Tuesday, May 14, 2019

PUASA SERIBU MAKNA


1.    PUASA SERIBU MAKNA
Kewajiban puasa diturunkan Allah swt., pada 10 Sya`ban pada tahun kedua Hijriyah, tepatnya 1,5 tahun pasca hijrahnya Nabi saw., ke Madinah.  Hikmah utama diwajibkannya berpuasa begitu banyaknya, antara lain :
a.    Sebagai bentuk syukur kepada Allah swt.,:


Dalam beberapa teks kitab salaf ketika seseorang berniat melakukan suatu ibadah para ulama menyertakan lafal “taqorruban ila allah” yang artinya mendekatkan diri kepada Allah, mendekatkan diri kepada Allah seyogyanya menjadi alasan paling  logis, disaat seseorang mempunyai perhatian dan kecintaan, dari sisi kehambaan, hal ini terjadi karena adanya rasa terimaksih (syukur) kepada Dzat yang telah menjadikan semua hal menjadi berarti dalam kehidupan manusia.
b.    Mengajarkan manusia untuk dapat menjaga amanah dari-Nya.
Seperti yang kita ketahui bahwa orang yang berpuasa memegang amanat yang begitu mudah untuk dikhianati, orang yang punya sifat khianat dengan mudah dapat bersembunyi di suatu tempat untuk sekedar membasahi kerongkongannya, atau bahkan menikmati semangkuk sup, namun hal ini tidak akan pernah terbesit dalam jutaan hasti muslim di dunia, dimanapun dan sampai kapanpun.
c.    Mengajak manusia untuk sesekali mengabaikan nafsu hayawaniyah yang ada dalam dirinya.
Binatang adalah makhluk Allah yang dalam benaknya hanya berisi makan, minum dan bersenang-senang tanpa pernah memperdulikan binatang lain di sekelilingnya, oleh sebab itu, pada bulan ramadhan manusia diajak sejenak mengekang dorongan  nafsu tersebut agar kembali kepada fitrahnya menjadi makhluk termuliya yang Allah swt., ciptakan, sehingga kedudukannya akan semakin  tinggi hingga melebihi kedudukan  para malaikat[1]. Ketika manusia telah berkedudukan seperti ini maka nilai ibadahnya menjadi semakin bernilai luar biasa di mata penduduk langit.
d.    Puasa menyehatkan pelakunya[2].
Sabda Nabi saw. “lambung (perut yang selalu kenyang) merupakan gudang segala penyakit sedangkan panas dahaga (puasa) adalah obat berbagai penyakit”.
Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad saw. bersabda :
صُوْمُوْا تَصِحُّوْا
Berpuasalah maka engkau akan sehat. (H.R Abi Hurairah)
Para orang bijak menyampaikan nasehatnya “ barangsiapa yang banyak makan, banyak minum, banyak tidur maka  telah sia-sia umurnya”.
obat yang paling mujarab yang tiada suatu penyakitpun adalah jangan  engkau makan apapun kecuali engkau sangat menginginkannya  
e.    Mengekang nafsu syahwat (libido).
Karakter dan identitas manusia moderen seakan telah menjadi satu warna, diantaranya bahkan telah mengalami pergeseran hingga tidak ada batasan lagi dalam budaya maupun  sosial, wabah cara berpakaian dan berpenampilan menjangkiti wanita  moderena yang semata –mata ingin disebut modis dengan mengekplorasi keindahan tubuh dan kemolekannya, tidak sedikit yang tidak mempedulikan norma dan susila, bagi seorang pria, hal ini merupakan cobaan tersendiri, terlebih bagi mereka yang belum berkeluarga akan merasa sangat terganggu dengan keadaan tersebut. Allah swt.,memberikan jawaban atas problematika yang mereka tanggung dengan berpuasa, dengan langkah tersebut kaula muda kembali membendung nafsu birahinya, sesuai hadis nabi “barang siapa telah mampu meminang seorang wanita maka menikahlah, dan barang siapa belum mampu maka hendaknya berpuasa 
f.     Tumbuhnya empati terhadap kaum duafa.
Tidak bisa diingkari bahwa tidak setiap orang terlahir dari keluarga yang berkecukupan, kemiskinan[3] dan kebodohan  masih banyak menyelimuti sebagian dari saudara kita, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tak jarang mereka harus bekerja lebih keras serta durasi lebih lama lagi, namun hasilnya terkadang masih tidak berimbang dengan  kebutuhan  yang harus dipenuhi, dengan adanya pengalaman pernah mengalami rasa lapar seorang muslim diajarkan untuk peduli terhadap sesama dalam bidang sosial[4].

2.    PENDAPAT PARA PAKAR KESEHATAN
Berpuasa merupakan suatu terobosan yang diciptakan oleh syar`i dalam sejarah kesehatan manusia, ketika perdebatan panjang antar teori tidak pernah menemui titik temu, dia menghadirkan keselarasan antara aspek ubudiyah dan aspek kesehatan jasmani dan rukhani.
Seorang yang menjalankan puasa senantiasa akan dikontrol puasanya sepanjang waktu untuk mempunyai kecenderungan terhadap kebaikan, ia mempunyai pandangan  yang lurus serta hati yang bersih dipenuhi iman dan kehati-hatian, segala sesuatunya akan  dikembalikan Sang Pemilik Dunia Allah swt. dia hanya fokus untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah ada dan sebisa mungkin menjauhi segala bentuk keburukan.
Jiwanya menjadi bersih dari segala hiruk- pikuk keduniawian, pada akhirnya dia akan berada pada jalan yang benar “ihdinas shirothol mustaqim”.
Puasa yang sudah seperti ini akan menjadi Riyadhoh ruh (olah jiwa) dan `ilajun nafsi (obat  jiwa)  dalam dunia spiritual bagi mereka. Layaknya seseorang menemukan tambang permata.
Berlawanan dengan semua hal yang ada, bilamana seseorang berpuasadan tidak ada satupun diantaranya diperolehnya maka pada hakikatnya bukan puasa yang dilakukannya, tetapi hanya sekedar berlapar dahaga belaka.
3.    RAMADHAN DITENTUKAN OLEH HILAL  
Masyarakat arab adalah masyarakat yang mendiami gurun pasir yang gersanag, kehidupan gurun membuat mereka terisolasi dari dunia luar, dalam  keadaan tersebut hilal merupakan satu-satunya tanda alam yang paling mudah dilihat oleh masyarakat padang pasir. Demikian pentingnya hingga menjadi suatu keharusan bagi penduduk gurun untuk selalu berjaga-jaga menanti datangnya awal bulan.
4.    DAMPAK PUASA TERHADAP KESEHATAN
Begitu besarnya pahala puasa yang dijanjikan Allah swt., hingga disampaikan dalam sebuah hadis qudsi “setiap amal ibadah adam dipersembahkan untuk mereka kecuali puasa, sesungguhnya puasa hanya untukku dan hanya aku sendiri yang akan memberikan pahala terbaik dengannya” .
Tubuh manusia diciptakan Allah swt., dengan kombinasi unsur biologis dan kimiawi, dengan rancangan yang begitu luar biasa,  manusia mampu bertahan dalam berbagai keadaan hingga saat ini, bukannya terbenam akan waktu, justru kemaampuan manusia semakin mencenangkan dan seakan berdiri menjulang menatap langit.  Puasa hadir guna merefresh sistem pencernaan pernafasan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sistem organ yang terus menerus bekerja tentu akan memangkas masa kerjanya. Puasa yang dilakukan selama sebulan penuh memberikan kesempatan untuk beristirahat, dengan begini akan meningkatkan masa ketahanan sistem organ dengan baik.
Ustadz Ali Ahmad al-Jurjawi menuturkan bahwa Socrates dan Plato senantiasa melaksanakan puasa selama 10 hari di beberapa bulan.  Tidak sampai ini saja, sebagian besar rahib nasrani pada abad pertengahan menerapkan puasa sebagai terapi untuk penyakit saraf. Bapak kedokteran dunia Ibnu Sina mewajibkan pasiennya untuk berpuasa selama 3 minggu pada sebagian besar sakit yang dialami pasiennya, termasuk digunakan sebagai terapi sakit cacar.
Ketika Perancis menguasai Mesir terjadi wabah cacar secara masif, namun para tenaga medis arab menggunakan puasa sebagai benteng pengobatan, dan hasilnya sangat efektif untuk menanggulanginya, seperti yang ditulis seorang dokter Amerika Robert Bartulu seorang dokter amerika yang bertugas di sana[5].
5.    PUASA PADA KEPERCAYAAN TERDAHULU
Adalah suatu pengetahuan umum di dalam Al-Qur`an, bahwa puasa juga telah diwajibkan untuk umat terdahulu, meskipun dilakukan sesuai dengan keyakinan dan cara mereka sendiri-sendiri. Sejarah telah mencatat para penyembah berhala senantiasa melaksanakan puasa pada sebagian waktu dalam rangka menghormati berhala sesembahan mereka.
Adapun beberapa yang tertulis dalam sejarah adalah sebagai berikut :
a.    Kaum Fainakiyin dan masyarakat mesir melakukan puasa untuk menghormati dewa Layazis, mereka juga berpuasa sebelum melakukan ritual pengorbanan untuk dewa mereka
b.    Masyarakat Zunani berpuasa sebelum merayakan festival Wazis dalam kepercayan mereka, mereka berpuasa selama seharian tanpa makan dan minum dengan berdiam diri di rumah serta dilakukan antara pria dan wanita. Bagi mereka yang ingin mendapatkan pencerahan spiritual mereka berpuasa selama 10 hari berturut-turut. Mereka juga berpuasa sebelum menuju goa Turfunius[6]  
c.    Masyarakat Roma berpuasa selama 1 tahun dalam setiap 5 tahun sekali untuk memuliyakan dewa Sirius , puasa ini dilakukan mereka pada sekitar tahun 193 SM
d.    Masyarakat yahudi melaksanakan puasa alani sebelum agama lain melakukannya. Mereka melaksanakan dengan gembira dan meniup terompet untuk memberitahukan datangnya hari raya mereka. Mereka juga melaksanakan puasa pada hari tertentu ketika terjadi bencana atau musibah, selain itu mereka juga berpuasa untuk memenuhi nadzar

6.    PUASA PADA AGAMA TERDAHULU
Seorang ahli sejarah Dr. Ali Abdul Wahid menjelaskan bahwa, puasa adalah suatu bentuk ibadah yang paling dahulu ada serta paling banyak dikenal masyarakat dari berbagai agama. Bermacam cara puasa dilakukan baik dengan menahan makan dan minum,  ada yang menahan salah satunya saja, dan  bahkan ada yang hanya membisu[7].  
Sebuah sumber mengatakan wanita penduduk aseli di Australia harus tinggal di rumah selama hampir 1 tahun penuh dengan membisu jika ditinggal mati oleh suaminya.  Hal ini juga dilakukan oleh wanita-wanita yahudi sebelum  diutusnya Nabi Isa as[8].  
Selain itu cara-cara berpuasa juga bermacam-macam adanya, ada yang hanya menahan pantangan makanan tertentu, ada yang berpuasa di malam hari saja, bahkan sebagian ada yang hingga 24 jam tanpa berpuasa.
Allah swt. berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya ;
Wahai  orang-orang yang beriman diwajibkan  atas kamu berpusa sebagaimana diwajibkan atas kaum sebelum kalian agar kalian menjadi pribadi yang bertakwa
Berdasarkan  ayat di ayat para ahli tafsir dan sejarah mencatat bahwa puasa memang telah diwajibkan dan  dilakukan para umat agam terdahulu, baik yahudi maupun nasrani, namun pada akhirnya mereka perintah puasa tinggalkan begitu saja.


[1] Allah memerintahkan para malaikat dan penghuni langit lain bersujud kepada manusia Nabi Adam as.
[2] H.R Abi Hurairoh
[3] Dalam menafsirkan surat al-Baqoroh “لعلكم تتقون” Muhammad Abduh mengatakan bahwa mereka para penyembah berhala senantiasa berpuasa ketika mereka berbuat suatu kesalahan, ini dilakukan agar tidak terkena amarah dari para sesembahan mereka
[4] Dikisahkan  bahwa Nabi  Yusud as., tidak pernah makan  sebelum beliau benar-benar merasa lapar, hal ini memang tabu mengingat beliau adalah seorang penguasa di sebuah istana.
[5] Dokter Alan “ puasa dapat digunakan sebagai terapi untuk orang yang menderita gula”
Dokter Karlisun ”puasa membuat orang awet muda”
Dokter Janjuz “puasa menyembuhkan berbagai penyakit”
Dokter Wirnar makfadan (kepala bidang kesehatan amerika) “ puasa merupakan suatu terapi yang tidak mampu dilakukan dengan  terapi lainnya”

[6] Sebuah goa suci bagi keyakinan mereka
[7] Biasa dilakukan penduduk bumi bagian barat
[8] Seperti yang dilakukan oleh Maryam

No comments:

Post a Comment