mau menembak orang berdosa, kan berabe .. Jawab bandar itu mustahil, mana mungkin pistol punya pilihan sendiri. Jawab konsultan “ oke, sekarang bagaimana jika tiba-tiba pistolnya macet, karena setiap 100 tembakan salah satunya diprediksi macet, sedangkan si petani sudah siap dengan cangkulnya ..” Jadi singkatnya mari kita asumsikan bahwa hukum yang mengatur berbagai kejadian itu ada, sebab tanpa asumsi pembicaraan kita akan sia-sia. Hukum di sini diartikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti dengan hasil yang sama. kesimpulannya ada hukum yang berlaku yaitu determinisme yang bertentangan dengan fatalisme serta bertentangan dengan pilihan bebas. 1.2 Peluang Ilmu tidak pernahingin mendapat pengetahuan bersifat mutlak . Oleh karenanya dalam pretensi ilmu kalah dengan pengetahuan perdukunan. Ilmu memberi kita dasar untuk mengambil keputusan yang keputusan ini berdasar pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang sifatnya relatif . Sebagai contohnya, seorang dukun yang mengatakan “minum air ini kamu pasti sembuh !”, sedangkan secara ilmiah obat yang diminum seseorang kemungkinan memiliki 0,...% dan bersifat relatif, sehingga tidak ada jawaban pasti sembuh. Kesimpulannya teori-teori yang ada tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian, akan tetapi masih ada peluang lain terjadi padanya. 1.3 Beberapa asumsi dalam Ilmu Saat tukang tukang kayu menyerut sebilah papan yang akan dibuat meja, dia akan menggunakan segala kemampuan terbaik yang dia miliki untuk membuatnya terlihat rata,setelah betul-betul yakin barulah dia akan memasangnya dengan kaki-kaki meja yang sudah disiapkan. Akan tetapi kita juga harus tahu bahwa jika mahluk-mahluk micro organik tinggal di dalamnya untuk membuat tempat tinggal, maka dia akan mendapatinya dengan keadaan yang bergelombang tidak rata,kemudia dia akan kembali meratakannya. Kemudia “rata” yang manakah yang benar, menurut tukang kayu atau menurut micro organisme.. ?, jawabanya kebenaran itu milik Tuhan dan semua dibatasi oleh skala masing-masing . 1.4 Batas-batas penjelajahan ilmu Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu ? Di manakah ilmu akan berhenti dan menyerahkan kajian selanjutnya pada pengetahuan lain, Apa yang menjadikarakteristik obyek ontologi ilmu yang membuatnya berbeda dengan pengetahuan yang lain ? Jawaban dari semuanya adalah bahwa ilmu berangkat dan berhenti dari pengalaman manusia. Ilmu mempelajari semua tentang semua aspek kehidupan yang dapat diterima indera . Ilmu tidak mempelajari surga neraka karena di luar pengalaman manusia . Mengapa ilmu membatasi dalam pengalaman kita saja ? jawabnya karena terletak pada fungsinya sebagai alat bantu manusia untuk memecahkan masalah kehidupan . Dari pernyataan di atas ilmu hanya mengatakan benar atau salah suatu pernyataan berdasar ilmiah dan nilai baik tidaknya adalah bagian norma dan Agama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Enstein “Ilmu tanpa bimbingan moral adalah malapetaka ” E. Epistemologi Sebagaimana kita ketahui dasar populer dalam filsafat ilmu ada 3 hal yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi .Menurut Aristoteles dalam pernyataannya “Setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Ia begitu yakin akan hal itu, sehingga muncul dorongan itu kemudian diwujudkan dalam karyanya sendiri . Untuk mengetahui pengertiannya tidak mudah, menurut Azyumardi Azra bahwa epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan . Namun secara sederhana sering diartikan sebagai sebuah cara bagaimana orang mendapatkan ilmu pengetahuan (metode penelitian yang dipakai). F. Aksiologi Ada dua pendapat ekstrem tentang aksiologi. Pertama, berupa pandangan subyektif. Misalnya, dua orang tidak setuju apakah sebuah makanan dan minuman menyenangkan atau tidak, maka masing-masing gagal mengubah pandangan masing-masing, dan tak seorangpun dapat meyakinkan pendapat kawannya jika seorang berkata bahwa ia menyenangi ini. Dikalangan pendidikan ada sebuah istilah “masalah rasa tidak perlu dipikirkan ”. Yang kedua adalah bersifat Obyektif, hal ini terjadi jika salah satu dari keduanya lelu berpikir “harus ada salah satu yang berpendapat lebih baik atas dasar alat ukur sendiri yang dipakai untuk menilai”. Maka inti dari masalah di atas adalah “apakah suatu barang bernilai karena kita menginginkannya ? atau karena menginginkannya lalu barang itu menjadi bernilai ? Kesimpulannya bahwa aksiologi adalah nilai guna suatu ilmu terhadap suatu pandangan tertentu. Natural science Physical scienses Biologichal Science BIOFISIKA BIOKIMIA MIKRO BIOLOGI -Industri peragian Mekanika –mekanik teknik Virologi Hidridinamika-teknik aeronautikal Bakteriologi Teknik & desain kapal Mycologi Bunyi-teknik akustik Protozoologi Cahaya & Optik-teknik iluminasi BOTANI –ilmu tanaman Kelistrikan & Magnetisme- Fisiologi tanaman . teknik elektrinik & kelistrikanGenetika tanaman Fisika nuklir-teknik nuklir pemuliaan tanaman Kimia fisik ZOOLOGI-peternakan KIMIA Kimia Anorganik-kimia teknik Kimia organik ILMU BUMI palentiologi Metalurgi- teknik metalurgi ekologi Embriologi Anatomi obat-obatan Histologi Geofisika Fisiologi Geokimia Neuro Fisiologi Mineralogi Teknik pertambangan Endrokrinologi Geografi Genetika hewan OceanografiBagancabang Ilmu-ilmu alam BAB III A. Kesimpulan • Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos ilmu. Jadi ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud. • Secara sederhana epistemologi sering diartikan sebagai sebuah cara bagaimana orang mendapatkan ilmu pengetahuan (metode penelitian yang dipakai). • Kesimpulannya bahwa aksiologi adalah nilai guna suatu ilmu terhadap suatu pandangan tertentu. DAFTAR PUSTAKA 1. Mohammad Adib. 2011. Filsafat Ilmu.Yogyakarta. Pustaka Pelajaran 2. Ria Agustin .2005. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya. Serba Jaya 3. Ridjaluddin F.N. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. PKI FAI UHAMKA 4. Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu. Jakarta . Pustaka Sinar Harapan. 5. Jujun S Suriasumantri. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Google Book. 6. Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta. Erlangga. Google Book. 7. Kennet T. Ghallalger. Penerjemah P. Hardono Hadi. EpistemologiFilsafat Pengetahuan.Yogyakarta. KANISIUS. Google Book. 8. Paulus Wahana. 2004. Nilai Etika Aksiologis Max Scheller.Yogyakarta; Kanisius. Google Book.
Kehadirat Allah SWT yang atas kehendaknya makalah ini dapat terselesaiakan dengan baik. Sholawat teriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki, makalah ini kami tulis, mengungkapkan relaita dan makna ontologi ilmu dengan beberapa aspek terkait, seberapa penting kedudukannya pada ranah ilmu yang merupakan tulang punggung kemajuannya, dengan analisis kritis dan radikal diharapkan setiap insan sejati dapat menemukan kebenaran dan sesuatu di balik yang ada, semoga bermanfaat. Namun demikian kami menyadari berbagai kekurangan yang ada pada kami semoga para pembaca yang budiman sudi memberikan koreksi terhadap makalah ini, yang pada akhirnya selangkah lebih baik akan menjadi tujuannya, kami ucapkan terimakasih pada Dosen Pemangku Mata Kuliah, teman-teman yang mendukung dengan doa dan motifasi, kami ucapkan terimakasih, semoga bermanfaat. Amin Jakarta, 02 Desember 2013 Penyusun DAFTAR ISI I. BAB I......................................................................................................................1 A. Kata Pengantar........................................................................................................1 B. Daftar Isi.................................................................................................................2 C. Latar Belakang........................................................................................................3 D. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4 E. Manfaat Penelitian..................................................................................................4 II. BAB II....................................................................................................................5 A. Pengertian ontologi.................................................................................................5 B. Metafisik.................................................................................................................5 C. Aspek ontologi dalam ilmu pengetahuan...............................................................6 D. Asumsi ...................................................................................................................7 E. Peluang....................................................................................................................8 F. Beberapa asumsi tentang ilmu................................................................................8 G. Batas penjelajahan ilmu .........................................................................................9 H. Epistemologi...........................................................................................................9 I. Aksiologi...............................................................................................................10 III. BAB III..................... ...........................................................................................12 A. Kesimpulan.................. ..................................................................................12 B. Daftar Pustaka.................................................................................................13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, lalu pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru dengan arah yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Dengan adanya hal itu, otomatis akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang lebih kompleks mengenai hakikat apa sebenarnya yang dikaji atau dikembangkan. Berbagai macam aliran filsafat turut meramaikan percaturan pemikiran tersebut, hingga pada akhirnya timbulah spekulasi-spekulasi baru dengan segala metode dan sistematisnya. Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis terhadap suatu kebenaran baru. Refleksi sendiri merupakan upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuanmengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, selanjutnya dianalisa supaya ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal, makatidak demikian dengan filsafat, hukum-hukum yang bersifat universal tersebut dipikir secara kritis kembali untuk mendapatkan unsur-unsur yang lebih hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam. Kemudian di mana titik perbedaan antara keduanya. Pengetahuan bersifat taat pada fakta, objektif dan ilmiah, namun filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan kembali. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam. Oleh karena itulah kedudukan ontologi yang dianggap sebagai filsafat paling tua menduduki posisi sangat penting dalam rangka menemukan hakikat dari sebuah wujud. B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi tugas matakuliah Filsafat Ilmu dalam penulisan makalah 2. Mengeksplorasi lebih dalam makna ontologi, tujuan mempelajarilandasan penelaahan ilmu secara kritis dan radikal. 3. Memberikan sumbangan pemahaman terhadap mahasiswa khususnya Prodi PAI semester 1 c terkait tema. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi mahasiswa : 1.1 Sebagai bahan tambahan pengetahuan mengenai ontologi dan beberapa aspek yang terkait. 2. Bagi pemakalah : 1.1 Sebagai sarana berlatih dalam menjalankan tugas dari dosen, serta wadah untuk mengembangkan diri. 3. Bagi dosen : 1.1 Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman serta kematangan mahasiswa terkait tugas dalam tema tersebut. 1.2 Sebagai bahan penilaian yang bersifat obyektif terhadap mahasiswa. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ontologi Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud danlogos ilmu. Jadi ontology dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada .Objek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik, dunia yang dapat di jangkau panca indra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi.Dengan kata lain, ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda, bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ”Apa sebenarnya realitas benda itu ?. Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak ? ..“ Benarkah ilmu itu ada? “ ..“Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang ada yang tidak terbatas itu ? B. Metafisik Selain itu Ontologi sering dikaitkan dengan metafisika yang disebut dengan istilah Proto-filsafia atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan yang bahasannya adalah hakekat suatu ke-Esaan, persekutuan sebab akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sesuatu di bumi dengan tenaga-tenaga di langit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga . Untuk mempermudahnya kita perhatikan kutipan dari ucapan Fariduddin Attar yang saat dia bangun waktu malam dan memikirkan dunia ini Ternyata dunia ini Adalah sebuah peti Sebuah peti yang besar dan terutup atasnya Dan kita semua berputar-putar di dalamnya Dunia sebuah peti yang besar Dan tertutup atasnya Dan kita terkurung di dalamnya Dan kita berjalan-jalan di dalamnya Dan kita bermenung di dalamnya Dan kita beranak di dalamnya Dan kita membuat peti di dalamnya Dan kita membuat peti Di dalam peti ini ........... Dari teori hakikat ontologi ini kemudian munculah beberapa aliran dalam filsafat antara lain : (i) filsafat materialisme; (ii)filsafat idealisme; (iii) filsafat dualisme; (iv) filsafat skeptisisme dan ; (v) filsafat agnostisisme . Sementara Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benar-salah), (b) etika (baik-buruk), dan (c) estetika (indah-jelek). Ketiga cabang utama sifat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang adat: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik . Argumentasi ontologis ini pertamakali dilontarkan oleh plato (428-348 SM) dan teori ideanya. Menurut Plato tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup atau yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua manapun didunia ini . Menurut Plato idea manusia adalah ‘binatang berfikir’ . Konsep binatang berfikir itu bersifai universal. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan yang menjadi dasar wujud sesuatu itu benda benda yang kita lihat atau yang dapat di tangkap dengan panca indra yang senantiasa berubah. Karena itu ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi ataugambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain benda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayalan dan ilusi belaka . Adapun tokoh yang mengembangkannya adalah Democritos(460-370 S.M.) dialah orang yang mengembangkan teori atom yang dipelajarinya Leucippus. Baginya unsur alam ini adalah atom . C. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan diuraikan antara lain secara : (a) metodis; menggunakan cara ilmiah ; (b) sistematis ; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren;unsur- unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional; harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar ( logis); (e) Komprehensip; melihat obyek tidak hanya satu sisi / sudut pandang, melainkan secara multidimensional / secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal; diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya; (g) universal; muatan kebenarannya sampai tingkat umum . Hakikat kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontology dengan dua macam sudut pandang : (i) Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? (ii) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (relitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna hijau, bunga mawar yang beraroma harum . Supranatural materialisme/naturalisme Vitalistik (bersifat unik) mekanistik (akibat gejala kimia-fisika) Dualistik (zat beda dengan pikiran beda) monoistik (teori yang . berlawanan) D. Hal-hal yang terkait kebenaran (hakekat) 1.1 Asumsi Diceritakan terjadi duel antara jago tembak dengan seorang petani mabuk, secara rasional tidak ada satu petanipun yang berani melawanjagi tembak, hanya karena otaknya sedang out membuatnya berani. Bila semua berjalan beres dapat diprediksikan bahwa petani tersebut akan mendaat satu tiket ke akhirat. Di sisi lain ada percakapan seorang bandar dengan konsultan tanya bandar “ lantas apanya yang tak beres ? karena dia ingin menanam modal taruhan. Jawab konsultan “ ya bermacam-macam..(dikisahkan konsultan ini adalah dosen filsafat), umpamanya jika pistolnya punya kehendak sendiri untuk tidak mau menembak orang berdosa, kan berabe .. Jawab bandar itu mustahil, mana mungkin pistol punya pilihan sendiri. Jawab konsultan “ oke, sekarang bagaimana jika tiba-tiba pistolnya macet, karena setiap 100 tembakan salah satunya diprediksi macet, sedangkan si petani sudah siap dengan cangkulnya ..” Jadi singkatnya mari kita asumsikan bahwa hukum yang mengatur berbagai kejadian itu ada, sebab tanpa asumsi pembicaraan kita akan sia-sia. Hukum di sini diartikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti dengan hasil yang sama. kesimpulannya ada hukum yang berlaku yaitu determinisme yang bertentangan dengan fatalisme serta bertentangan dengan pilihan bebas. 1.2 Peluang Ilmu tidak pernahingin mendapat pengetahuan bersifat mutlak . Oleh karenanya dalam pretensi ilmu kalah dengan pengetahuan perdukunan. Ilmu memberi kita dasar untuk mengambil keputusan yang keputusan ini berdasar pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang sifatnya relatif . Sebagai contohnya, seorang dukun yang mengatakan “minum air ini kamu pasti sembuh !”, sedangkan secara ilmiah obat yang diminum seseorang kemungkinan memiliki 0,...% dan bersifat relatif, sehingga tidak ada jawaban pasti sembuh. Kesimpulannya teori-teori yang ada tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian, akan tetapi masih ada peluang lain terjadi padanya. 1.3 Beberapa asumsi dalam Ilmu Saat tukang tukang kayu menyerut sebilah papan yang akan dibuat meja, dia akan menggunakan segala kemampuan terbaik yang dia miliki untuk membuatnya terlihat rata,setelah betul-betul yakin barulah dia akan memasangnya dengan kaki-kaki meja yang sudah disiapkan. Akan tetapi kita juga harus tahu bahwa jika mahluk-mahluk micro organik tinggal di dalamnya untuk membuat tempat tinggal, maka dia akan mendapatinya dengan keadaan yang bergelombang tidak rata,kemudia dia akan kembali meratakannya. Kemudia “rata” yang manakah yang benar, menurut tukang kayu atau menurut micro organisme.. ?, jawabanya kebenaran itu milik Tuhan dan semua dibatasi oleh skala masing-masing . 1.4 Batas-batas penjelajahan ilmu Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu ? Di manakah ilmu akan berhenti dan menyerahkan kajian selanjutnya pada pengetahuan lain, Apa yang menjadikarakteristik obyek ontologi ilmu yang membuatnya berbeda dengan pengetahuan yang lain ? Jawaban dari semuanya adalah bahwa ilmu berangkat dan berhenti dari pengalaman manusia. Ilmu mempelajari semua tentang semua aspek kehidupan yang dapat diterima indera . Ilmu tidak mempelajari surga neraka karena di luar pengalaman manusia . Mengapa ilmu membatasi dalam pengalaman kita saja ? jawabnya karena terletak pada fungsinya sebagai alat bantu manusia untuk memecahkan masalah kehidupan . Dari pernyataan di atas ilmu hanya mengatakan benar atau salah suatu pernyataan berdasar ilmiah dan nilai baik tidaknya adalah bagian norma dan Agama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Enstein “Ilmu tanpa bimbingan moral adalah malapetaka ” E. Epistemologi Sebagaimana kita ketahui dasar populer dalam filsafat ilmu ada 3 hal yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi .Menurut Aristoteles dalam pernyataannya “Setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Ia begitu yakin akan hal itu, sehingga muncul dorongan itu kemudian diwujudkan dalam karyanya sendiri . Untuk mengetahui pengertiannya tidak mudah, menurut Azyumardi Azra bahwa epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan . Namun secara sederhana sering diartikan sebagai sebuah cara bagaimana orang mendapatkan ilmu pengetahuan (metode penelitian yang dipakai). F. Aksiologi Ada dua pendapat ekstrem tentang aksiologi. Pertama, berupa pandangan subyektif. Misalnya, dua orang tidak setuju apakah sebuah makanan dan minuman menyenangkan atau tidak, maka masing-masing gagal mengubah pandangan masing-masing, dan tak seorangpun dapat meyakinkan pendapat kawannya jika seorang berkata bahwa ia menyenangi ini. Dikalangan pendidikan ada sebuah istilah “masalah rasa tidak perlu dipikirkan ”. Yang kedua adalah bersifat Obyektif, hal ini terjadi jika salah satu dari keduanya lelu berpikir “harus ada salah satu yang berpendapat lebih baik atas dasar alat ukur sendiri yang dipakai untuk menilai”. Maka inti dari masalah di atas adalah “apakah suatu barang bernilai karena kita menginginkannya ? atau karena menginginkannya lalu barang itu menjadi bernilai ? Kesimpulannya bahwa aksiologi adalah nilai guna suatu ilmu terhadap suatu pandangan tertentu. Natural science Physical scienses Biologichal Science BIOFISIKA BIOKIMIA MIKRO BIOLOGI -Industri peragian Mekanika –mekanik teknik Virologi Hidridinamika-teknik aeronautikal Bakteriologi Teknik & desain kapal Mycologi Bunyi-teknik akustik Protozoologi Cahaya & Optik-teknik iluminasi BOTANI –ilmu tanaman Kelistrikan & Magnetisme- Fisiologi tanaman . teknik elektrinik & kelistrikanGenetika tanaman Fisika nuklir-teknik nuklir pemuliaan tanaman Kimia fisik ZOOLOGI-peternakan KIMIA Kimia Anorganik-kimia teknik Kimia organik ILMU BUMI palentiologi Metalurgi- teknik metalurgi ekologi Embriologi Anatomi obat-obatan Histologi Geofisika Fisiologi Geokimia Neuro Fisiologi Mineralogi Teknik pertambangan Endrokrinologi Geografi Genetika hewan OceanografiBagancabang Ilmu-ilmu alam BAB III A. Kesimpulan • Ontologi terdiri dari dua suku kata yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos ilmu. Jadi ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud. • Secara sederhana epistemologi sering diartikan sebagai sebuah cara bagaimana orang mendapatkan ilmu pengetahuan (metode penelitian yang dipakai). • Kesimpulannya bahwa aksiologi adalah nilai guna suatu ilmu terhadap suatu pandangan tertentu. DAFTAR PUSTAKA 1. Mohammad Adib. 2011. Filsafat Ilmu.Yogyakarta. Pustaka Pelajaran 2. Ria Agustin .2005. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya. Serba Jaya 3. Ridjaluddin F.N. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. PKI FAI UHAMKA 4. Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu. Jakarta . Pustaka Sinar Harapan. 5. Jujun S Suriasumantri. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Google Book. 6. Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta. Erlangga. Google Book. 7. Kennet T. Ghallalger. Penerjemah P. Hardono Hadi. EpistemologiFilsafat Pengetahuan.Yogyakarta. KANISIUS. Google Book. 8. Paulus Wahana. 2004. Nilai Etika Aksiologis Max Scheller.Yogyakarta; Kanisius. Google Book.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment